Latar Belakang Masalah Pemberitaan Perseteruan KPK dan Polri (Studi Analisis Wacana Tentang Perseteruan Antara KPK dan Polri Pada Harian Kompas)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara besar dengan penduduk yang besar, sumber daya alam yang melimpah dan budaya yang beraneka ragam. Namun di balik semua itu, Indonesia juga merupakan negara yang mempunyai masalah yang besar seperti masalah kependudukan, pengangguran, kemiskinan, kriminalitas dan juga masalah yang menyangkut pemerintahan seperti hukum dan korupsi. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka pemerintah Indonesia mengambil langkah-langkah seperti mengundang investor untuk mengurangi pengangguran, mengeluarkan program program sosial untuk mengatasi kemiskinan dan lain-lain. Terkait masalah hukum dan korupsi, pemerintah Indonesia juga mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya. Strategi yang diambil pemerintah Indonesia adalah dengan memberi tugas kepada Polri dan Kejaksaan untuk mengurusi bidang hukum dan korupsi. Namun untuk mengakselerasi pemberantasan korupsi, pemerintah Indonesia membentuk lembaga khusus pemberantasan korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. Bagi masyarakat awam, lembaga ini merupakan jawaban atas keinginan masyarakat untuk memberantas korupsi dan juga jawaban atas ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga penegak hukum sebelumnya yaitu Polri dan kejaksaan. KPK sebagai lembaga baru sudah langsung dikenal oleh masyarakat Universitas Sumatera Utara Indonesia karena lembaga inilah yang ditunggu-tunggu bangsa Indonesia selama ini. Masalah korupsi adalah masalah pidana atau kriminalitas yang jelas melawan hukum. Masalah pidana maupun kriminalitas di negara ini telah memiliki lembaga penegak hukum yaitu Polri dan kejaksaan. Ketika KPK dilahirkan, maka secara implisit memang ada sebuah ketidakpercayaan lagi terhadap lembaga negara tersebut untuk melenyapkan korupsi di negeri ini. Walaupun begitu, ketiga lembaga tersebut sudah sewajarnya berjalan beriringan dan saling bekerja sama untuk memberantas korupsi. Kerjasama harusnya dapat tercipta karena ketiga lembaga tersebut mempunyai tugas dan fungsi yang sama. Sayangnya ketiga lembaga tersebut dilengkapi dengan perangkat yang sama. Contoh perangkat yang sama tersebut adalah KPK, Polri dan kejaksaaan sama-sama mempunyai penyidik yang tugasnya sama-sama menyidik kasus. Selain kesamaan perangkat, juga ada kesamaan fungsi yaitu dapat menegakkan hukum korupsi. Rakyat dapat melaporkan kasus korupsi ke Polri, kejaksaan juga KPK. Hal inilah yang membuat rakyat bingung jika melaporkan kasus korupsi. Ketiga lembaga tersebut siap menerima laporan dan siap mengusut kasus tersebut. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan gesekan sehingga menimbulkan kondisi kurang harmonis. Ketidakharmonisan ini sudah terlihat dengan munculnya konflik antara KPK dan Polri. Konflik ini merupakan buntut dari kasus pembunuhan Nasruddin Zulkarnaen yang awalnya dikaitkan dengan cerita ‘cinta segi-tiga’ antara korban, rani Juliani seorang caddy belia dan Antasari, ketua KPK saat itu. Dari hasil Universitas Sumatera Utara pengembangan penyidikan atas kasus pembunuhan Nasruddin inilah Polri akhirnya mencium aroma tidak sedap pada sejumlah oknum pimpinan KPK. Ceritanya kemudian merambat kemana-mana, dari kasus pengadaan sistem komunikasi di Departemen Kehutanan dengan tokoh utamanya Anggoro Widjojo, skandal alih fungsi di Tanjung Api-api hingga mega skandal Bank Century. Konflik antara Polri dan KPK dipicu oleh testimoni Antasari yang berisi pengakuan bahwa sejumlah pimpinan KPK juga menerima suap dari Anggoro agar status cekal Anggoro dicabut. Berpijak pada testimoni Antasari ini, Polri memanggil empat pimpinan KPK dan empat pejabat KPK. Polisi memanggil petinggi KPK dengan jeratan pasal 23 UU Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001 atas dugaan telah menyalahgunakan kekuasaan dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 421 KUHP. Atas pemanggilan itu, mereka yang memenuhinya pada Kamis 109 hanya Direktur Penyelidikan KPK Iswan Elmi, Kabiro Hukum KPK Chaidir Ramli, dan Stagas Penyelidik KPK Arry Widiatmoko. Sebelumnya Rabu 99 penyidik KPK Rony Samtana juga telah diperiksa polisi terlebih dahulu. Di sisi lain, KPK juga ‘mengancam’ akan memanggil Kabareskrim Susno Duadji dalam kasus dugaan korupsi di Bank Century. Diinformasikan, Susno Duadji disebut-sebut terlibat dengan dugaan dua surat Susno yang memuluskan upaya pencairan dana US 18 juta milik Boedi Sampoerna di Bank Century. Meski untuk hal ini, bekas Kapolda Jawa Barat ini membantahnya. Perseteruan antara KPK dan Polri ini tidak bisa lepas dari peran media massa sebagai penyaji informasi tentang situasi dan kondisi yang menyangkut hajat hidup orang banyak dimana media dalam memproduksi teks berita berusaha Universitas Sumatera Utara menampilkan fakta dari peristiwa yang terjadi. Berbagai pandangan mengenai perseteruan ini dikemukakan dan dimuat di dalam media. Bukan hanya KPK dan Polri yang memberikan pandangan mengenai masalah ini, tetapi para praktisi dan berbagai elemen juga berperan. Melalui media massa, pihak yang terkait yakni KPK dan Polri saling menyajikan perspektif masing-masing untuk memberi pemaknaan terhadapa masalah tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengunggulkan satu kelompok dan merendahkan kelompok yang menjadi lawannya. Media massa lah yang dijadikan arena perang kelompok tersebut. Walaupun begitu, media bukanlah saluran yang bebas, tempat semua kekuatan sosial saling berinteraksi dan berhubungan. Sebaliknya, media hanya dimiliki oleh kelompok dominan, sehingga mereka lebih mempunyai kesempatan dan akses untuk mempengaruhi dan memaknai peristiwa berdasarkan pandangan mereka. Media bahkan menjadi sarana dimana kelompok dominan bukan hanya memantapkan posisi mereka, tetapi juga memarjinalkan dan meminggirkan posisi kelompok yang tidak dominan Eriyanto,2001:53. Media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefenisikan realitas sesuai dengan kepentingannya. Media juga dipandang sebagai instrumen ideologi, melalui mana suatu kelompok menyebarkan pengaruh diminasinya kepada kelompok lain. Adanya kekuatan ideologi yang dianut media tersebut akan memaksa media memaknai, memahami, memposisikan dirinya atas realitas yang ada di sekelilingnya. Berita yang disajikan media, untuk lebih lanjutnya tidak hanya bermakna seperti realitas apa adanya, tetapi memiliki makna dan maksud tertentu yang coba disajikan media. Dalam kasus perseteruan Polri dan KPK, masing- Universitas Sumatera Utara masing pihak memiliki pandangan yang berbeda-beda. Namun dalam pemberitaan di media, ditentukan oleh ideologi media tersebut dalam hal ini peneliti menggunakan harian Kompas. Kompas mulai terbit pada tanggal 28 juni 1965 berkantor di Jakarta Pusat dengan tiras 4.800 eksemplar. Sejak tahun 1969, Kompas merajai penjualan surat kabar secara nasional. Pada tahun 2004, tiras hariannya mencapai 530.000 eksemplar, khusus untuk edisi minggunya mencapai 610.000 eksemplar. Pembaca koran ini mencapai 2,25 juta orang di seluruh Indonesia http:id.wikipedia.orgwikiKompas_surat _kabar Perangkat analisis yang digunakan peneliti adalah analisis wacana Theo van Leeuwen. Analisis wacana yang diperkenalkan Theo van Leeuwen ini meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Bagaimana suatu kelompok dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya, sementara kelompok yang lain yang posisinya rendah, cenderung untuk terus menerus sebagai objek pemaknaan, dan digambarkan secara buruk Eriyanto,2001:171. . Peneliti memilih harian Kompas karena surat kabar ini merupakan surat kabar berskala nasional yang tentunya banyak memberitakan masalah yang juga berskala nasional, seperti perseteruan KPK dan Polri ini. Kompas juga memiliki kemapanan secara ekonomis dan jangkauan sirkulasi yang luas sehingga memungkinkan khalayak pembaca yang didaerah dapat mengetahui berita yang nasional juga. Berdasarkan uraian di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti wacana perseteruan KPK dan Polri pada harian Kompas. Universitas Sumatera Utara

I.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pencitraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terkait Perseteruan KPK Dan POLRI (Analisis Framing Terhadap Pembentukan Citra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terkait Perseteruan Polri dan KPK Pada Surat Kabar Kompas)

1 52 118

POLITIK KEKUASAAN KPK dan POLRI (Analisis Semiotika Foto-Foto Headline Perseteruan KPK dan Polri dalam Tiga Surat Kabar Nasional: Kompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia edisi Rabu, 1 Agustus 2012).

0 6 16

SKRIPSI POLITIK KEKUASAAN KPK dan POLRI (Analisis Semiotika Foto-Foto Headline Perseteruan KPK dan Polri dalam Tiga Surat Kabar Nasional: Kompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia edisi Rabu, 1 Agustus 2012).

0 4 13

PENDAHULUAN POLITIK KEKUASAAN KPK dan POLRI (Analisis Semiotika Foto-Foto Headline Perseteruan KPK dan Polri dalam Tiga Surat Kabar Nasional: Kompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia edisi Rabu, 1 Agustus 2012).

0 3 47

Deskripsi Objek Penelitian POLITIK KEKUASAAN KPK dan POLRI (Analisis Semiotika Foto-Foto Headline Perseteruan KPK dan Polri dalam Tiga Surat Kabar Nasional: Kompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia edisi Rabu, 1 Agustus 2012).

0 3 34

KESIMPULAN DAN SARAN POLITIK KEKUASAAN KPK dan POLRI (Analisis Semiotika Foto-Foto Headline Perseteruan KPK dan Polri dalam Tiga Surat Kabar Nasional: Kompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia edisi Rabu, 1 Agustus 2012).

0 4 14

KONFLIK KPK DAN POLRI DALAM PEMBERITAAN DI SURAT KABAR KOMPAS DAN KORAN TEMPO KONFLIK KPK DAN POLRI DALAM PEMBERITAAN DI SURAT KABAR KOMPAS DAN KORAN TEMPO (Analisis Isi Kecenderungan Ketidakberpihakan Media Konflik KPK dan POLRI Dalam Pemberitaan Surat

0 2 13

PENUTUP KONFLIK KPK DAN POLRI DALAM PEMBERITAAN DI SURAT KABAR KOMPAS DAN KORAN TEMPO (Analisis Isi Kecenderungan Ketidakberpihakan Media Konflik KPK dan POLRI Dalam Pemberitaan Surat Kabar Kompas dan Koran Tempo Periode Agustus 2012-Oktober 2012).

0 4 59

Pemberitaan Konflik KPK-Polri di Majalah Tempo dan Detik.

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing terhadap Pemberitaan Perseteruan KPK vs Polri dalam Harian Suara Merdeka dan Jawa Pos

0 0 15