Jumlah Pasien Berdasarkan Karakteristik Pasien

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Inj. lantus 17. Sjafrie Metformin + Glimepirid 247 234 228 13,2 12,9 12,6 TT 18. Milla Metformin + Glimepirid + Inj. novorapid 309 300 285 10,9 10,3 9,7 TT 19. Niluh Metformin + Glimepirid + Inj novorapid 258 243 - 12,0 10,5 - TT 20. I gusti made Metformin + glimepirid + Inj novorapid 251 242 235 11,7 10,3 7,8 TT 21. C. Budhi Metformin + Glimepirid + Inj novorapid 219 210 - 10,6 8,5 - TT 22. Haryono Metformin + Glimepirid + Inj novorapid 256 245 - 10,9 9,9 - TT 23. Eddy Metformin + Glimepirid 247 228 212 12,3 11,0 9,9 TT 24. Bamban g Inj novorapid + Inj lantus 301 285 - 11,5 8,0 - TT 25. Adam Inj novorapid + Inj lantus 252 249 235 12,1 11,7 11,5 TT 26. Risyof Inj novorapid + Inj lantus 230 272 - 11,5 9,0 - TT 27. Taufik Inj novorapid + Inj lantus 327 310 - 11,0 10,9 - TT 28. Bamban g W Metformin + Glimepirid 382 370 362 10,1 9,8 9,0 TT 29. Saleh Inj novorapid + Inj lantus 328 320 - 11,7 11,5 - TT 30. Supri Inj novorapid + Inj lantus 317 298 280 9,9 8,9 8,0 TT Kete rangan: HbA1c: Hemoglobin terglikosilasi, GDS:glukosa darah sewaktu, OAD: obat antidiabetes, Tidak ada GDS dan HbA1c yang terkendali selama penggunaan OAD. Terkendali apabila HbA1c: ≤6,5-7,0, GDS: 110-130mgdL Dipiro et al, 2009. Pada tabel 5.2, terlihat bahwa tidak ada keadaan pasien yang terkendali yaitu kadar HbA1c 7 dan GDS 140mgdL. Hal ini menunjukan penggunaan OAD belum dapat mengendalikan kadar HbA1c dan GDS pasien. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 5.3. Distribusi kondisi pasien sebelum dan sesudah terapi OHB di RUMKITAL Dr. Mintohardjo Periode Januari 2014-Februari 2015 No Nama Freku ensi OHB sesi Jenis OAD Sebelum Terapi Hiperbarik Sesudah Terapi Hiperbarik Keadaan Pasien Keluar TTT HbA1c GDS mgdL HbA1c GDS mgdL 1 Tini 1 Metformin + Glimepirid 8,6 215 6,4 130 T 2 Didi 4 Metformin + Glimepirid 11,2 278 7,0 116 T 11,7 262 7,0 130 10,2 243 7,0 122 9,7 230 6,9 112 3 Umar 2 Metformin + Glimepirid 9,4 226 6,8 130 T 8,6 210 6,4 115 4 Harto 2 Metformin+ Glimepirid 8,1 216 7,0 129 T 9,2 218 6,7 120 5 Budhi 2 Inj. novorapid 8,9 240 7,0 130 T 7,8 235 6,9 129 6 Faruk 2 Inj. novorapid 9,5 215 7,0 128 T 8,3 220 6,8 129 7 Agus 1 Metformin 10,7 210 6,8 128 T 8 Iwan 1 Metformin 9,7 218 6,6 125 T 9 Sry 2 Glimepirid + Metformin + Inj. novorapid + Inj. lantus 10,2 278 6,5 129 T 7,6 220 6,5 125 10 Teguh 1 Metformin 9,1 199 6,9 130 T 11 Radila h 3 Inj novorapid 12,6 309 9,8 260 T 8,8 280 9,7 200 7,9 258 6,9 124 12 Djoko 2 Glimepirid + Metformin + Inj. novorapid + Inj. lantus 10,1 360 8,0 227 TT 11,7 309 8,3 209 13 Imlati 2 Glimepirid + Metformin + Inj. novorapid + Inj. lantus 10,7 284 9,6 219 T 8,9 207 7,0 118 14 Bamba ng P 2 Glimepirid + Metformin + Inj. novorapid + Inj. lantus 11,8 288 7,8 232 T 7,8 209 6,5 130 15 Aries 1 Inj novorapid 9,2 226 6,9 128 T 16 Sutan miwati 5 Glimepirid + Metformin + Inj. novorapid + Inj. lantus 11,8 319 8,2 251 T 10,5 288 8,5 250 9,7 254 8,9 200 8,1 220 7,0 127 8,1 209 6,8 115 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 17 Sjafri 2 Metformin + Glimepirid 12,6 226 9,7 200 T 8,1 208 6,9 118 18 Milla 2 Metformin + Glimepirid + Inj. novorapid 9,5 284 8,9 200 T 8,1 207 6,7 120 19 Niluh 1 Metformin + Glimepirid + Inj novorapid 10,4 243 7,0 130 T 20 I gusti made 2 Metformin + glimepirid + Inj novorapid 7,8 232 6,5 113 TT 8,1 278 9,7 204 21 C, budhi 2 Metformin + Glimepirid + Injnovorapid 8,4 207 6,4 129 T 7,7 211 6,7 117 22 Haryo- no 2 Metformin + Glimepirid + Inj novorapid 9,9 245 8,8 210 TT 8,9 277 8,7 212 23 Eddy 2 Metformin + Glimepirid 9,8 211 9,8 200 T 8,1 205 7,0 124 24 Bamba ng W 2 Inj novorapid + Inj lantus 7,8 284 8,9 219 T 7,8 265 6,4 123 25 Adam 2 Inj novorapid + Inj lantus 11,5 234 6,6 130 T 9,3 207 6,9 129 26 Risyof 2 Inj novorapid + Inj lantus 8,9 270 7,0 130 T 8,7 248 6,5 128 27 Taufik 2 Inj novorapid + Inj lantus 10,7 307 9,7 264 TT 11,2 276 8,9 208 28 Bamba ng 2 Metformin + Glimepirid 8,9 360 8,0 227 TT 8,7 267 8,5 210 29 Saleh 2 Inj novorapid + Inj lantus 11,3 319 7,9 260 T 8,4 232 7,1 119 30 Supri 2 Inj novorapid + Inj lantus 7,8 278 6,4 121 T 7,6 219 6,3 130 Rata-rata 9,37 249,217 7,5 158,7 Standar Deviasi 1,38 39,706 1,109 48,82 Kete rangan: OHB: oksigen hiperbarik, atm:atmosfer absolut, wkt: waktu, HbA1c: Hemoglobin terglikosilasi, GDS:glukosa darah sewaktu, T: terkendali, TT: tidak terkendali, Terkendali apabila HbA1c: ≤6,5-7,0, GDS: 110-130mgdL Dipiro et al, 2009, Tekanan pada terapi OHB: 2,4 atm, Waktu terapi OHB: 90 menitsesi. Dari tabel 5.3, terlihat bahwa rata-rata kadar HbA1c pasien sebelum terapi sebesar 9,37± 1,38 dan sesudah diterapi sebesar 7,5± 1,109. Rata-rata GDS pasien sebelum terapi sebesar 249,21± 39,71 dan sesudah diterapi sebesar 158,7± 48,82. Hal ini menunjukan adanya perubahan kadar HbA1c dan GDS yang mendekati normal setelah penggunaan terapi. Data yang telah diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan uji Paired samples T-Test UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lihat pada lampiran 4, mendapatkan hasil yang bermakna yaitu p≤0,05 yang menunjukan adanya perubahan kadar HbA1c dan GDS pada pasien diabetes sebelum dan sesudah terapi oksigen hiperbarik. Tabel 5.4. Rekapitulasi pasien yang menggunakan terapi oksigen hiperbarik di RUMKITAL Dr. Mintohardjo Periode Januari 2014-Maret 2015 Penilaian Klinis N Keterangan Terkendali 25 83,3 Efektif Tidak Terkendali 5 16,7 Tidak Efektif Jumlah 30 100 Kete rangan: N: jumlah, Efektif apabila penilaian klinis terkendali, Tidak efektif apabila penilaian klinis tidak terkendali, Terken dali apabila HbA1c: ≤6,5-7,0 , GDS: 110- 130mgdL Dipiro et al, 2009 Dari tabel 5.4, terlihat bahwa keadaan pasien keluar yang terkendali adalah 83,3 dan 16,7 tidak terkendali. Tabel 5.5. Frekuensi terapi oksigen hiperbarik dan jenis OAD pada keadaan pasien keluar yang terkendali di RUMKITAL Dr. Mintohardjo Periode Januari 2014-Februari 2015 Frekuensi Terapi Hiperbarik Jenis OAD SebelumTerapi Hiperbarik Sesudah Terapi Hiperbarik N HbA1c GDS mgdL HbA1c GDS mgdL 1 sesi Metformin + Glimepirid 8,6 215 6,4 130 1 4 2 sesi 9,4 8,6 226 210 6,8 6,4 130 115 4 16 8,1 9,2 216 218 7,0 6,7 129 120 8,9 7,8 240 235 7,0 6,9 130 129 9,5 8,3 215 220 7,0 6,8 128 129 4 sesi 11,2 11,7 10,2 9,7 278 262 243 230 7,0 7,0 7,0 6,9 116 130 122 112 1 4 2 sesi Inj. Novorapid + Inj. Lantus 7,8 7,8 284 265 8,9 6,4 219 123 5 20 11,5 9,3 234 207 6,6 6,9 130 129 8,9 8,7 270 248 7,0 6,5 130 128 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 11,3 8,4 319 232 7,9 7,1 260 119 7,8 7,6 278 219 6,4 6,3 121 130 2 sesi Metformin + Glimepirid + Inj. Novorapid + Inj. Lantus 10,2 7,6 278 220 6,5 6,5 129 125 3 12 10,3 8,9 284 207 9,6 7,0 219 118 11,8 7,8 288 209 7,8 6,5 232 130 5 sesi 11,8 10,5 9,7 8,1 8,1 319 288 254 220 209 8,2 8,5 8,9 7,0 6,8 251 250 200 127 115 1 4 1 sesi Inj. Novorapid + Glimepirid + Metformin 10,4 243 7,0 130 1 4 2 sesi 9,5 8,1 284 207 8,9 6,7 200 120 3 12 8,4 7,7 207 211 6,4 6,7 129 117 1 sesi Inj. Novorapid 9,2 226 6,9 128 1 4 2 sesi 8,9 7,8 240 235 7,0 6,9 130 129 2 8 9,5 8,3 215 220 7,0 6,8 128 129 3 sesi 12,6 8,8 7,9 309 280 258 9,8 9,7 6,9 260 200 124 1 4 1 sesi Metformin 10,7 210 6,8 128 3 12 9,7 218 6,6 125 9,1 199 6,9 130 Jumlah 25 100 Kete rangan: OAD: obat antidiabetes, HbA1c: Hemoglobin terglikosilasi, GDS:glukosa darah sewaktu, N: jumlah Pada tabel 5.5, terlihat bahwa frekuensi penggunaan OHB dan jenis OAD pada keadaan pasien keluar yang terkendali di RUMKITAL Dr. Mintohardjo yang memiliki tingkat kesembuhan paling tinggi adalah pada frekuensi penggunaan terapi oksigen hiperbarik selama 2 sesi dengan Inj. Novorapid + Inj. Lantus sebesar 20 . UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 5.6. Frekuensi terapi oksigen hiperbarik dan jenis OAD pada keadaan pasien keluar yang tidak terkendali di RUMKITAL Dr. Mintohardjo Periode Januari 2014-Februari 2015 Frekuensi Terapi Hiperbarik Jenis OAD SebelumTerapi Hiperbarik Sesudah Terapi Hiperbarik N HbA1c GDS mgdL HbA1c GDS mgdL 2 sesi Metformin + Glimepirid 8,9 8,7 360 267 8,0 8,5 227 210 1 20 2 sesi Inj. Novorapid + Inj. Lantus 10,7 11,2 307 276 9,7 8,9 264 208 1 20 2 sesi Metformin + Glimepirid + Inj. Novorapid + Inj. Lantus 10,1 11,7 360 309 8,0 8,3 227 209 1 20 2 sesi Inj. Novorapid + Glimepirid + Metformin 9,9 8,9 245 277 8,8 8,7 210 212 2 40 7,8 8,1 232 278 6,5 9,7 113 204 Jumlah 5 100 Kete rangan: OAD: obat antidiabetes, HbA1c: Hemoglobin terglikosilasi, GDS:glukosa darah sewaktu, N: jumlah. Pada tabel 5.6, terlihat bahwa frekuensi penggunaan OHB dan jenis OAD pada keadaan pasien keluar yang tidak terkendali di RUMKITAL Dr. Mintohardjo yaitu paling banyak terdapat pada frekuensi penggunaan terapi oksigen hiperbarik selama 2 sesi dengan injeksi novorapid + glimepirid + metformin sebesar 40. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB VI PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengumpulan data menggunakan metode retrospektif yaitu melihat data rekam medis pasien yang terjadi di masa lalu. Data penelitian ini dikumpulkan dari medical record pasien periode Januari 2014 sampai Maret 2015. Pencatatan data yang hanya diambil dari medical record sangat terbatas sehingga masih ada data yang diperlukan untuk mendukung analisis dalam penelitian ini tetapi tidak tercantum dalam medical record tersebut. Kedua hal di atas desain penelitian deskriptif dan pengumpulan data secara retrospektif merupakan keterbatasan dalam penelitian ini.

6.1 Pembahasan

6.1.1 Karakteristik Pasien

a. Jenis Kelamin Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pasien laki-laki lebih banyak menderita DM daripada pasien perempuan. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuh Huda di Surabaya tahun 2011, yang menyatakan diabetes lebih banyak diderita oleh laki-laki sebesar 65 pasien dan perempuan 35 pasien. Tidak ada hipotesa yang menyebutkan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan angka kejadian diabetes, tetapi kecenderungan kearah laki-laki lebih benyak menderita diabetes lebih diakibatkan oleh pola makan yang susah diatur daripada perempuan Tjokroprawiro, 2007. b. Usia Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pasien diabetes yang menggunakan obat antidiabetes dan terapi oksigen hiperbarik paling banyak terdapat pada kelompok usia 56-65 tahun. Terlihat bahwa penderita diabetes mulai rentan dan sering terjadi pada usia 46 tahun ke atas hingga 65 tahun. Pada usia ini, umur sangat erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan kadar glukosa darah, sehingga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semakin meningkat usia maka prevalensi diabetes dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. Proses menua yang berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi fungsi homeostatis. Komponen tubuh yang dapat mengalami perubahan adalah sel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin, sel-sel jaringan target yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa Goldberg dan Coon dalam Rochman, 2006. Menurut Waspadji 2008 dalam Sri Wahyuni 2010, dibandingkan dengan usia yang lebih muda, usia lanjut mengalami peningkatan produksi insulin glukosa dari hati, cenderung mengalami resistensi insulin, dan gangguan sekresi insulin akibat penuaan dan apoptosis sel beta pankreas. Proses penuaan juga menjadi penyebab akibat penyusutan sel-sel beta pankreas yang progresif sehingga sekresi insulin semakin berkurang dan kepekaan reseptornya turut menurun. Penyebab lain diduga akibat infeksi virus sewaktu muda WHO, dalam istiqomah 2013. Menurut WHO setelah usia 30 tahun maka kadar glukosa akan naik 1-2 mgdL pada saat puasa dan akan naik 5,6-13 pada 2 jam setelah makan Sudoyo, 2006. 6.1.2 Kondisi Pasien yang Menggunakan Obat Antidiabetes dan Sesudah Terapi Oksigen Hiperbarik Data yang telah diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan uji Paired Samples T-Test lihat pada lampiran 4 mendapatkan hasil yang bermakna yaitu p≤0,05, ini menunjukan adanya perubahan kadar HbA1c dan GDS pada pasien diabetes sebelum dan sesudah terapi oksigen hiperbarik. Hasil penelitian ini menunjukan adanya perubahan berupa penurunan kadar HbA1c yang menandakan adanya perbaikan kadar glukosa darah pasien. Pada pasien diabetes yang terkontrol dengan baik gula darah normal akan terjadi penurunan proses glikosilasi hemoglobin, sehingga terjadi penurunan HbA1c UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prihartini, 2001. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budhiarto tahun 1983 yang menyebutkan penurunan yang bermakna dari HbA1c pada pasien diabetes yang semula tidak baik dan menjadi lebih baik dengan menggunakan terapi HBO Prihartini, 2001. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian indra, 2000 yang menggunakan terapi oksigen hiperbarik pada pasien diabetes tanpa menggunakan obat antidiabetes yang hasilnya adalah terjadi penurunan kadar glukosa darah dan HbA1c akibat efek oksigen bertekanan tinggi atau terjadi efek hipoglikemia pada penggunaan oksigen bertekanan tinggi. Terapi oksigen hiperbarik meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin dan menimbulkan hipoglikemik pada penderita diabetes, di mana terapi oksigen hiperbarik pada 2,4 atmosfer absolut menimbulkan penurunan kadar gula darah Ishihara, 2007. Efek hipoglikemik tersebut dihipotesakan terjadi karena oksigen bertekanan tinggi menginhibisi hormon anti insulin, meningkatkan sekresi C-peptidase dan sensitivitas sel reseptor insulin di jaringan untuk mengoreksi keseimbangan asam basa Ishihara, 2007. Pada penderita DM, terjadi gangguan keseimbangan antara glukosa ke dalam sel, glukosa yang disimpan di hati, dan glukosa yang dikeluarkan dari hati. Keadaan ini menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat dan kelebihannya akan keluar melalui urin. Jumlah urin banyak dan mengandung gula. Penyebab keadaan ini hanya 2. Pertama, pankreas tidak mampu lagi membuat insulin. Kedua, sel tubuh tidak memberi respon terhadap kerja insulin sebagai kunci untuk membuka pintu sel sehingga tidak dapat masuk ke dalam sel Hans Tandra, 2008. Terapi oksigen hiperbarik dapat meningkatkan jumlah molekul oksigen yang masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan maupun pori-pori atau jaringan luar tubuh. Dengan meningkatnya oksigen yang dihirup, maka jumlah oksigen yang terlarut di dalam darah semakin meningkat. Oksigen diangkut oleh darah ke seluruh sel-sel dan jaringan tubuh. Banyak fungsi-fungsi sel dan jaringan tubuh yang tergantung pada oksigen, sehingga meningkatkan kemampuan sel-sel dan jaringan tubuh untuk membelah atau bergenerasi, membunuh kuman penyakit, dan meningkatkan metabolisme pada sel yang akan menghasilkan banyak manfaat