UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DM, apabila hasilnya sama atau tetap, yaitu GDP 120 mgdL dan 2 jam PP 200 mgdL, atau apabila hasilnya memenuhi kriteria I
atau II. GTG, apabila hasilnya cocok dengan kriteria III.
Tabel 2.1. Kadar gula darah sewaktu dan puasa
Bukan DM
Belum pasti DM
DM Kadar gula darah
sewaktu mgdl Plasma vena darah
kapiler
110 90
110 – 199
90 – 199
≥200 ≥200
Kadar gula darah puasa mgdl
Plasma vena darah kapiler
110 90
110 – 125
90 – 109
≥126 ≥110
[Sumber : Hendromartono, 1999]
Tabel 2.2. Kriteria pengendalian DM
Pemeriksaan glukosa darah plasma vena mgdl Baik Sedang
Buruk Puasa
80 – 109
110 – 139 140
2 jam pp
110 – 159 160 – 199 200
HbA1c
4 – 6
6 – 8
8
Tekanan darah
140 90 160 95 16095
[Sumber : Hendromartono, 1999]
Hemoglobin A1c HbA1cGlycosylated Haemoglobin adalah apabila hemoglobin dipisahkan secara kromatografi melalui perubahan kation akan
berubah menjadi HbA0, HbAIa1, HbAIa2, HbA1b, HbA1c Boucher, 1988 dalam Nuh Huda, 2010. Pengukuran HbA1cGlycosylated Haemoglobin telah diterima
secara obyektif dan menjadi indeks quantitative pengukuran kadar glukosa darah selama 6-10 minggu dan nilai pengukuran tersebut akan meningkat pada penderita
Diabetes Melitus Nuh Huda, 2010.
2.1.8 Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi penyakit diabetes melitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu komplikasi yang bersifat akut dan kronis menahun. Komplikasi akut merupakan
komplikasi yang harus ditindak cepat atau memerlukan pertolongan dengan segera. Adapun komplikasi kronis merupakan komplikasi yang timbul setelah
penderita mengindap diabetes melitus selama 5 –10 tahun atau lebih Tobing dr.
Ade, 2008.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Komplikasi akut meliputi ketoasidosis diabetika DKA, koma nonketosis hiperglikemia. Sementara komplikasi kronis meliputi komplikasi mikrovaskuler
komplikasi di mana pembuluh –pembuluh rambut kaku atau menyempit sehingga
organ yang seharusnya mendapatkan suplai darah dari pembuluh –pembuluh
tersebut menjadi kekurangan suplai dan komplikasi makrovaskuler komplikasi yang mengenal pembuluh darah arteri yang lebih besar sehingga terjadi
aterosklerosis Tobing dr. Ade, 2008.
Berikut beberapa kerusakan dan gangguan yang terjadi akibat komplikasi penyakit diabetes melitus Tobing dr. Ade, 2008:
Kerusakan pada pembuluh darah vasculopathy, kerusakan pada dinding pembuluh darah akan mengakibatkan masalah pada jantung dan otak, serta
gangguan pada pembuluh darah di kaki. Akibatnya, makro dan mikrovaskuler sirkulasi akan terganggu, peningkatan tekanan darah, dan
infark hati dan cerebral.
Gangguan fungsi jantung, gangguan pada pembuluh darah akan mengakibatkan aliran darah ke jantung terhambat atau terjadi iskemia
kekurangan oksigen di otot jantung, timbul angina pectoris sakit di daerah
dada, lengan, dan rahang, bahkan pada akhirnya bisa
menyebabkan serangan jantung.
Gangguan fungsi pembuluh otak, pasien sering merasakan berat di belakang kepala, leher, dan pundak, pusing vertigo, serta pendengaran
dan penglihatan terganggu. Jika hal ini dibiarkan, gangguan neurologis akan muncul, misalnya dalam bentuk stroke yang disebabkan oleh
penyumbatan atau pendarahan.
Tidak stabilnya tekanan darah, tidak stabilnya atau seimbangnya tekanan darah yakni kadang tinggi atau rendah banyak terjadi pada pasien diabetes
melitus. Tekanan darah tinggi disebabkan oleh buruknya kondisi
pembuluh darah dan memburuknya fungsi ginjal.
Gangguan pada sistem saraf, neuropathy adalah salah satu komplikasi diabetes melitus. Kerusakan pada sistem saraf ini lebih mengacu pada
saraf sensorik saraf perasa, menimbulkan rasa sakit, kesemutan, serta baal mati rasa pada kaki dan tangan. Kerusakan pada sistem motorik