Penggolongan Obat Diabetes Melitus

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sewaktu pemberian obat hipoglikemik sulfonilurea antara lain dengan: alkohol, fenformin, sulfonamida, salisilat, fenilbutazon, oksifenbutazon, probenezide, dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO, guanetidin, steroida anabolitik, fenfluramin, dan klofibrat. 2 Meglitinid Mekanisme kerja dari golongan meglitinid sama dengan sulfonilurea yaitu, meningkatkan sekresi insulin dari pankreas tetapi onset lebih cepat dan waktu durasi lama. Pada pemberian oral absorpsinya cepat dan kadar puncaknya dicapai dalam waktu 1 jam. Masa paruhnya 1 jam, karena itu harus diberikan beberapa kali sehari sebelum makan. Metabolisme utamanya di hepar dan metabolitnya tidak aktif. Sekitar 10 dimetabolisme di ginjal. Pada pasien dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal harus diberikan secara berhati- hati. Efek samping utamanya hipoglikemia dan gangguan saluran cerna. Reaksi alergi juga pernah dilaporkan. Efek merugikan seperti hipoglikemia lebih kecil dibandingkan dengan sulfonilurea, berat badan berkurang, infeksi pernapasan meningkat. Kontraindikasi seperti hipersensitivitas, penggunaan repaglinid dengan gemfibrozil dapat meningkatkan konsentrasi repaglinid. Efikasi seperti reduksi 0,5-1,5 HbA1c repaglinid menunjukan penurunan HbA1c lebih dari nateglinid, lebih efektif pada postprandial glukosa. Obat golongan meglitinid seperti:  Repaglinid, dosis lazim 0,5-1 mg 15 menit sebelum makan. Dosis maksimum per hari 16 mg. Contoh sediaan, PrandinNovoNormGlucoNorm Novo Novdisk. Merupakan turunan asam benzoat. Mempunyai efek hipoglikemik ringan sampai sedang. Diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian per oral, dan diekskresi secara cepat melalui ginjal. Efek samping yang mungkin terjadi adalah keluhan saluran cerna Soegondo, 1995b.  Nateglinid, dosis 120 mg sebelum makan. Dosis 60 mg jika HbA1c mendekati tujuan yang diinginkan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Contoh sediaan, Starlix Novartis Pharma AG. Merupakan turunan fenilalanin, cara kerja mirip dengan repaglinid. Diabsorpsi cepat setelah pemberian per oral dan diekskresi terutama melalui ginjal. Efek samping yang dapat terjadi pada penggunaan obat ini adalah keluhan infeksi saluran nafas atas ISPA Soegondo, 1995b. 3 Biguanid Metformin Mekanisme kerjanya mereduksi glukoneogenesis hati, juga menimbulkan efek yang menguntungkan sehingga meningkatkan sensitivitas insulin. Dosis lazim 500 mg 1 atau 2x sehari, dengan dosis maksimum perhari 2250 mg. Dapat meningkatkan interval pemakaian mingguan. Menurunkan dosis lazim dan titrasi lambat pada gastrointestinal GI. Efek merugikan secara umum seperti mual, muntah, dan diare. Efek yang jarang terjadi seperti menurunkan konsentrasi vitamin B12, asidosis laktat. Gejala asidosis laktat termasuk mual, muntah, meningkatkan laju respirasi, sakit perut, syok, dan takikaardia. Kontraindikasi seperti kelemahan pada ginjal, usia 80 tahun atau lebih, risiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskuler, dan kelemahan hati. Efikasi yang terjadi seperti reduksi 1-2 HbA1c, mereduksi TG dan kehilangan berat badan, dan menjadi pertimbangan terapi lini pertama karena kontraindikasi yang sedikit. Interaksi obat seperti mengganggu absorpsi vitamin B12, berinteraksi dengan simetidin dengan menurunkan klirens metformin di ginjal. Contoh sediaan, metformin generik, benoformin Benofarma, bestab Yekatria. Metformin, satu-satunya golongan biguanid yang masih digunakan sebagai obat antidiabetes oral. Bekerja menurunkan kadar glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa ke dalam sel-sel otot. Obat ini dapat memperbaiki uptake glukosa sampai sebesar 10-40. Menurunkan produksi glukosa hati dengan jalan mengurangi glikogenolisis dan glukoneogenesis Soegondo, 1995b. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4 P enghambat α-glukosidase Mekanisme kerja obat ini dapat memperlambat absorpsi polisakarida, dekstrin, dan disakarida di intestin. Dengan menghambat kerja enzim α-glikosidase di brush border intestin, dapat mencegah peningkatan glukosa plasma pada orang normal dan pasien DM. Karena kerjanya tidak mempengaruhi sekresi insulin, maka tidak akan menyebabkan efek samping hipoglikemia. Akarbose dapat digunakan sebagai monoterapi pada DM usia lanjut atau DM yang glukosa postprandialnya sangat tinggi. Obat golongan ini diberikan pada waktu mulai makan dan absorpsi buruk. Dua obat yang tergolong obat ini yaitu: a Akarbose Akarbose dapat diberikan dalam terapi kombinasi dengan sulfonilurea, metformin, atau insulin. Interaksi obat yang terjadi seperti diperlemah oleh kolestiramin, absorben usus, enzim pencernaan. Contoh sediaan, Glucobay Bayer, Precose. Akarbose paling efektif bila diberikan bersama makanan yang berserat mengandung polisakarida, dengan sedikit kandungan glukosa dan sukrosa. Bila akarbose diberikan bersama insulin, atau dengan golongan sulfonilurea, dan menimbulkan hipoglikemia, pemberian glukosa akan lebih baik daripada pemberian sukrosa, polisakarida, dan maltosa Departemen Farmakologi dan Terapi Universitas Indonesia, 2007. b Miglitol Miglitol biasanya diberikan dalam terapi kombinasi dengan obat- obat antidiabetik oral golongan sulfonilurea. Contoh sediaan, Glycet. Dosis lazimnya 25 mg 3x sehari bersamaan dengan makan. Maksimal perhari 300 mg. Efek merugikan seperti diare dan sakit perut. Meningkatkan enzim di hati dengan meningkatnya dosis akarbosa. Kontraindikasi seperti inflamasi pada perut, ulserasi usus kecil, obstruksi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pencernaan. Efikasi yang terjadi, reduksi 0,5-0,8 HbA1c. Tidak efektif pada pasien dengan diet karbohidrat rendah. 5 Tiazolidindion Mekanisme kerjanya seperti proliferasi peroksisom mengaktifkan reseptor gamma antagonis. Dan meningkatkan sensitivitas insulin dan produksi metabolisme glukosa. Efek merugikan seperti kehilangan berat badan, retensi cairan, fraktur tulang, meningkatkan risiko gagal jantung, dan meningkatkan infark miokardia. Kontraindikasinya seperti kelemahan ginjal dan gagal jantung. Efikasi seperti reduksi 0,5-1,4 HbA1c. Keduanya meningkatkan HDL-C, tetapi pioglitazon mempunyai efek yang lebih baik untuk mereduksi LDL-C dan TG bila dibandingkan dengan rosiglitazon. Dua golongan obat ini adalah:  Pioglitazon, dosis lazim 15 mg 1x sehari dengan dosis maksimum perhari 45 mg.  Rosiglitazon, dosis lazim 1-2 mg 1x sehari dengan dosis maksimum perhari 8 mg. 6 Penghambat dipeptidyl peptidase-4 Mekanisme kerjanya seperti menghambat kerusakan glukagon like peptide GLP 1, dapat meningkatkan sekresi insulin 1. Efek merugikan seperti infeksi saluran urin, sakit kepala, hipoglikemia. Kontraindikainya seperti hipersensitivitas dan memiliki riwayat pankreatitis. Efikasi pada reduksi 0,5-0,8 HbA1c. Ada 2 golongan obat ini:  Sitagliptin, dosis 100 mg 1x sehari. Efek samping pada beberapa kondisi dapat menyebabkan pankreatitis akut, angioderma, sindrom steven johnson dan anafilaksis.  Saxagliptin, dosis 5 mg 1x sehari. 7 Sekuestran asam empedu Mekanisme kerjanya menurunkan konsentrasi glukosa belum diketahui, selain itu asam empedu digunakan untuk managemen kolesterol. Dosisnya 625 mg 1x sehari atau 625 mg 2x sehari. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Efek merugikan dari obat ini seperti konstipasi, dispepsia, mual, dan muntah. Efikasi dari obat ini seperti reduksi 0,3-0,5 HbA1c. Kontraindikasi dari obat ini adalah pada pasien obstruksi perut, serum TG lebih besar dari 500 mgdL. Pasien dengan keadaan tidak dapat menelan, disfasia, dan serum TG dengan konsentrasi lebih dari 300 mgdL. 8 Bromokriptin Mekanisme kerja dari obat ini belum diketahui dengan pasti. Dosis lazimnya 0,8 mg 1x sehari, bersamaan dengan makanan. Dan dosis maksimumnya perhari 4,8 mg. Efek merugikan obat ini mual, muntah, malas, sakit kepala, hipotensi, dan kelaparan. Kontraindikasinya sebaiknya tidak digunakan pada pasien migrain. Efikasi obat ini reduksi 0,1-0,6 HbA1c. 9 Produk kombinasi Metformin dengan gliburid, glipizid, sitagliptin, repaglinid, pioglitazon, dan rosiglitazon. Selain itu glimepirid dengan pioglitazon atau rosiglitazon. Insulin Kategori insulin menurut American College of Clinical Pharmacy dan Farmakologi Terapi:  Insulin kerja cepat, insulin regular, onsetnya 30-60 menit, dengan waktu injeksi sebelum makan 30 menit, puncak kerja obat 2-3 jam, dengan durasi 4-6 jam.  Insulin kerja sangat cepat, insulin aspartlisproglulisin, onsetnya 5-20 menit, dengan waktu injeksi sebelum makan 15 menit, puncak kerja obat 1-3 jam, dengan durasi 3-5 jam.  Insulin kerja menengah, NPH Lente, onsetnya 1-2 jam, dengan waktu injeksi sebelum makan tidak tersedia, puncak kerja obat 4-8 jam, dengan durasi 10-20 jam.  Insulin kerja panjang, Detemir, Glargine, onsetnya 2-4 jam atau 1-2 jam, dengan waktu injeksi sebelum makan tidak tersedia, puncak kerja obat 6-8 jam, dengan durasi 6-24 jam. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kebutuhan insulin pada pasien DM umumnya berkisar antara 5 –150 IU sehari, tergantung keadaan pasien. Selain faktor tersebut, untuk penetapan dosis perlu diketahui kadar glukosa darah puasa dan dua jam sesudah makan serta kadar glukosa dalam urin empat porsi, yaitu antara jam 7-11, jam 12-16, jam 16-21, dan jam 21-7. Dosis terbagi insulin digunakan pada DM:  Tidak stabil dan sukar dikontrol  Bila hiperglikemi berat sebelum makan pagi tidak dapat dikoreksi dengan insulin dosis tunggal perhari  Pasien yang membutuhkan insulin lebih dari 1000 IU perhari. Pada pasien ini diet karbohidrat sebaiknya dibagi menjadi 6-7 kali pemberian. Dosis awal pasien DM muda 0,7-1,5 IUkg berat badan. Untuk terapi awal, regular insulin dan insulin kerja sedang merupakan pilihan dan diberikan 2 kali sehari. Untuk DM dewasa yang kurus 8-10 IU insulin kerja sedang diberikan 20- 30 menit sebelum makan pagi dan 4 IU sebelum makan malam. Dosis ditingkatkan secara bertahap sesuai hasil pemeriksaan glukosa darah dan urin Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007.

2.2 Hiperbarik Oksigen HBO

2.2.1 Sejarah Terapi Oksigen Hiperbarik

Pada tahun 1921, Dr. Cunningham mulai mengemukakan teori dasar tentang penggunaan hiperbarik oksigen untuk mengobati keadaan hipoksia. Dr. Orville Cunningham, seorang professor dalam bidang anestesi, mendirikan sebuah bangunan bernama Steel Ball Hospital pada tahun 1928. Bangunan tersebut terdiri atas 6 lantai dan diameter 64 kaki. Bangunan tersebut mempunyai tekanan 3 atmosfer. Tetapi Rumah Sakit tersebut ditutup pada tahun 1930 karena tidak mempunyai bukti ilmiah yang cukup yang mengindikasikan terapi tersebut untuk memperingan penyakit Neuman S Tom, 2008. Angkatan laut Amerika Serikat US Navy memulai penelitian terhadap terapi oksigen hiperbarik pada tahun 1930an untuk mengobati penyakit dekompresi dan emboli udara pada arteri yang dialami oleh para penyelam militer. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Karena hasil yang baik pada tahun 1940, US Navy menetapkan terapi oksigen hiperbarik sebagai terapi standar untuk para penyelam militer yang menderita penyakit dekompresi dan emboli udara pada arteri. Pada tahun yang sama, standar keamanan dan indikasi terapi oksigen hiperbarik dibuat. Pada tahun 1850an, Bertin dari Eropa membuat chamber hiperbariknya sendiri dan menulis buku pertama yang membahas tentang teknologi medik dengan oksigen hiperbarik. Pada tahun 1956, terapi oksigen hiperbarik pertama kali digunakan pada penyakit yang tidak berhubungan dengan penyelaman. Pada waktu yang bersamaan, banyak peneliti yang mulai tertarik dengan penelitian terapi dengan oksigen ini. Tetapi yang pertama kali menggunakan terapi oksigen hiperbarik dan disebut dengan bapak dari terapi oksigen hiperbarik adalah seorang dokter bedah berkebangsaan Belanda, Ita Boerema, yang melakukan operasi di dalam kamar bertekanan tinggi. Pada tahun 1960 dan 1970, terapi oksigen hiperbarik mulai digunakan untuk berbagai penyakit Neuman S Tom, 2008. Pada tahun 1662, pendeta berkebangsaan Inggris bernama Henshaw mulai tertarik dengan pengobatan dengan terapi oksigen hiperbarik. Ia membangun sebuah struktur bernama domicillium yang digunakan untuk mengobati bermacam –macam penyakit. Kamar tersebut diberikan tekanan. Pada tahun 1875, Forlanini dari Itali yang pertama menemukan treatment oksigen hiperbarik untuk artificial pneumothotaks; tuberkulosis. Ide mengobati pasien dibawah tekanan tinggi dikembangkan lagi oleh dokter bedah berkebangsaan Perancis bernama Fontaine pada tahun 1879. Dia memperkenalkan ruang operasi hiperbarik mobile, muat untuk 12 orang Neuman S Tom, 2008. Sejak saat itu, terapi hiperbarik terus dikembangkan dan diperluas penggunaannya untuk bidang kesehatan. Mengetahui besarnya manfaat terapi hiperbarik dalam penyembuhan berbagai penyakit sudah selayaknya terapi hiperbarik dijadikan salah satu terapi pengobatan baru yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Di Indonesia, perawatan untuk terapi oksigen hiperbarik ini masih sangat sedikit. Hanya daerah –daerah tertentu yang memiliki ruang hiperbarik. Dan masih banyak tenaga kesehatan khususnya di bidang kedokteran belum mengenal dan mengerti manfaat terapi hiperbarik. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Indonesia sendiri, terapi oksigen hiperbarik pertama kali dimanfaatkan pada tahun 1960 oleh Lakesla yang bekerjasama dengan RS AL Dr. Ramelan, Surabaya. Hingga saat ini fasilitas tersebut merupakan yang terbesar di Indonesia. Adapun beberapa rumah sakit lain yang memiliki fasilitas terapi oksigen hiperbarik adalah Nuh Huda, 2010:  RS PT Arun, Aceh  RS AL Dr. Midiyatos, Tanjung Pinang  RS AL Dr. MINTOHARDJO, Jakarta  RS Pertamina, Cilacap  RS Panti Waluyo, Solo  Lakesla TNI AL, Surabaya  RSU Sanglah, Denpasar, dll

2.2.2 Definisi Terapi Oksigen Hiperbarik

Hiperbarik berasal dari kata hyper berarti tinggi, bar berarti tekanan. Dengan kata lain terapi hiperarik adalah terapi dengan menggunakan tekanan yang tinggi. Pada awalnya terapi hiperbarik hanya digunakan untuk mengobati decompression sickness, yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan tekanan lingkungan secara mendadak sehingga menimbulkan sejumlah gelembung nitrogen dalam cairan tubuh baik dalam sel maupun di luar sel, dan hal ini dapat menimbulkan kerusakan di setiap organ dalam tubuh, dari derajat ringan sampai berat bergantung pada jumlah dan ukuran gelembung yang terbentuk. Seiring dengan berjalannya waktu, terapi hiperbarik berkembang fungsinya untuk terapi bermacam –macam penyakit, beberapa diantaranya seperti, stroke, multiple sclerosis, cerebral edema, keracunan karbon monoksida dan sianida, trauma kepala tertutup, gas ganggrene, peripheral neuropathy,osteomyelitis, sindroma kompartemen, diabetic neuropathy, migraine, myocardial infarction Guyton. A.

C. Hall. JE, 2006.

Hiperbarik oksigen HBO adalah suatu cara terapi di mana penderita harus berada dalam suatu ruangan bertekanan, dan bernafas dengan oksigen 100 pada suasana tekanan ruangan yang lebih besar dari 1 ATA Atmosfer Absolute Lakesla, 2009 dalam T Nuh Huda, 2010.