Analisis Wacana Theo van Leeuwen

alamiah, wajar dan netral tetapi juga merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Kekuasaan dalam hubungannya dengan wacana erat kaitannya dengan kontrol. Seseorang yang mempunyai lebih besar kekuasaan bukan hanya menentukan bagian mana yang perlu ditampilkan dan mana yang tidak tetapi juga bagaimana ia harus ditampilkan. 5. Ideologi Ideologi juga merupakan konsep yang sentral dalam analisis wacana kritis. Ini karena teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu.

II.6 Analisis Wacana Theo van Leeuwen

Menurut van Leeuwen, istilah wacana yang sering digunakan sebagai bidang yang merupakan perluasan dari tuturan atau tulisan yang berhubungan yaitu sebuah teks. Ia juga menegaskan bahwa wacana adalah pengetahuan yang dibangun oleh masyarakat dari berbagai aspek realitas. Selanjutnya analisis wacana berati analisis atau teks yang diperluas atau jenis dari teks. Theo van Leeuwen memperkenalkan model analisis wacana untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Di sini ada kaitan antara wacana dan kekuasaan. Theo van Leeuwen membuat suatu model analisis yang bisa kita pakai untuk melihat bagaimana peristiwa dan aktor-aktor sosial tersebut ditampilkan dalam media, dan bagaimana suatu kelompok yang tidak punya akses menjadi pihak yang secara terus menerus dimarjinalkan Eriyanto,2001:171-172. Universitas Sumatera Utara Lewat pemberitaan yang terus menerus disebarkan, media secara tidak langsung membentuk pemahaman dan kesadaran di kepala khalayak mengenai sesuatu. Wacana yang dibuat oleh media itu bisa jadi melegitimasi suatu hal atau kelompok dan mendelegitimasi dan memarjinalkan kelompok lain. Analisis Theo van Leeuwen secara umum menampilkan bagaimana pihak- pihak dan aktor bisa seseorang atau kelompok ditampilkan dalam pemberitaan. Ada dua pusat perhatian. Pertama, proses pengeluaran exclusion. Apakah dalam suatu teks berita, ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dalam pemberitaan, dan strategi wacana apa yang dipakai untuk itu. Proses pengeluaran ini, secara tidak langsung bisa mengubah pemahaman khalayak akan suatu isu dan melegitimasi posisi pemahaman tersebut. Kedua, proses pemasukan inclusion. Inklusion berhubungan dengan pertanyaan bagaimana masing-masing pihak atau kelompok itu ditampilkan dalam pemberitaan Eriyanto,2001:172. Baik proses eksklusion maupun inklusion tersebut menggunakan apa yang disebut sebagai strategi wacana. Dengan memakai kata, kalimat, informasi atau susunan bentuk kalimat tertentu, cara bercerita tertentu, masing-masing kelompok dipresentasikan dalam teks. Universitas Sumatera Utara Tabel 2 TINGKAT YANG INGIN DILIHAT Eksklusi Apakah ada aktor seseorang kelompok sosial yang dihilangkan atau disembunyikan dalam pemberitaan. Bagaimana strategi yang dilakukan untuk menyembunyikan atau menghilangkan aktor sosial tersebut? Inklusi Dari aktor sosial yang disebut dalam berita, bagaimana mereka ditampilkan? Dan dengan strategi apa permarjinalan atau pengucilan dilakukan? Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Harian umum Kompas merupakan surat kabar nasional yang tidak bisa dilupakan perannya dalam sjarah pers nasional di Indonesia. Hal ini karena harian Kompas termasuk harian yang memberi masukan dalam sejarah jurnalistik, khususnya jurnalistik surat kabar. Hal lain yang perlu diingat dari harian ini adalah manajemen yang diterapkan dalam organisasi harian merupakan sumbangsih terbesar yang pernah diberikan oleh harian Kompas kepada jurnalistik di Indonesia. Sejumlah uraian di atas merupakan hasil kerja keras dari kedua tokoh pendiri harian Kompas yang sekaligus merupakan tokoh pers juga, yaitu Petrus Kanisius PK Ojong dan Jakob Oetama. Pada tahun 1965, merupakan masa-masa dimana ide untuk mendirikan Kompas tersbut tercetus. Pada masa itu dimana PKI merajalela, hubungan PKI dan militer memburuk terutama Angkatan Darat, sampai akhirnya Letjen Ahmad Yani sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat 1962-1965 melemparkan ide agar Frans Seda – Menteri Perkebunan 1964-1966 menerbitkan koran. Ide itu sejalan pula dengan terbitnya koran-koran yang bernaung di bawah partai atau corong partai. Frans Seda selaku ketua umum Partai Katolik menanggapi ide tersebut. Ia dan Jakob Oetama serta PK Ojong menggarap ide mendirikan koran. Ditetapkan nama Bentara Rakyat yang secara harafiah berarti pegawai rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI. Universitas Sumatera Utara Suatu saat ketika Bentara Rakyat hampir terbit, Frans Seda datang ke Presiden Soekarno untuk urusan dinas selaku Menteri Perkebunan. Bung Karno mendsak Partai Katolik untuk mnerbitkan sebuah Koran. Bung Karno sudah mendengar bahwa Frans Seda dengan rekan-rekannya dari Partai Katolik akan mendirikan Koran. Ketika disebut nama Bentara Rakyat, Bung Karno menyarankan nama “KOMPAS” agar jelas sebagai penunjuk arah. Jadilah dipilih KOMPAS sebagai nama sedangkan Bentara Rakyat dipilih sebagai nama yayasan yang menerbitkan Kompas. PKI berekasi keras dengan terbitnya Kompas, dengan menghasut rakyat dengan ledekan kepanjangan Kompas adalah Komando Pastor. Plesetan kata “Komando Pastor” lebih gencar ditiupkan oleh kaum komunis pada saat itu, dengan maksud menjatuhkan nama Kompas. Kemudian ada pula yang ingin menggantikan nama “KOMPAS” menjadi “Komt Pas Morgen” artinya “KOMPAS” yang akan datang pada keesokan harinya karena memang sering telat terbit. Para pendiri yayasan Bentara Rakyat adalah pemimpin dari organisasi- organisasi Katolik, seperti Partai Katolik, Pemuda Katolik, Wanita Katolik, PMKRI. Pengasuh sehari-hari dipegang oleh dua serangkai Jakoeb Oetama dan PK Ojong dengan otonomi profesional yang penuh. Karena pada saat itu PKI menguasai aparatur khususnya aparatur perizinan di pusat dan daerah, proses minta izin usaha dan izin terbit menemui kesulitan. PKI agaknya tidak mentolerir saingan dari sebuah harian yang menurut mereka pasti merupakan saingan berat. Namun, tahap demi tahap dengan penuh ketekunan dan masukan dari seluruh ormas Katolik, semua rintangan dapat diatasi. Pusat memberi izin prinsip, namun harus dikonfirmasikan di daerah, yakni Universitas Sumatera Utara Daerah Militer V Jaya. Pada tanggal 28 juni 1965 di Kramat Jaya Jakarta, tepatnya di percetakan PN Eka Grafika. PK Ojong dan Jakoeb Oetama memulai aktivitas mereka untuk menghasilkan edisi pertama harian Kompas. Penampilan pertama Kompas memang berantakan. Tatanan wajahnya tidak karuan, memiliki gambar kurang terang dan sama sekali belum memiliki tambahan pernak pernik untuk mempercantik diri. Justru, di balik segala keterbatsana serta kekurangan itu, para pengelolanya seperti dipacu untuk terus menerus memperbaiki diri. Dalam kondisi serba kekurangan itu, kemudian diletakkan dalam dasar profesional, sehingga ketika meletusnya Gerakan 30 September PKI, tiga bulan kemudian timbulnya Orde Baru, Kompas sudah siap menampung dan dengan pesat berkembang menjadi suatu harian yang dapat diandalkan dan berpengaruh, baik sebagai sumber pemberitaan maupun sebagai sumber opini. Seperti pada umumnya terjadi dalam pertumbuhan media pers di Indonesia, Kompas selama awal perkembangannya, dicetak di percetakan orang lain, sebelum membangun percetakan sendiri. Untuk pertama kalinya dicetak, di atas mesin cetak duplex, yang sederhana, sebelum kemudian pindah, ke mesin cetak rotasi. Lalu pada tahun 1972, Kompas mulai mencetak sendiri, yaitu di percetakan GRAMEDIA. Semula Kompas hanya terdiri, dari empat halaman sama seperti harian lainnya. Kemudian menjadi enam belas halaman, yakni batas maksimum surat kabar yang diperbolehkan pemerintah. Kantor redaksi Kompas pertama masih menumpang di kantor redaksi majalah intisari, yang mnempati salah satu ruang di kantor percetakan PT Kinta, Jakarta Kota. Oleh karena alasan percetakan jauh, maka redaksi malam juga menumpang di redaksi majalah penabur, bertempat di Jalan Universitas Sumatera Utara Kramat. Sejak Juli 1986, sesuai dengan ketentuan pemerintah, dua kali dalam sminggu, Kompas dapat menambah halamannya menjadi dua puluh halaman. Kompas semula yang hanya diarmadai oleh lima belas wartawan, namun kini ada skitar 300 wartawan dan 8 koresponden di luar negeri. Sejak tahun 1969, Kompas merajai penjualan surat kabar secara nasional. Pada tahun 2004, tiras hariannya mencapai 530.000 eksemplar, khusus untuk edisi Minggunya malah mencapai 610.000 eksemplar. Pembaca koran ini mencapai 2,25 juta orang di seluruh Indonesia. Sepanjang sejarahnya, Kompas pernah dua kali dilarang terbit oleh pemerintah, dan kedua peristiwa itu merupakan larangan massal. Setelah terjadi peristiwa Gerakan 30 September 1965, Kompas bersama kebanyakan harian lainnya dilarang terbit mulai edisi 2 Oktober 1965 dan baru diizinkan beredar kembali tanggal 6 Oktober 1965. larangan ini dikeluarkan ole Penghuasa pelaksana Perang Daerah Pepelrada Jakarta Raya. Pada saat itu hanya harian ”Angkatan Bersenjata” dan ”Berita Yudha” -dimana keduanya didukung tentara- yang boleh terbit. Larangan terbit kedua kali di alami setelah terjadinya demonstrasi mahasiswa pada akhir tahun 1977 dan awal 1978. Kompas termasuk dianatar tujuh harian yang dilarang terbit antara tanggal 21 Januari 1978 dan 5 Februari 1978. enam harian lainnya adalah ”Sinar Harapan”, ”Merdeka”, ”Pelita”, ”The Indonesian Time”, ”Sinar Pagi”, dan ”Pas Sore” sekarang Harian Terbit. Pada waktu yang sama pula dilarang terbit sedikitnya tujuh penerbitan pers mahasiswa di berbagai Universitas Jakarta, Yogyakarta, Bandung dan Palembang. Universitas Sumatera Utara Struktur Organisasi Penerbit : PT Kompas Media Nusantara SIUPP : SK Menpen No. 013SK?MenpenSIUPPA.71985 tanggal 19 November 1985 Percetakan : PT. Gramedia Pemimpin Perusahaan : Lukas Widjaja Manajer Iklan : Lukas Widjaja Manajer Sirkulasi : Sugeng Hari Santoso Kepala Litbang : Daniel Dhakidae Wakil : Bestian Nainggolan Manajer Diklat : Agnes Ariastiani Alamat : Jl.Palmerah Selatan 26-28 Jakarta 10270 Visi, Misi dan Motto Harian Kompas Visi Harian Kompas Kompas memiliki visi yang merupakan hal yang ingin dicapai oleh Kompas dalam kedudukannya sebagai media. Adapun visi Kompas yaitu ”Menjadi institusi yang memberikan pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan bermartabat, serta menjunjung tinggi asas dan nilai kemanusiaan.” Misi Harian Kompas Misi merupakan langkah yang ditempuh suatu institusi atau badan dalam mencapai tujuannya. Adapun misi harian Kompas adalah ”mengantisipasi dan Universitas Sumatera Utara merespon dinamika masyarakat secara profesional, sekaligus memberi arah perubahan Trend Setter dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang terpercaya.” Motto Harian Kompas Harian Kompas mengemban motto ”Amanat Hati Nurani Rakyat”. Motto ini merupakan hasil pilihan dan perenungan yang matang, timbul dari keprihatinan, penghayatan dari nasib hati nurani rakyat yang pada saat itu tersumbat akibat dimanipulasi oleh PKI. Nilai-nilai Dasar Harian Kompas Harian Kompas menganut falsafah bahwa seluruh kegiatan dan keputusan yang akan diambil harus berdasarkan pada nilai-nilai dasarnya. Dan dengan mengikuti nilai-nilai dasar tersebut berfungsi untuk memuaskan pelanggan. Adapun nilai-nilai dasar harian kompas adalah : • Menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabatnya • Mengutamakan watak baik • Profesionalisme • Semangat kerja tim • Berorientasi pada kepuasan konsumen pembaca, pengiklan, mitra kerja, penerima proses selanjutnya • Tanggung jawab sosial Universitas Sumatera Utara III.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dipakai dalam penelitian ini menggunakan model analisis wacana yang dibuat oleh Theo van Leeuwen. Analisis van Leeuwen secara umum menampilkan bagaimana pihak-pihak dan aktor bisa seseorang atau kelompok ditampilkan dalam pemberitaan. Ada dua pusat perhatian. Pertama, proses pengeluaran exclusion. Apakah dalam suatu teks berita, ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dalam pemberitaan, dan strategi wacana apa yang dipakai untuk itu. Kedua, proses pemasukan inclusion. Inclusion berhubungan dengan pertanyaan bagaimana masing-masing pihak atau kelompok itu ditampilkan dalam pemberitaan. III.3 Fokus Penelitian Adapun yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah berita tentang perseteruan Polri dan KPK terkait pemanggilan pejabat KPK oleh Polri sampai penetapan tersangka dua pimpinan KPK di surat kabar Kompas yang terbit pada tanggal 1 September hingga 30 September 2009. III.4 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah surat kabar Kompas yang memuat berita tentang perseteruan Polri dan KPK terkait pemanggilan pejabat KPK oleh Polri sampai penetapan tersangka dua pimpinan KPK yang terbit pada tanggal 1 September hingga 30 September 2009. Universitas Sumatera Utara III.5 Teknik Pengumpulan Data Data-data yang berhubungan dengan penelitian dikumpulkan melalui: a. Studi dokumenter, yaitu data-data unit analisis dikumpulkan dengan cara mengumpulkan data dari bahan-bahan tertulis pada harian Kompas yang memuat berita perseteruan Polri dan KPK. b. Penelitian Kepustakaan Library Research, yaitu penelitian dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. III.6 Unit dan Tingkat Analisis Data Unit analisis adalah data yang dapat diamati langsung. Unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh isi berita pada surat kabar harian Kompas yang memuat pemberitaan mengenai pemanggilan pejabat KPK oleh Polri sampai penetapan tersangka dua pimpinan KPK. Sedangkan tingkat analisisnya adalah wacana yang dipakai dalam mengkonstruksi berita mengenai perseteruan Polri dan KPK terkait pemanggilan pejabat KPK oleh Polri sampai penetapan tersangka dua pimpinan KPK. III.7 Metode Analisis Data Unit-unit sampel isi berita dipaparkan secara keseluruhan mengingat analisis wacana membutuhkan penafsiran objektif terhadap keseluruhan isi teks. Sebab isi teks berita adalah satu kesatuan yang membentuk wacana itu sendiri. Universitas Sumatera Utara Setiap teks berita akan dianalisis dengan menggunakan kerangka analisis wacana Theo Van Leeuwen. Teks tersebut akan dianalisis, baik pemilihan kata yang digunakan hingga pembentukan kalimat yang dimuat dalam pemberitaan, mulai dari judul hingga isi berita tersebut.  Tahapan eksklusi : Bagaimana penggunaan kata dan kalimat dalam teks berita untuk melakukan eksklusi atau pengeluaran terhadap seseorangpihak tertentu, sehingga orangpihak tersebut ‘hilang’ dari pemberitaan.  Tahapan inklusi : bagaimana kata dan kalimat digunakan untuk melakukan inklusi atau pemasukan seseorang atau pihak tertentu ke dalam pemberitaan.  Penarikan kesimpulan atau generalisasi fakta, yaitu melihat temuanhasil secara keseluruhan dari penelitian dan ditarik kesimpulan mengenai subjek yang diteliti. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan ini akan menelaah analisis wacana dalam mencitrakan posisi KPK dan Polri terkait perseteruan KPK dan Polri di dalam surat kabar Kompas. Setelah dilakukan pengumpulan data, diperoleh 8 berita yang memuat tentang perseteruan KPK dan Polri.

4.1 Analisa Data

Dokumen yang terkait

Pencitraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terkait Perseteruan KPK Dan POLRI (Analisis Framing Terhadap Pembentukan Citra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terkait Perseteruan Polri dan KPK Pada Surat Kabar Kompas)

1 52 118

POLITIK KEKUASAAN KPK dan POLRI (Analisis Semiotika Foto-Foto Headline Perseteruan KPK dan Polri dalam Tiga Surat Kabar Nasional: Kompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia edisi Rabu, 1 Agustus 2012).

0 6 16

SKRIPSI POLITIK KEKUASAAN KPK dan POLRI (Analisis Semiotika Foto-Foto Headline Perseteruan KPK dan Polri dalam Tiga Surat Kabar Nasional: Kompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia edisi Rabu, 1 Agustus 2012).

0 4 13

PENDAHULUAN POLITIK KEKUASAAN KPK dan POLRI (Analisis Semiotika Foto-Foto Headline Perseteruan KPK dan Polri dalam Tiga Surat Kabar Nasional: Kompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia edisi Rabu, 1 Agustus 2012).

0 3 47

Deskripsi Objek Penelitian POLITIK KEKUASAAN KPK dan POLRI (Analisis Semiotika Foto-Foto Headline Perseteruan KPK dan Polri dalam Tiga Surat Kabar Nasional: Kompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia edisi Rabu, 1 Agustus 2012).

0 3 34

KESIMPULAN DAN SARAN POLITIK KEKUASAAN KPK dan POLRI (Analisis Semiotika Foto-Foto Headline Perseteruan KPK dan Polri dalam Tiga Surat Kabar Nasional: Kompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia edisi Rabu, 1 Agustus 2012).

0 4 14

KONFLIK KPK DAN POLRI DALAM PEMBERITAAN DI SURAT KABAR KOMPAS DAN KORAN TEMPO KONFLIK KPK DAN POLRI DALAM PEMBERITAAN DI SURAT KABAR KOMPAS DAN KORAN TEMPO (Analisis Isi Kecenderungan Ketidakberpihakan Media Konflik KPK dan POLRI Dalam Pemberitaan Surat

0 2 13

PENUTUP KONFLIK KPK DAN POLRI DALAM PEMBERITAAN DI SURAT KABAR KOMPAS DAN KORAN TEMPO (Analisis Isi Kecenderungan Ketidakberpihakan Media Konflik KPK dan POLRI Dalam Pemberitaan Surat Kabar Kompas dan Koran Tempo Periode Agustus 2012-Oktober 2012).

0 4 59

Pemberitaan Konflik KPK-Polri di Majalah Tempo dan Detik.

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing terhadap Pemberitaan Perseteruan KPK vs Polri dalam Harian Suara Merdeka dan Jawa Pos

0 0 15