Sarana Vaksinasi Rabies Anjuran Petugas Peternakan

sedang dan tinggi dan mayoritas responden memiliki penghasilan diatas 1 juta rupiah.

5.2.2. Sarana Vaksinasi Rabies

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisa bivariat antara sarana vaksinasi rabies dengan pemeliharaan anjing bahwa dari 58 responden yang berpendapat sarana vaksinasi kurang, sebanyak 52 89,7 melakukan pemeliharaan anjing yang kurang baik. Dari hasil pengumpulan data di lapangan ditemukan 62,4 responden berpendapat tidak mengetahui informasi pelaksanaan vaksinasi rabies, dan sebanyak 97,9 berpendapat tidak pernah dilaksanakan vaksinasi massal. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sarana vaksinasi rabies dengan pemeliharaan anjing. Berdasarkan pendapat responden dilapangan sebanyak 69,8 menyatakan bahwa ada petugas peternakan yang melakukan vaksinasi rabies dan 67,7 responden berpendapat bahwa petugas rutin memberikan vaksinasi rabies. Penelitian ini menyatakan bahwa sarana vaksinasi rabies merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi tindakan responden pada pemeliharaan anjing untuk pencegahan rabies. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ganefa 2001 yang menyatakan ketersediaan sarana vaksinasi rabies berhubungan dengan ketidakpatuhan pemilik anjing memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ada pengaruh antara variabel sarana vaksinasi rabies dengan pemeliharaan anjing ditunjukkan dengan nilai p = 0,000. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ganefa 2001 yang Universitas Sumatera Utara menyatakan ada pengaruh ketersediaan sarana vaksinasi rabies dengan ketidakpatuhan pemilik anjing memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya.n.

5.2.3 Anjuran Petugas Peternakan

Proporsi responden dari 60 yang berpendapat anjuran petugas peternakan cukup 24 40 responden pemeliharaan anjingnya baik, sementara proporsi responden dari 36 yang berpendapat anjuran petugas peternakan kurang sebanyak 5 13,9 pemeliharaan anjingnya baik. Terlihat dari data di atas 36 responden berpendapat bahwa anjuran petugas peternakan kurang, hal ini dapat terjadi kemungkinan karena petugas penyuluh peternakan yang terdapat di Kecamatan Sumbul yang berjumlah 2 orang lebih memprioritaskan penyuluhan tentang peternakan sedangkan hewan anjing yang tidak termasuk untuk diternakkan kurang mendapat perhatian. Terlihat bahwa persentase responden yang menyatakan anjuran petugas peternakan cukup lebih banyak pemeliharaan anjingnya baik dibandingkan responden yang menyatakan kurang anjuran petugas. Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,014 maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara anjuran petugas peternakan dengan pemeliharaan anjing. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo 2003 yang menyatakan bahwa sikap dan perilaku para petugas merupakan faktor penguat reinforcing factors yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat. Hasil penelitian ini upaya petugas peternakan seperti anjuran atau saran yang berkaitan dengan perilaku masyarakat khususnya pemilik anjing merupakan faktor eksternal Universitas Sumatera Utara yang dapat mendorong perilaku masyarakat khususnya pemilik anjing dalam upaya untuk melakukan tindakan pencegahan rabies dalam pemeliharaan anjing yang baik. Pendapat Kelman dalam Sarwono 2004, perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi kemudian menjadi internalisasi. Menurut pendapat Sears dkk 1991 ketaatan atau kepatuhan seseorang juga dapat dipengaruhi melalui peniruan dan imitasi. Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Bila individu melihat bahwa orang tidak taat, dia cenderung akan menjadi kurang taat. Salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan adalah dengan meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan melalui ganjaran, hukuman atau ancaman. Pendapat Walgito 2003, seseorang yang mempunyai otoritas dalam bidangnya apabila memberikan sugesti terhadap orang lain akan lebih mudah untuk diterima. Hal yang demikian akan menimbulkan rasa percaya bahwa apa yang diberikan itu memang benar, karena memang menjadi bidangnya, sehingga hal ini menimbulkan sikap penerimaan atas pendapat tersebut dan pendapat yang dikemukakan itu pasti mengandung kebaikan-kebaikan atau kebenaran-kebenaran. Menurut peneliti seorang penyuluh peternakan akan lebih mudah untuk memberikan pendapat yang berkaitan dengan pemeliharaan anjing dibanding bukan petugas peternakan sehingga pendapat, saran dan anjurannya terhadap pemeliharaan anjing lebih mudah diterima oleh pemilik anjing. Hawthorne dalam Sears menyatakan 1991 salah satu cara yang paling efektif agar orang bersedia melakukan sesuatu adalah dengan menunjukkan pada mereka Universitas Sumatera Utara bahwa kita sangat memperhatikan mereka dan sangat mengharapkan mereka melakukan hal itu. Untuk memenuhi maksud tersebut, menurut peneliti petugas peternakan dapat meningkatkan frekwensi pertemuan dengan pemilik anjing untuk menyampaikan saran dan anjuran tentang pencegahan rabies pada pemeliharaan anjing. Menurut Mantra dalam Sarwono 2004 menggunakan metode pendidikan untuk perubahan perilaku. Mantra mengembangkan strategi yang dikenal sebagai pendekatan edukatif dalam upaya menanamkan pemahamam dan membina kebiasaan hidup sehat melalui dua tahap. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan petugas yang mampu memberikan informasi berkaitan dengan rabies. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik variabel anjuran petugas peternakan tidak berpengaruh terhadap pemeliharaan anjing dimana p = 0,709. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Ganefa 2001 dimana ada pengaruh antara anjuran petugas dengan ketidakpatuhan pemilik anjing memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya, kemungkinan disebabkan petugas peternakan kurang memberikan penjelasan sehubungan dengan anjuran yang diberikannya kepada pemilik anjing sehingga responden tidak melakukan sesuai yang dianjurkan petugas yaitu memberikan vaksinasi, memasang rantai dan menggunakan kandang terhadap anjing peliharaannya.

5.2.4. Keterpaparan Media Penyuluhan

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Pemilik Anjing dan Faktor Persepsi Pencetus dengan Pencegahan Penyakit Rabies di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah

0 51 177

Analisis Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Tindakan Pemilik Anjing Dalam Pencegahan Penyakit Rabies Melalui Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

3 60 154

Profil pemeliharaan anjing dan keterkaitannya dengan kejadian rabies di Kecamatan Pasaman KabupatenPasaman Barat Provinsi Sumatera Barat

0 6 142

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PEMILIK DALAM PEMELIHARAAN ANJING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG TAHUN 2012.

0 1 15

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Vaksinasi Rabies Dalam Pemeliharaan Anjing di Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem Tahun 2015.

0 0 42

Perhatian Pemilik Anjing dalam mendukung Bali Bebas Rabies.

0 0 8

Perhatian Pemilik Anjing Dalam Mendukung Bali Bebas Rabies.

0 0 8

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING DENGAN UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI PUSKESMAS TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA | Lesnussa | JURNAL KEPERAWATAN 11898 23724 1 SM

0 2 8

Hubungan Pengetahuan Pemilik Anjing dan Faktor Persepsi Pencetus dengan Pencegahan Penyakit Rabies di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 14

Analisis Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Tindakan Pemilik Anjing Dalam Pencegahan Penyakit Rabies Melalui Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 18