Reaksi Hasil Nitrasi Asam p-metoksisinamat Reaksi Esterifikasi Senyawa Hasil Nitrasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diperoleh dikeringanginkan sehingga didapatkan serbuk berwarna kuning seperti pada gambar berikut. Gambar 4.4 Residu Hasil Penyaringan pada Reaksi Nitrasi APMS Didapatkan serbuk kuning yang telah kering, yang mengandung senyawa hasil reaksi nitrasi asam p-metoksisinamat, sebanyak 2,066 gram. Pada reaksi ini terjadi substitusi atom H pada benzen dari APMS oleh gugus nitro dari nitrating agent yang digunakan yaitu HNO 3 , dengan bantuan iradiasi gelombang mikro. Nitrasi dari benzen awalnya dipengaruhi oleh pembentukan elektrofilik kuat yaitu ion nitronium, yang mana ini terjadi karena interaksi antara asam kuat yaitu asam nitrat. Adanya bantuan gelombang mikro dapat memprotonasi asam nitrat pada gugus OH sehingga molekul dari air dapat berpisah. Selanjutnya benzen menyerang muatan positif atom nitrogen dari elektrofil, yang mana ikatan N=O lepas pada waktu yang sama. Hal ini diikuti dengan lepasnya proton untuk menstabilkan gugus aromatik Lynnb, 2012.

4.1.3. Reaksi Esterifikasi Senyawa Hasil Nitrasi

Reaksi esterifikasi asam karboksilat adalah reaksi pembentukan ester dengan berbahan dasar asam karboksilat. Ester asam karboksilat ini merupakan suatu senyawa yang mengandung gugus –COOR dengan R yang berbentuk alkil maupun aril Fessesnden Fessenden, 2006. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.5 Reaksi Esterifikasi Senyawa Hasil Nitrasi Pada penelitian ini, reaksi esterifikasi dilakukan dengan melarutkan 500 mg senyawa hasil nitrasi dengan 1-butanol sebanyak 50 mL sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer dalam erlenmeyer dan dipanaskan pada suhu 90 o C hingga larut sempurna, kemudian ditambahkan dengan katalis asam sulfat pekat 0,2 mL 4 mmol. Erlenmeyer tempat mencampurkan bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia berisi air sehingga membentuk water jacket lihat Lampiran 4. Setelah itu diiradiasi menggunakan microwave 300 watt selama 30 menit. Kemudian dilakukan partisi dengan etil asetat dan aquades untuk memisahkan hasil senyawa yang diharapkan Indriyani, 2015. Senyawa tersebut berada pada lapisan atas, yakni lapisan etil asetat. Pengadukan, pemanasan, dan penggunaan katalis pada reaksi esterifikasi adalah hal yang penting. Pengadukan berfungsi untuk meningkatkan frekuensi tumbukan antar partikel zat pereaksi dengan yang bereaksi, sehingga reaksi esterifikasi terjadi secara sempurna. Lain halnya dengan pemanasan yang berungsi untuk meningkatkan hasil konversi dengan meningkatkan harga k konstanta laju reaksi. Sedangkan penggunaan katalis asam sulfat berfungsi untuk menurunkan energi aktivasi pada reaksi tersebut sehingga reaksi dapat berjalan lebih cepat. Adapun pemilihan penggunaan asam sulfat H 2 SO 4 sebagai katalisator dalam reaksi esterifikasi dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah Sukardjo, 1997: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Selain bersifat asam, juga merupakan agen pengoksidasi yang kuat 2. Dapat larut dalam air pada semua kepekatan 3. Konsentrasi ion H + berpengaruh terhadap kecepatan reaksi 4. Dapat menghilangkan bagian terbesar uap air dan gas yang basah seperti udara lembab karena aktivitasnya terhadap air. Hasil dari reaksi nitrasi APMS tidaklah tunggal yang hanya terdiri dari satu jenis senyawa saja, tetapi terdiri dari beberapa senyawa. Oleh karena itu, hasil reaksi esterifikasi pun akan menghasilkan senyawa sampingan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemisahan lanjutan dengan menggunakan kromatografi kolom dengan pelarut n-heksan 100 kemudian dilanjutkan dengan perbandingan pelarut 9:1 n-heksan : etil asetat, sehingga didapatkan senyawa murni. Kemudian dilakukan identifikasi dengan KLT terhadap senyawa hasil pemurnian menggunakan kromatografi kolom. Gambar 4.6 Pola Spot KLT Setelah Reaksi Esterifikasi Ket: A Senyawa hasil nitrasi APMS, B Hasil esterifikasi senyawa A Hasil senyawa tersesterifikasi setelah pemurnian, didapatkan persen rendemen sebesar: rendemen = X 100 = 10,7241 4 Heksan : 1 Etil asetat B A UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.7 KLT Senyawa Hasil Esterifikasi Setelah Pemurnian

4.2. Identifikasi Senyawa Hasil Modifikasi

Identifikasi senyawa hasil modifikasi yang paling mudah adalah membandingkan nilai Rf seluruh senyawa yang di KLT menggunakan eluen heksan : etil asetat dengan perbandingan 4:1. Nilai Rf yang didapat adalah sebagai berikut : Etil p-metoksisinamat : 0,5875 Asam p-metoksisinamat : 0,0875 Senyawa hasil nitrasi : 0,1500 Senyawa nitrasi yang telah diesterifikasi : 0,3250 Gambar 4.8 Identifikasi Senyawa Modifikasi dengan KLT Ket: 1 APMS, 2 EPMS, 3 Hasil nitrasi APMS, 4 Hasil Esterifikasi 1 2 4 Heksan : 1 Etil asetat 3 4 B 4 Heksan : 1 Etil asetat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Berdasarkan nilai Rf dapat diketahui tingkat kepolaran dari senyawa modifikasi dibandingkan dengan senyawa mula sebelum modifikasi. Nilai Rf etil p-metoksisinamat memiliki nilai Rf yang paling besar sehingga dapat dikatakan bahwa senyawa EPMS memiliki sifat polaritas paling rendah. Senyawa hasil hidrolisis, asam p-metoksisinamat, memiliki nilai Rf paling kecil, sehingga dengan demikian senyawa asam p-metoksisinamat memiliki sifat polaritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa etil p- metoksisinamat. Hal ini karena APMS tidak memiliki gugus ester, tetapi memiliki gugus karboksilat yang jelas bersifat polar. Sedangkan senyawa hasil nitrasi memiliki nilai Rf yang tidak lebih tinggi dari EPMS namun tidak juga lebih rendah dibandingkan APMS. Hal ini menunjukkan bahwa sifat senyawa tersebut tidak lebih polar dari APMS, tetapi lebih polar dibandingkan dengan EPMS. Pada senyawa nitrasi yang telah teresterifikasi menunjukkan polaritas yang lebih rendah dibandingkan dengan APMS dan lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa hasil nitrasi.

4.2.1 Senyawa Hasil Hidrolisis Etil p-metoksisinamat

Senyawa hasil hidrolisis etil p-metoksisinamat yang dilakukan oleh Mufidah 2014 memiliki karakteristik seperti berikut :  Warna : Putih  Bau : Tidak berbau  Bentuk : Serbuk  Titik leleh :172-176 o C  Nilai entalpi H : 89,3 Jg Gambar 4.9 Senyawa Hasil Hidrolisis EPMS