UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengandung 17 jembatan rantai disulfida dan 1 kelompok sulfihidril. Serbuk BSA disimpan pada suhu 2-8
o
C. Stabilitas larutan BSA sangat baik. Bahkan, albumin sering digunakan
sebagai stabilisator untuk protein terlarut lainnya misalnya, enzim labil. Namun, albumin mudah digumpalkan oleh
pemanasan. Ketika dipanaskan sampai 50
o
C atau di atasnya, albumin cukup pesat membentuk agregat hidrofobik yang tidak
kembali ke monomer pada saat pendinginan. Pada suhu yang lebih rendah agregasi juga terjadi, tetapi pada tingkat yang relatif
lebih lambat www.sigma-aldrich.com.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Obat dan Pangan Halal, Laboratorium Kimia Obat, dan Laboratorium Farmakognosi
dan Fitokimia, Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.1.2 Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan Juni 2015.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
Digital water bath SB-100 Eyela, spektrometri IR Shimadzu, spektrofotometer UV-Vis Hitachi, Spektrometri 1H-NMR 500 Hz,
JEOL, Differential Scanning Calorimeter Shimadzu, refrigerator, Gas Chromatography Mass Spectrometer GCMS QP2010
Shimadzu, vacuum rotary evaporator SB-1000 Eyela, timbangan analitik, Plat aluminium TLC silica gel 60 F254 Merck,
microwave, erlenmeyer, gelas piala, rak, labu reaksi, statif, penangas, corong, pipet eppendorf, blender, termometer, chamber KLT,
mikropipet, batang pengaduk, pinset, spatula, pH meter, pengaduk magnetik, kertas saring, kapas, aluminium foil, vial, dan botol.
3.2.2 Bahan
Senyawa etil p-metoksisinamat yang merupakan isolat dari tanaman kencur Kaempferia galanga L., natrium hidroksida
Merck, asam klorida 15, asam nitrat p.a JT Baker, asam sulfat 98 Merck, Bovine Serum Albumin Sigma, silika gel 60 0,063-
0,200 mm Merck, metanol p.a Merck, etanol p.a Merck dan 34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
natrium klorida Merck, 1-butanol Merck. Pelarut dan bahan pembantu lain seperti aquades, etil asetat, n-heksan, metanol, dan air
es.
3. 3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Modifikasi Senyawa Asam
p-metoksisinamat a.
Hidrolisis Etil p-metoksisinamat
Metode hidrolisis etil p-metoksisinamat mengacu pada cara kerja yang telah dilakukan oleh Mufidah 2014 dengan
modifikasi. Sebanyak 1,5 g 0,036 mol NaOH dilarutkan dengan 100 mL etanol p.a dalam gelas kimia dengan pengadukan
menggunakan pengaduk magnetik sambil dipanaskan di atas hot plate dengan suhu 60-70
o
C. Kemudian ditambahkan senyawa EPMS sebanyak 5 g 0,024 mmol ke dalamnya. Proses hidrolisis
dilakukan selama 3 jam. Pengecekan reaksi dilakukan dengan menggunakan KLT dengan eluen heksan-etil asetat 4:1. Hasil
reaksi dilarutkan dengan 200 mL aquades hingga larut sempurna, kemudian ditambahkan 15 HCl untuk membentuk endapan
hingga tidak ada lagi endapan putih yang terbentuk atau pH filtrat mencapai 4. Setelah itu dilakukan penyaringan dengan kertas
saring untuk mendapatkan endapanresidu tersebut. Residu yang didapatkan merupakan senyawa hasil hidrolisis yang kemudian
dikeringanginkan.
b. Nitrasi Asam p-metoksisinamat
Metode nitrasi mengacu pada cara kerja yang telah dilakukan oleh Bose 2006 dengan modifikasi. Sebanyak 2,5
gram 0,014 mol APMS dilarutkan dengan 10 mL 0,22 mol HNO
3
65 yang telah didinginkan dalam erlenmeyer yang berada dalam gelas kimia berisi es sehingga membentuk ice jacket.
Kemudian diiradiasi dengan menggunakan microwave oven 450 watt selama 2 menit. Setelah itu ditambahkan 100 mL aquades
untuk memisahkan sisa asam nitrat dan produk yang terbentuk,