3. Uji Hipotesis
a. Uji t Pengujian t statistik adalah pengujian terhadap masing-masing
variabel independen. Uji t coefficient akan dapat menunjukkan pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen. Hipotesisnya yang digunakan :
a Bila Ho : bi ≤ 0 = Variabel Independen berpengaruh negatif
terhadap variabel dependen. b Bila H
1
: bi 0 = Variabel Independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen.
Jika t tabel t hitung maka Ho diterima, berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Jika t tabel t hitung, maka Ho ditolak, berarti variabel independen secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Dalam pengolahan uji t statistik bertujuan melihat seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen Hasil Pelatihan dan
pengembangan terhadap variabel dependen Etos kerja.
a Uji F Pengujian F statistik adalah uji secara bersama-sama seluruh variabel
independennya terhadap variabel dependennya. Perhitungan statistik F dari
ANOVA dilakukan dengan membandingkan dengan nilai kritis yang diperoleh dari tabel distribusi F pada tingkat signifikan tertentu.
Hipotesis yang digunakan adalah :
a H : b
1
= b
2
= 0, berarti variabel independen secara keseluruhan
tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen. b H
1
: b
1
≠ b
2
≠ 0, berarti variabel independen secara keseluruhan berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Jika F-tabel F-hitung berarti Ho diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Jika F-tabel F-hitung berarti Ho ditolak atau variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel independen. Bila nilai signifikansi annova 0.05 maka model ini layak atau fit.
Apabila hipotesis nol ditolak berarti secara bersama-sama variabel independen Pelatihan dan pengembangan mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen Etos kerja.
4. Uji validitas dan Reabilitas
a Validitas Validitas data merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat, tinggi rendahnya validitas suatu instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang
validitas yang dimaksud.
3
Teknik yang digunakan untuk uji validitas adalah teknik korelasi product moment dari pearson. Pengujian menggunakan program SPSS versi
16 dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing pertanyaan dalam skor total.
Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi mengatakan bahwa untuk mengetahui apakah sebagai butir pertanyaan pada tiap-tiap variabel dinilai
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: rineka Cipta, 2002, h 145
valid atau tidak dilakukan dengan membandingkan r hitung dengan r tabel antara nilai skor yang diuji dengan jumlah skor yang di kaji.
4
Pada pengukuran pelatihan, pengembangan dan etos kerja dengan jumlah sample n = 30, dengan rumus df = n-2, maka df = 30-2 = 28 dengan
alpha = 0.05, didapat nilai r = 0.374
Pengambilan keputusan adalah jika r hitung positif atau r hitung lebih besar dari r table maka butir tersebut valid. Sebaliknya jika r hitung
negative atau r hitung lebih kecil dari r table maka tabel tersebut tidak valid.
b Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Uji realibilitas ini hanya dilakukan terhadap butir-butir yang valid, dimana butir-butir yang valid diperoleh melalui uji validitas.
Tehnik yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah teknik Alpha-Cronbach. Uji realibilitas instrumen menggunakan pengujian dengan taraf signifikansi
5 jika r alpha 0,5 maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel. Perhitungan dengan menggunakan software SPSS versi 16.
4
Masri singarimbun dan sofyan effendi, metode penelitian survey, Jakarta : Lp3ES, 1995 edisi revisi, h.139
SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reabilitas dengan uji statistic cronbach alpha. Adapun reabilitas suatu variabel dikatakan cukup
reabel. Jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar 0.7 – 0.89, standarisasi reabilisasi ini berdasarkan pada kaidah reabilitas guilford.
Table 3.2 Kaidah reabilitas Guilford
Koefisien kreteria
0.2 Tidak reliabel
0.2 – 0.39 Kurang reliabel
0.4 – 0.69 Cukup Reliabel
0.7 – 0.89 Reliabel
0.9 Sangat Reliabel
Dalam melakukan uji validitas dan reabilitas, peneliti menggunakan 30 responden dan dilakukan secara acak kepada semua pegawai Bank
Syariah Bukopin Cabang Melawai. Dimana hasil penguji uji validitas dan reabilitas adalah sebagai berikut :
a. Variabel X1 pelatihan
Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 30 dengan df = 30 – 2 = 28, maka r table adalah 0,374 tercantum dalam
lampiran. Butir pertanyaan dikatakan valid jika r hitung dari r tabel. Analisis output dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.3 Hasil validitas dan reabilitas variabel pelatihan
Item-Total Statistics
No r – tabel
r – hitung Keterangan
Pelatihan1 0.374
.447 Valid
Pelatihan2 0.374
.326 Tidak Valid
Pelatihan3 0.374
.417 Valid
Pelatihan4 0.374
.527 Valid
Pelatihan5 0.374
.651 Valid
Pelatihan6 0.374
.459 Valid
Pelatihan7 0.374
.803 Valid
Pelatihan8 0.374
.620 Valid
Pelatihan9 0.374
.518 Valid
Pelatihan10 0.374
-.091 Tidak Valid
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha N of Items
.824 8
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa r hitung pertanyaan nomor 2 dan 10 lebih kecil dari pada r tabel 0.374 , sehingga
pertanyaan tidak valid. Dengan demikian butir pertanyaan tersebut harus dihilangkan. sedangkan dilihat dari cronbach alpha sebesar
0.824 pertanyaan dianggap realibel dan dapat digunakan.
b. Variabel X2 Pengembangan
Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 30 dengan df = 30 – 2 = 28, maka r table adalah 0.374 tercantum dalam
lampiran. Butir pertanyaan dikatakan valid jika r hitung dari r Tabel. Analisis output dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.4 Hasil validitas dan reabilitas variabel pengembangan
Item-Total Statistics
No r – table
r – hitung Keterangan
pengembangan1 0.374
.713 Valid
pengembangan2 0.374
.725 Valid
pengembangan3 0.374
.397 Valid
pengembangan4 0.374
.455 Valid
pengembangan5 0.374
.454 Valid
pengembangan6 0.374
.454 Valid
pengembangan7 0.374
.315 Tidak Valid
pengembangan8 0.374
.510 Valid
pengembangan9 0.374
.483 Valid
pengembangan10 0.374
.514 Valid
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha N of Items
.808 9
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa r hitung pertanyaan nomor 7 lebih kecil dari pada r tabel 0.374 , sehingga pertanyaan
tidak valid. Dengan demikian butir pertanyaan tersebut harus dihilangkan. sedangkan dilihat dari cronbach alpha sebesar 0.808
pertanyaan dianggap realibel dan dapat digunakan.
c. Variabel Y Etos Kerja
Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 30 dengan df = 30 – 2 = 28, maka r tabel adalah 0,374 tercantum dalam
lampiran. Butir pertanyaan dikatakan valid jika r hitung dari r Tabel. Analisis output dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.5 Hasil validitas dan reabilitas variable etos kerja
Item-Total Statistics
No r – table
r – hitung Keterangan
Etos Kerja 1 0.374
.632 Valid
Etos Kerja 2 0.374
.668 Valid
Etos Kerja 3 0.374
.493 Valid
Etos Kerja 4 0.374
.471 Valid
Etos Kerja 5 0.374
.730 Valid
Etos Kerja 6 0.374
.394 Valid
Etos Kerja 7 0.374
.589 Valid
Etos Kerja 8 0.374
.268 Valid
Etos Kerja 9 0.374
.576 Valid
Etos Kerja 10 0.374
.478 Valid
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha N of Items
.842 9
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa r hitung pertanyaan nomor 8 lebih kecil dari pada r table 0.374 , sehingga pertanyaan
tidak valid. Dengan demikian butir pertanyaan tersebut harus dihilangkan. sedangkan dilihat dari cronbach alpha sebesar 0.842
pertanyaan dianggap realibel dan dapat digunakan.
5. Uji Asumsi Klasik
a Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan bebas keduanya terdistribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal.
Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat dideteksi dengan melihat normality probability plot. Jika data titik
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data titik menyebar
jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
5
5
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametik Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2000, h.214.
Gambar 3.1 Uji Normalitas
Dengan melihat grafik histrogram maupun grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa grafik histrogram tampak residual terdistribusi secara
normal dan berbentuk simetris tidak melenceng ke kanan dan ke kiri. Sedangkan pada grafik normal.
b Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu ada hubungan linear
antara variable independen dengan model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi
dalam model
regresi berganda
adalah tidak
adanya multikolinearitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan,
diantaranya : pertama, melihat nilai inflation factor VIF pada model regresi. Kedua, membandingkan nilai koefisien determinasi residual dengan
nilai determinasi secara serentak R
2
. Ketiga, melihat nilai eigenvalue dan
condition index. Pada pembahasan ini akan dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor VIF pada model regresi.
Menurut Santoso pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka varibel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan varibel bebas
lainnya.
6
Tabel 3.6 Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Model Collinearity
Statistics Tolerance
VIF 1
Pelatihan .971
1.030 Pengembangan
.971 1.030
a. Dependent Variable: Etos kerja
Dari hasil diatas dapat diketahui nilai Variance Inflation Factor VIF kedua variable, yaitu pelatihan dangn pengembangan adalah, lebih kecil dari
5. Disimpulkan bahwa variabel independen tidak terjadi multikolinearitas.
6
Dwi Prianto, Mandiri belajar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji Statistik, Yogyakarta : Mediakom, 2003, cet 3, h.39
c Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap, hal tersebut dinamakan heterokedastisitas.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.
Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu model regresi, maka dapat dilihat pada scatterplot model tersebut.
Dengan ketentuan sebagai berikut:
a Titik-titik data menyebar di atas dan di sekitar angka 0 b Titik-titik data tidak mengumpul hanya dibawah saja
c Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar
kembali d Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
Gambar 3.2 Uji Heterokedastisitas
Dilihat dari gambar di atas, sama halnya dengan prinsip normalitas uji heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
titik. Maka berdasarkan pada gamabar di atas, pada scatterplotnya dapat dilihat titik-titiknya menyebar di derah positif dan negatif serta tidak
membentuk pola, sehingga dapat disimpulkan data tersebut tidak ada masalah heterokedastisitas Homokedastisitas.
d Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dengan ketentuan
sebagai berikut:
a Angka D-W diantara -2 sampai +2, maka tidak ada autokorelasi
b Angka D-W di bawah -2 maka terjadi autokorelasi positif c Angka D-W di atas +2 maka terjadi autokorelasi negatif.
Tabel 3.7 Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted
R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-
Watson 1
.471
a
.222 .164
2.876 2.246
a. Predictors: Constant, Pengembangan, Pelatihan b. Dependent Variable: Etos kerja
Cara menghitung manual dengan asumsi tingkat kesalahan 5, variabel bebas K=2 dengan total df + 2 = 30 + 2 = 32, nilai durbin lower dl sebesar
1,50 dan durbin upper du sebesar 1,36 data dl dan du bisa dilihat pada tabel statistik Durbin-Watson, dengan
α = 5. Maka dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Tabel 3.8 Manual Perhitungan Durbin-Watson
Korelasi +
Tidak ada Korelasi
Daerah Keraguan
Daerah Keraguan
Korelasi -
Dl=1,36 Du=1,49
4-du=2,51 4-dl=2,64
4
Berdasarkan print out pada model summary dapat dilihat nilai Durbin Watson sebesar 2,246 artinya ada korelasi satu dengan yang sama lain karena
terletak di antara 0 dan durbin lower dl. Maka data ini berpengaruh pada hasil pelatihan dan pengembangan terhadap peningkatan Etos kerja.
H. Teknik Penulisan skripsi
Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Buku Pedoman Penulisan Skripsi: Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Fakultas
Syariah dan Hukum.
62
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Riset
1. Sejarah Bank Syariah Bukopin
PT Bank Syariah Bukopin dahulu bernama PT. Bank Persyarikatan Indonesia BPI, didirikan berdasarkan Akta No. 102 tertanggal 29 Juli 1990
dengan nama PT. Bank Swansarindo Internasional yang dibuat dihadapan Dr. Widjojo Wilami, SH., Notaris di Samarinda. Dalam perkembangannya, PT Bank
Persyarikatan Indonesia BPI yang merupakan bank umum tersebut kemudian diakuisisi oleh PT Bank Bukopin Tbk untuk dikembangkan menjadi sebuah bank
syariah yang kini menjadi PT Bank Syariah Bukopin BSB.
Dalam praktiknya, PT Bank Syariah Bukopin mulai beroperasi dengan melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah setelah memperoleh
izin operasi Syariah dari Bank Indonesia BI pada 27 Oktober 2008. Selanjutnya, pada 11 Desember 2008, PT Bank Syariah Bukopin diresmikan
oleh M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004-2009. Komitmen penuh dari PT Bank Bukopin Tbk sebagai pemegang saham
mayoritas diwujudkan dengan menambah setoran modal dalam rangka untuk menjadikan PT Bank Syariah Bukopin sebagai bank syariah dengan pelayanan
terbaik. Pada semester kedua 2009, tepatnya, 10 Juli 2009, melalui Surat
Persetujuan Bank Indonesia BI, PT Bank Bukopin Tbk telah mengalih kan Hak dan Kewajiban Unit Usaha Syariah-nya ke dalam badan usaha PT Bank
Syariah Bukopin. Dalam bisnisnya, PT Bank Syariah Bukopin memposisikan sebagai bank yang fokus pada pembiayaan usaha, mikro, kecil, dan menengah
UMKM dengan segmentasi usaha pendidikan, kesehatan, konstruksi, dan
perdagangan. Selain hal tersebut, PT Bank Syariah Bukopin juga melakukan.
Penghimpunan dana
dari masyarakat
individu-individu dan
perusahaan-perusahaan yang ada di Tanah Air. PT Bank Syariah Bukopin telah memiliki Kantor Pusat, 7 Kantor Cabang KC, 4 Kantor Cabang Pembantu
KCP, dan 29 Kantor Layanan Syariah KLS yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air. Dengan dukungan infrastruktur dan sumber daya insani SDI yang
profesional dan dapat diandalkan, PT Bank Syariah Bukopin selalu siap melayani
kebutuhan Anda di mana pun berada. 2.
Visi dan misi perusahaan
Setiap bank dapat dipastikan memiliki visi dan misi untuk menjalankan aktivitas usahanya. Adapun visi dari Bank Syariah Bukopin adalah Menjadi Bank
Syariah Pilihan dengan Pelayanan Terbaik.
Bank Syariah Bukopin memiliki misi yang ingin dicapai dalam
menjalankan aktivitas usahanya. Misi tersebut antara lain sebagai berikut
a Memberikan pelayanan terbaik pada nasabah b Membentuk sumber daya insani yang profesional dan amanah
c Memfokuskan pengembangan usaha pada sektor UMKM Usaha Mikro Kecil Menengah
d Meningkatkan nilai tambah kepada stakeholder
3. SDI Bank Syariah Bukopin
Sumber daya insani SDI merupakan factor yang menentukan keberhasilan sebuah organisasi atau perusahaan. Demikian juga dengan yang
terjadi di Bank Syariah Bukopin BSB. SDI yang berkualitas tidak hanya menjadikan sebuah organisasi kuat, tapi juga diharapkan akan membawa
organisasi pada kemajuan di masa yang akan datang. Karena peran penting SDI ini, tidak heran jika banyak hal yang sudah
dilakukan BSB selama 2010. Pertama, BSB senantiasa menyesuaikan kebutuhan SDI-nya dengan perkembangan dan kebutuhan bisnis. Ini penting karena tidak
hanya menyangkut kedinamisan sebuah organisasi, tapi juga berhubungan erat
dengan tingkat pelayanan yang bisa diberikan perusahaan kepada para nasabah. Tahun 2010 menjadi tahun yang penting bagi BSB. Ada sejumlah langkah
harmonisasi sistem kekaryawanan yang dilakukan BSB terkait dengan pengembangan SDI-nya.
Dalam hal ini terdapat dua sistem termasuk budaya kerja yang berbeda,
yaitu dari Bank Bukopin dan dari eks Bank Persyarikatan Indonesia, sebelum
kemudian berubah menjadi BSB. Dengan kondisi yang baru tersebut, tentunya banyak hal yang harus disesuaikan oleh pihak manajemen BSB, termasuk di