Dalam buku An Introductory Guide to Cultural Theory and Popular Culture
1993 dalam edisi bahasa Indonesia berjudul Teori Budaya dan Budaya Pop: Memetakan Landskap Konseptual Cultural Studies,
John Storey mengulas 5 konsep ideologi: pertama, ideologi mengacu pada suatu
pelembagaan gagasan secara sistematis yang diartikulasikan oleh sekelompok masyarakat tertentu. Kedua, ideologi sebagai upaya penopengan dan
penyembunyian realitas tertentu. Ketiga, defenisi ideologi yang terkait dengan defenisi kedua yakni ideologi yang mengejawantah dalam bentuk-bentuk
ideologis. Keempat, ideologi bukan hanya sebagai pelembagaan ide sebagaimana defenisi pertama, tetapi juga sekaligus praktik material. Kelima,
ideologi yang difungsikan pada level konotasi tersirat, makna sekunder, makna yang seringkali tidak disadari yang terdapat pada teks dan praktik
kehidupan Adams,2004:x-xiii. Raymond William mengklasifikasikan penggunaan ideologi tersebut
dalam tiga ranah. Pertama, sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu. Kedua, sistem kepercayaan yang dibuat yang
bisa dilawankan dengan pengetahuan ilmiah. Ketiga proses umum produksi makna dan ide. Ideologi disini adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan produksi makna Eriyanto,2001:87-92.
II.5 Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi. Lewat analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga
bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, frasa, kalimat, metafora macam
Universitas Sumatera Utara
apa suatu berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang
tersembunyi dari suatu teks Eriyanto,2001:xv. Tarigan Sobur, 2004:48 mengatakan analisis wacana adalah studi tentang
struktur pesan dalam komunikasi. Lebih tepatnya lagi, analisis wacana adalah telaah mengenai aneka fungsi pragmatik bahasa. Kita menggunakan bahasa
dalam kesinambungan atau untaian wacana. Tanpa konteks, tanpa hubungan- hubungan wacana yang bersifat antar kalimat dan suprakalimat maka kita
sukar berkomunikasi dengan tepat satu sama lain. Ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana. Pandangan
pertama diwakili oleh kaum positivisme-empiris. Dalam paradigma ini, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Salah
satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacana, konsekuensi logis dari pemahaman
ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya, sebab yang penting adalah kaidah sintaksis
dan semantik. Pandangan kedua disebut dengan konstruktivisme. Bahasa dalam
paradigma ini diatur dan dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan
makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara.
Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Bahasa di sini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara.
Universitas Sumatera Utara
Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, masupun
strategi-strategi di dalamnya. Dalam analisis wacana kritis, bahasa dianalisis bukan dengan
menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan
praktik tertentu. Ada beberapa karakteristik penting dari analisis wacana kritis, yaitu:
1. Tindakan
Di sini wacana diasosiasikan sebagai bentuk interaksi. Orang berbicara atau menulis bukan ditafsirkan bahwa ia menulis atau berbicara untuk
dirinya sendiri tetapi seseorang menulis dan berbicara untuk berinteraksi dan berhubungan dngan orang lain.
2. Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana disini dipandang diproduksi,
dimengerti dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. 3.
Historis Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan
menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu. Tentang bagaimana situasi sosial politik, suasana pada saat itu.
4. Kekuasaan
Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan dalam analisisnya. Wacana yang muncul tidak dipandang sebagai sesuatu yang
Universitas Sumatera Utara
alamiah, wajar dan netral tetapi juga merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Kekuasaan dalam hubungannya dengan wacana erat kaitannya
dengan kontrol. Seseorang yang mempunyai lebih besar kekuasaan bukan hanya menentukan bagian mana yang perlu ditampilkan dan mana yang
tidak tetapi juga bagaimana ia harus ditampilkan. 5.
Ideologi Ideologi juga merupakan konsep yang sentral dalam analisis wacana kritis.
Ini karena teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu.
II.6 Analisis Wacana Theo van Leeuwen