Spektrofotometri UV-Vis TINJAUAN PUSTAKA

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta daerah frekuensi yang sesuai dengan cahaya ultraviolet dan cahaya tampak UV-Vis Roth et al., 1994. Spektrum absorpsi daerah ini adalah sekitar 220 nm sampai 880 nm dan dinyatakan sebagai spektrum elektron. Suatu spektrum ultraviolet meliputi daerah bagian ultraviolet 190-380 nm, spektrum Vis Visible bagian sinat tampak 380-780 nm. Prinsip spektroskopi absorpsi adalah semakin besar angka meolekul yang mampu menyerap cahaya dari panjang gelombang yang diberikan, semakin besar perluasan absorpsi cahaya. Selan itu, semakin efektif suatu molekul menyerap cahaya dari panjang gelombang yang diberikan, semakin besar perluasan absorpsi Pavia et al., 2001. Pengukuran dengan alat spektrofotometer UV-Vis didasarkan pada hubungan antara berkas radiasi elektromagnetik yang ditransmisikan diteruskan atau yang diabsorpsi dengan tebalnya cuplikan dengan konsentrasi dari komponen penyerap. Hubungan tersebut diyatakan dalam Hukum Lambert-Beer Sastroamidjojo, 1985: A = a . b . c Keterangan : A= Serapan a = Daya serap b = Tebal kuvet c = Konsentrasi larutan Instrumentasi dari spektrofotometer UV-Vis ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah spektrum yang mana alat tersebut dirancang untuk beroperasi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Monokromator, yakni sebuah piranti untuk memencilkan pita sempit panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. 3. Wadah untuk sampel dalam hal ini digunakan kuvet. 4. Detektor, yang berupa transduser yang merubah energi cahaya menjadi suatu sinyal listrik. 5. Amplifier pengganda dan rangkaian yang perubah energi cahaya menjadi suatu sinyal listrik. 6. Suatu sistem baca dimana diperagakan besarnya sinyal listrik yang ditangkap.

c. Spektrofotometri Resonansi Magnetik

Resonansi magnetik nuklir Nuclear Magnetic Resonance adalah metode spektrofotometri yang bahkan lebih penting bagi ahli kimia organik dari spektrofotometri inframerah. Banyak inti dapat dipelajari dengan teknik NMR, tetapi hidrogen dan karbon yang paling umum tersedia. Jika spektrofotometri inframerah IR digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi, NMR memberikan informasi mengenai jumlah atom magnetis yang berbeda dari jenis yang dipelajari Mufidah, 2014. NMR dapat menentukan jumlah masing-masing jenis yang berbeda dari inti hidrogen serta memperoleh informasi mengenai sifat dasar dari lingkungan terdekat dari masing-masing jenis. Informasi yang sama dapat ditentukan untuk inti karbon. Kombinasi IR dan data NMR seringkali cukup untuk menentukan secara benar struktur molekul yang tidak diketahui Pavia et al., 2008. Prinsip dasar spektroskopi NMR yakni inti dari setiap isotop tertentu memiliki gerakan berputar di sekililing sumbunya. Perputaran patrikel berenergi atau sirkulasinya, menimbulkan kejadian megnetis sepanjang sumbu magnetisnya dapat sejajar atau melawan medan magnet Willard at al., 1988. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Instrumen NMR terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut Willard et al., 1988: a. Magnet Merupakan suatu alat tambahan yang berguna untuk menstabilkan medan magnet. b. Probe sampel Tempat meletakkan sampel dan tempat terjadinya resonansi. c. Sumber dan detektor radiasi radioaktif Merekam perubahan magnetisasi sampel dan peluruhannya yang disebabkan oleh pengaruh waktu. d. Rekorder data Memberikan informasi berupa sinyal yang dikirim ke suatu komputer untuk diproses, diakumulasi lalu ditransformasikan secara otomatis Atta-ur-Rahman, 1986., Willards et al., 1988. 2.9 Inflamasi 2.9.1 Definisi Inflamasi Inflamasi adalah reaksi kompleks dalam jaringan ikat vaskular yang terjadi karena rangasangan eksogen dan endogen. Inflamasi merupakan respon normal, pelindung terhadap cedera jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, bahan kimia berbahaya atau agen mikrobiologis, yang berupaya menonaktifkan atau menghancurkan organisme asing, menghilangkan iritasi yang merupakan tahap pertama perbaikan jaringan Sen et al., 2010. Proses inflamasi biasanya mereda pada proses penyelesaian atau penyembuhan, tetapi kadang-kadang berubah menjadi radang yang parah, yang mungkin jauh lebih buruk dari penyakit ini dan dalam kasus ekstrim juga dapat berakibat fatal. Kemerahan, suhu yang meningkat, pembengkakan, nyeri, dan hilangnya fungsi adalah tanda klasik dari inflamasi. Inflamasi dapat diprovokasi oleh berbagai agen berbahaya, bahan asing, toksin, infeksi, bahan kimia, patogen, reaksi kekebalan tubuh, dan luka fisik Sen et al., 2010.