Komplikasi Diabetes Melitus Diabetes Melitus

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memang lebih sedikit, gangguan ini termanefestasi pada berkurangnya tenaga otot dan volume dari jaringan otot.  Gangguan mata retinopathy, disebabkan memburuknya kondisi mikro sirkulasi sehingga terjadi kebocoran pada pembuluh darah retina. Hal ini bahkan bisa menjadi salah satu penyebab kebutaan. Retinopathy sebenernya merupakan kerusakan yang unik pada diabetes karena selain oleh gangguan mikrovaskuler, penyakit ini juga disebabkan adanya biokimia darah sehingga terjadi penumpukan zat –zat tertentu pada jaringan retina. Katarak dan glaukoma meningkatnya tekanan pada bola mata juga merupakan salah satu dari komplikasi mata pada pasien diabetes. Oleh karenanya, selain mengontrol kadar gula darah, mengontrol mata pada dokter mata secara rutin juga mutlak dilakukan oleh pasien diabetes.  Gangguan ginjal nefropathy, sebab utama gangguan ginjal pada pasien diabetes adalah buruknya mikrosirkulasi. Gangguan ini sering muncul paralel dengan gangguan pembuluh darah di mata. Penyebab lainnya adalah proses kronis dari hipertensi yang akhirnya merusak ginjal. Kebanyakan pasien sebelumnya tidak memiliki keluhan ginjal.  Gangguan pada kaki karena diabetes melitus, kaki adalah bagian tubuh yang paling sensitif pada pasien diabetes melitus. Ada beberapa faktor yang berperan dalam perubahan ini, yaitu terhambatnya sirkulasi menimbulkan rasa sakit pada betis kaki sewaktu berjalan, gangren gangguan makro dan mikrosirkulasi vasculopathy, gangguan pada saraf neuropathy, yakni kerusakan pada saraf di otot, kulit, dan kerusakan saraf autonom yang mengganggu regulasi keringat, dan sensitif terhadap infeksi di kaki.  Gangguan pada otot dan sendi –sendi, terhambatnya ruang gerak sendi dan otot banyak diderita pada orang tua. Namun, kini gejala tersebut juga kerap dirasakan pada pasien usia muda yang menderita diabetes melitus tipe 2. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.9 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Penilaian klinis pada pasien setelah menegakkan diagnosis diabetes melitus, lakukan terapi komplikasi metabolik akut dan terapi hipoglikemik seumur hidup, pemeriksaan untuk mencari kerusakan pada organ setiap 6 –12 bulan penglihatan retinopati dan katarak, sistem kardiovaskuler denyut nadi perifer, tanda –tanda gagal jantung, hipertensi, sistem saraf neuropati sistem saraf otonom dan saraf sensoris perifer dan kaki ulkus, gangren, dan infeksi. Fungsi ginjal kreatinin dan albuminuria harus diperiksa. Terapi harus meminimalkan gejala dan menghindari komplikasi dan harus memungkinkan pasien menjalani hidup normal, hal ini membutuhkan edukasi dan dukungan kepada pasien. Usaha memaksimalkan prognosis tergantung pada kontrol glukosa darah secara optimal dan menyingkirkan faktor –faktor risiko kardiovaskuler seperti merokok, hipertensi usahakan tekanan darah 13080 mmHg, dan hiperlipidemia. Kontrol kadar glukosa yang optimal dengan sendirinya dapat memperbaiki kadar kolesterol, namun apabila kadar kolesterol tetap tinggi setelah ini, terapi penurunan lipid secara agresif dengan statin dapat dilakukan. Hampir semua orang yang menderita diabetes dan memiliki penyakit vaskuler seharusnya mendapat terapi statin Davey Patrick, 2005. Karena penting bagi pasien untuk pemeliharaan pola makan yang teratur, maka penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perencanaan makanan. Tujuan perencanaan makanan dan dalam pengelolaan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas normal, menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil dan janinnya, dan mencapai dan mempertahankan berat badan idaman Waspadji, dkk, 2002. Latihan jasmani yang teratur memegang peran penting terutama pada DM tipe 2. Manfaatnya adalah memperbaiki metabolisme atau menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah, meningkatkan kerja insulin, membantu menurunkan berat badan, meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri, dan mengurangi risiko kardivaskuler Waspadji, dkk, 2002. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menggunakan obat hipoglikemik oral, dapat dijumpai dalam bentuk golongan sulfonilurea, golongan biguanida, dan inhibitor glukosidase alfa Waspadji, dkk, 2002. Menurut American College of Clinical Pharmacy merekomendasikan beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan DM. Tabel 2.3. Target Pelaksanaan Diabetes Melitus Paramete r Kadar Ideal yang Diharapkan Kadar plasma glukosa puasa 70 – 130 mgdl Kadar plasma glukosa sete lah makan 180 mgdl Kadar hemoglobin A1c 7 Kadar HDL 45 mgdl = pria , 50 mgdl = wanita Kadar LDL 100 – 129 mgdl [Sumber: American College of Clinical Pharmacy, 2013] UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.1. Algoritma Penatalaksanaan DM tipe 2 Dipiro Et, al,2009 Edukasinutrisiolahraga Target:HbA1c ≤ 6,5 – 7,0 penurunan 0,5-1,0, GDS : 110 – 130 mgdl, GDPP : 140 - 180 Pilihan monoterapi lain: Pioglitazone, Rosiglitazone, Nateglinid, Akarboseinsulin, Insuln analog Monoterapikombinasi awal sulfonylurea dan atau metformin Target tercapai Di cek HbA 1 c tiap 3-6 bulan Target tidak tercapai setelah 3 bulan Kombinasi lain: Metforminsulfonilurea dengan pioglitazonerosiglitazon atau akarbosemiglitol Metformin dengan nateglinidinsulininsulin analog monoterapikombinasi Target tercapai Terapi dilanjutkan atau dicek HbA 1 c tiap 3-6 bulan Kombinasi sulfonilurea Target tercapai Target tidak tercapai setelah 3-6 bulan Insulin kerja menengah atau 1x perhari glargin. Sebelum pemberian insulin kerja regular atau lisproaspart tambah 3 kombinasi antidiabetik oral atau diganti untuk memisah dosis insulininsulin analog terapi berkunjung ke endorinologis. Awal Intervensi Terapi dilanjutkan atau dicek HbA 1 c tiap 3-6 bulan