BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan ini akan menelaah analisis wacana dalam mencitrakan posisi KPK dan Polri terkait perseteruan KPK dan Polri di dalam surat kabar Kompas.
Setelah dilakukan pengumpulan data, diperoleh 8 berita yang memuat tentang perseteruan KPK dan Polri.
4.1 Analisa Data
Dalam studi analisis teks berita, paradigma kritis teruatam berpandangan bahwa berita bukanlah sesuatu yang netral dan menjadi ruang publik dari
pandangan yang berseberangan dalam masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis wacana kritis dengan
metode analisis Theo van Leeuwen. Model ini secara umum melihat bagaimana aktor dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana serta menggambarkan
bagaimana aktor ditampilkan dalam pemberitaan. Analisis van Leeuwen secara umum menampilkan bagaimana pihak-pihak dan aktor bisa seseorang atau
kelompok ditampilkan dalam pemberitaan. Ada dua pusat perhatian. Pertama, proses pengeluaran exclusion. Apakah dalam suatu teks berita, ada kelompok
atau aktor yang dikeluarkan dalam pemberitaan, dan strategi wacana apa yang dipakai untuk itu. Kedua, proses pemasukan inclusion. Inclusion berhubungan
dengan pertanyaan bagaimana masing-masing pihak atau kelompok itu ditampilkan dalam pemberitaan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3 Judul Pemberitaan di Harian Kompas
No Tanggal
Judul Pemberitaan
1 14 September 2009
Hentikan Pemanggilan Para Pejabat KPK 2
16 September 2009 Presiden Perlu Segera Turun Tangan
3 17 September 2009
Jangan Lindungi Koruptor 4
26 September 2009 Jadi Tersangka, Kepala Polri : Tak ada Dendam
kepada KPK 5
27 September 2009 Kepala Polri Dibantah
6 28 September 2009
Dugaan Penyuapan 7
29 September 2009 Status Pimpinan KPK, Wapres Desak Polri Lekas
Tuntaskan
Analisis Wacana Berita Perseteruan KPK dan Polri di harian Kompas Senin, 14 September 2009
Hentikan Pemanggilan Para Pejabat KPK Citra Polisi Bisa Rusak bila Diteruskan
Pemanggilan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk dimintai keterangan terkait dengan dugaan kasus penyalahgunaan wewenang di komisi itu
sebaiknya segera dihentikan. Sebab, analisis polisi dalam kasus itu terlihat belum matang.
“Citra polisi dapat rusak jika pemanggilan diteruskan karena kasusnya masih samar-samar. Apalagi jika nanti tidak ditemukan cukup bukti, bagaimana
penilaian masyarakat terhadap polisi, terutama Badan Reserse dan Kriminal Polri?” tanya pengajar Program Pascasarjana Kajian Ilmu Kepolisian Universitas
Indonesia, Bambang Widodo Umar, Minggu 139 di Jakarta.
Pada Jumat lalu, empat pimpinan KPK, yaitu Chandra Hamzah, Bibit Samad Rianto, M Jasin, dan Haryono datang ke Markas Besar Polri dan diperiksa
sebagai saksi. Selasa besok, Chandra dan Bibit akan kembali diperiksa.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Haryono, dia dan tiga temannya diperiksa terkait dengan pelaksanaan tugas KPK, terutama pencekalan Direktur PT Masaro Anggoro
Widjojo serta pencekalan dan pencabutan cekal mantan Direktur Utama PT Era Giat Prima Djoko Tjandra.
KPK telah menetapkan Anggoro sebagai tersangka karena diduga menyuap Ketua Komisi IV DPR saat itu Yusuf Emir Faisal. Adapun Djoko
Tjandra pernah dicekal karena diduga terlibat penyuapan yang dilakukan Artalyta Suryadi dan mantan jaksa Urip Tri Gunawan. Namun, pencekalan itu dicabut pada
September 2008 karena KPK tidak memiliki cukup bukti untuk melakukan proses hukum selanjutnya.
Belum matangnya analisis polisi terhadap kasus di KPK, lanjut Bambang, erlihat dari bentuk kasus yang berbeda-beda. Awalnya berkembang kabar yang
dipermasalahkan adalah penyadapan KPK terhadap Direktur Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani. Lalu, Kepala Badan Reserse
Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Susno Duadji mengatakan, pimpinan KPK dipanggil terkait kasus PT Masaro dalam testimoni Ketua KPK nonaktif
Antasari Azhar. Dalam testimoninya, Antasari menulis, sejumlah pimpinan KPK menerima uang dari PT Masaro.
Namun, empat pimpinan KPK itu ternyata diperiksa dalam kasus pencekalan terhadap Anggoro Widjojo dan Djoko Tjandra. “Polisi hanya
menangani masalah pidana dan saya tidak tahu, pidana apa yang diduga dilakukan KPK dalam pencekalan itu? sebab, secara hukum, KPK memang berwenang
mencekal,” tutur Bambang.
Sebelum analisis kasusnya matang, polisi sebaiknya menghentikan dahulu pemanggilan pimpinan KPK. “Nanti jika sudah diketahui secara lebih jelas tindak
pidananya, pimpinan KPK itu dipanggil lagi untuk diperiksa, bahkan kalau perlu dikenakan proses hukum selanjutnya, “ ucap Bambang.
Polisi Rugi Sendiri
Juru bicara Komite Bangkit Indonesia, Adhie Masardi, bahkan menilai, pengusutan polisi terhadap kasus di KPK harus dihentikan. Sebab, sudah tidak
wajar dan terlihat penuh muatan politik, yaitu untuk melemahkan KPK. “Jika polisi ngotot meneruskan pengusutan kasus ini, mereka sendiri yang
akan dirugikan,” ucap Adhie sambil mengingatkan tentang hasil survei Transparansi Internasional Indonesia tahun 2007. Saat itu, polisi dipersepsikan
sebagai lembaga paling korup.
Sementara itu, pengajar Hukum Pidana di Universitas Indonesia, Rudi Satriyo, melihat, yang diserang dalam kasus ini adlah institusi KPK, bukan orang
per orang. “Dalam kondisi seperti ini, seharunsnya Presiden segera turun tangan untuk menyelamatkan institusi KPK,” ucapnya.
Sekretaris Jenderal Transparansi Inernasional Indonesia Teten Masduki, saat dihubungi di Jakarta, kemarin, mengatakan, Presiden sebaiknya menegur
Polri. Sangkaan terhadap empat pimpinan KPK dinilai dapat dikategorikan
sebagai kriminalisasi penegak hukum oleh KPK dalam upaya pemberantasan korupsi.
Universitas Sumatera Utara
“Dengan demikian, upaya pemberantasan tindakan korupsi terancam. Tindakan Polri semacam ini bisa dinilai mewakili kepentingan para koruptor yang
selam ini dinilai telah ketakutan terhadap KPK,” ungkapnya. Menurut Teten, langkah Polri terhadap KPK dikhawatirkan dapat
mengancam agenda pemberantasan korupsi yang dicanangkan oleh Presiden. “Sebaiknya KPK dapat meneruskan penyidkan dan penyelidikan kasus-
kasus korupsi lainnya, seperti kasus dugaan suap seorang perwira tinggi Polri dalam kasus Bank Century,” ujar Teten.
Proses inklusi terjadi dalam berita ini, yaitu :
a. Objektivasi-Abstraksi