UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Di Indonesia sendiri, terapi oksigen hiperbarik pertama kali dimanfaatkan pada tahun 1960 oleh Lakesla yang bekerjasama dengan RS AL Dr. Ramelan,
Surabaya. Hingga saat ini fasilitas tersebut merupakan yang terbesar di Indonesia. Adapun beberapa rumah sakit lain yang memiliki fasilitas terapi oksigen
hiperbarik adalah Nuh Huda, 2010: RS PT Arun, Aceh
RS AL Dr. Midiyatos, Tanjung Pinang RS AL Dr. MINTOHARDJO, Jakarta
RS Pertamina, Cilacap RS Panti Waluyo, Solo
Lakesla TNI AL, Surabaya RSU Sanglah, Denpasar, dll
2.2.2 Definisi Terapi Oksigen Hiperbarik
Hiperbarik berasal dari kata hyper berarti tinggi, bar berarti tekanan. Dengan kata lain terapi hiperarik adalah terapi dengan menggunakan tekanan
yang tinggi. Pada awalnya terapi hiperbarik hanya digunakan untuk mengobati decompression sickness, yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan
tekanan lingkungan
secara mendadak
sehingga menimbulkan
sejumlah gelembung nitrogen dalam cairan tubuh baik dalam sel maupun di luar sel, dan hal
ini dapat menimbulkan kerusakan di setiap organ dalam tubuh, dari derajat ringan sampai berat bergantung pada jumlah dan ukuran gelembung yang terbentuk.
Seiring dengan berjalannya waktu, terapi hiperbarik berkembang fungsinya untuk terapi bermacam
–macam penyakit, beberapa diantaranya seperti, stroke, multiple sclerosis, cerebral edema, keracunan karbon monoksida dan sianida, trauma
kepala tertutup, gas ganggrene, peripheral neuropathy,osteomyelitis, sindroma kompartemen, diabetic neuropathy, migraine, myocardial infarction Guyton. A.
C. Hall. JE, 2006.
Hiperbarik oksigen HBO adalah suatu cara terapi di mana penderita harus berada dalam suatu ruangan bertekanan, dan bernafas dengan oksigen 100
pada suasana tekanan ruangan yang lebih besar dari 1 ATA Atmosfer Absolute Lakesla, 2009 dalam T Nuh Huda, 2010.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tidak terdapat definisi yang pasti akan tekanan dan durasi yang digunakan untuk sesi terapi oksigen hiperbarik. Umumnya tekanan minimal yang digunakan
adalah sebesar 2,4 atm selama 90 menit. Banyaknya sesi terapi tergantung pada kondisi pasien dengan rentang satu sesi untuk keracunan ringan karbon
monoksida hingga enam puluh sesi atau lebih untuk lesi diabetik pada kaki. Hanabe, 2004.
Terapi oksigen hiperbarik dilakukan dalam 10 hari untuk 1 sesi. Penentuan frekuensi terapi yang dilakukan pasien sesuai dengan pemeriksaan pada pasien
setelah terapi. Apabila hasil pemeriksaan sudah sesuai target penyembuhan penyakit, maka terapi dapat dihentikan. Terapi oksigen hiperbarik dilakukan pada
tekanan 2,4 atm selama 90 menit. Tiap 30 menit terapi, pasien diberikan waktu istirahat selama 5 menit. Hal ini dilakukan untuk menghindari keracunan oksigen
pada pasien Lakesla, 2009 dalam T Nuh Huda, 2010. Oksigen 100 diberikan dengan menggunakan masker, sementara gas
disekitar tubuh merupakan udara normal yang terkompresi pada tekanan yang sama. Di dalam RUBT posisi penderita bisa duduktiduran Mahdi, 1999 dalam
Samsudin, 2003. RUBT merupakan suatu tabung yang terbuat dari plat baja yang dibuat sedemikian rupa sehingga mampu diisi udara tekan mulai dari 1 ATA
Atmosfer Absolute sampai beberapa ATA, tergantung jenis dan penggunaannya Mahdi, 1999 dalam Samsudin, 2003.
Aspek fisika Untuk praktisnya, komposisi udara disederhanakan menjadi 21 O
2
, 79 N
2
. Tekanan total dari campuran gas ini pada permukaan air laut adalah 760 mmHg Jain, 1999.
Hukum Dalton mengatakan, tekanan gas pada suatu campuran gas berbanding lurus dengan proporsi gas tersebut terhadap total volume campuran
gas itu, tekanan parsial suat gas = tekanan absolut x proporsi terhadap volume total gas. Jadi tekanan parsial oksigen PO
2
di udara adalah 760 x 21 100 = 160 mmHg.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hukum boyle: Apabila temperatur tetap, volume gas berbanding terbalik dengan tekanannya. Oleh karena itu gas-gas yang terdapat pada rongga-rongga
tubuh volumenya akan terpengaruh oleh keadaan hiperbarik.
Aspek fisiologi Aspek fisiologi dari terapi HBO mencakup beberapa hal yaitu sebagai
berikut: a.
Fase Respirasi Fase-fase respirasi dari pertukaran gas terdiri dari fase ventilasi,
transportasi, utilisasi, dan diffusi. Dengan kondisi tekanan oksigen yang tinggi, diharapkan matriks seluler yang menopang kehidupan suatu
organisme mendapatkan kondisi yang optimal. Efek fisiologis dapat dijelaskan melalui mekanisme oksigen yang terlarut plasma. Pengangkutan
oksigen ke jaringan meningkat seiring dengan peningkatan oksigen terlarut dalam plasma Mahdi, 2009.
Seperti diketahui, kekurangan oksigen pada tingkat sel menyebabkan terjadinya gangguan kegiatan basal yang pokok untuk hidup suatu
organisme. Untuk mengetahui kegunaan HBO dalam mengatasi hipoksia seluler, perlu dipelajari fase
–fase pertukaran gas sebagai berikut: 1 Fase Ventilasi
Fase ini merupakan penghubung antara fase transportasi dan lingkungan gas di luar. Fungsi dari saluran pernafasan adalah
memberikan O
2
dan membuang CO
2
yang tidak diperlukan dalam metabolisme. Gangguan yang terjadi dalam fase ini akan menyebabkan
hipoksia jaringan. Gangguan tersebut meliputi gangguan membran alveoli,
atelektasis, penambahan
ruang rugi,
ketidakseimbangan ventilasi alveolar, dan perfusi kapiler paru Pennefather, 2002.
2 Fase Transportasi Fase ini merupakan penghubung antara lingkungan luar dengan
organ-organ sel dan jaringan. Fungsinya adalah menyediakan gas yang dibutuhkan dan membuang gas yang dihasilkan oleh proses
metabolisme. Gangguan dapat terjadi pada aliran darah lokal atau