vaksinasi rabies pada anjing peliharaannya. Pendapat ini sejalan dengan Model Kepercayaan Kesehatan menurut Hochbaum, 1958; Rosenstock,1960 dalam
Ganefa 2001 yang menyatakan bahwa umur sebagai salah satu variabel sosiodemografi tidak berpengaruh secara langsung terhadap proses perubahan
perilaku kesehatan. Menurut peneliti berdasarkan pendapat responden dari hasil wawancara, untuk
dapat melakukan pemeliharaan anjing dengan kategori baik mereka membutuhkan biaya untuk dapat memberikan vaksinasi, penyediaan rantai maupun penyediaan
kandang anjing.
5.1.2. Jenis Kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden perempuan sebanyak 45 orang 46,9 dari tabulasi silang sebanyak 30 orang 66,7 pemeliharaan
anjingnya kurang baik. Responden laki-laki sebesar 51 orang 53,1 sebanyak 37 72,5 pemeliharaan anjingnya kurang baik. Terlihat persentase laki-laki lebih
banyak pemeliharaan anjingnya kurang baik dibanding perempuan. Menurut peneliti hal ini kemungkinan disebabkan perempuan lebih banyak menggunakan waktunya
untuk kegiatan mengurus rumah tangga termasuk hewan peliharaannya dibanding dengan laki-laki. Menurut Sunarto 2000 dalam masyarakat masih banyak dianut
pandangan lama bahwa tempat seorang perempuan adalah di rumah dan di belakang suaminya. Perempuan sebagai ibu rumah tangga mempunyai peran mengatur seluruh
kehidupan dan kelancaran rumah tangga serta mengatur dan mengusahakan suasana rumah yang nyaman Gunarsa, 1991.
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisa bivariat antara jenis kelamin dengan pemeliharaan anjing diperoleh p = 0,686. Sama halnya seperti variabel umur, variabel jenis kelamin tidak
memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan pemeliharaan anjing. Variabel jenis kelamin tidak termasuk dalam analisis multivariat sehingga tidak ada
pengaruh jenis kelamin dengan pemeliharaan anjing. Hasil penelitian sejalan dengan pendapat Ganefa 2001 dari penelitiannya,
menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan ketidakpatuhannya memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya. Seperti halnya
variabel umur, jenis kelamin sebagai salah satu variabel sosiodemografi, juga tidak mempengaruhi perilaku secara langsung.
5.1.3. Pendidikan
Pendidikan formal responden dalam penelitian dikategorikan atas pendidikan rendah dan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan
kategori pendidikan rendah sebanyak 55 orang 57,3 dan hasil tabulasi silang diketahui sebanyak 44 orang 80,0 yang pemeliharaan anjingnya kurang baik .
Terlihat bahwa persentase responden dengan kategori pendidikan rendah lebih besar yang pemeliharaan anjingnya kurang baik dibandingkan dengan responden
pendidikan tinggi. Hasil uji bivariat secara statistik menunjukkan bahwa p = 0,022 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan responden
dengan pemeliharaan anjing. Horton dan Hunt 1991 menyatakan bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah
untuk mengembangkan potensi demi pemenuhan kebutuhan pribadi dan
Universitas Sumatera Utara
pengembangan masyarakat. Pendidikan dapat mendorong, mengarahkan dan mengembangkan pencarian ilmu pengetahuan. Menurut peneliti, tingkat pendidikan
responden yang rendah dapat menyebabkan rendahnya pengetahuan tentang rabies sehingga mayoritas responden belum mengetahui tindakan yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya risiko penyakit rabies dan melindungi diri dari ancaman penyakit rabies. Hal ini kemungkinan menyebabkan responden tidak melakukan
pemeliharaan anjing dengan baik. Semakin tinggi pendidikan seseorang memungkinkan orang tersebut mampu memiliki pengetahuan yang luas dan
bermanfaat baginya dalam melakukan tindakan untuk hewan peliharaannya. Gunawardhani 2002 dalam penelitiannya yang menyatakan tingkat pendidikan pada
pemilik hewan rentan rabies mempunyai korelasi dengan perilakunya dalam upaya pengendalian rabies.
Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik, tidak ada pengaruh antara pendidikan dengan pemeliharaan anjing karena p = 0,858. Hal ini
berbeda dengan pendapat Ganefa 2001 yang menyatakan bahwa pendidikan pemilik anjing mempunyai pengaruh dengan keputusannya dalam memberikan vaksinasi
rabies pada anjingnya. Menurut peneliti pendidikan tidak berpengaruh dengan pemeliharaan anjing
kemungkinan karena bila hanya pendidikan formal yang ditempuh oleh responden tanpa adanya sikap yang mendukung dan pengetahuan tentang penyakit rabies dan
pencegahannya maka responden belum tentu mengetahui tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan pemeliharaan anjing yang baik. Sesuai dari hasil
Universitas Sumatera Utara
wawancara sebanyak 54,2 responden tidak setuju anjing peliharaannya divaksinasi setiap tahun, responden yang tidak setuju bila anjing peliharaan akan dibawa keluar
halaman dipasang rantai dan dipasang berangusbrongsong sebesar 49 . Responden tidak setuju bila anjing di pelihara di halaman dan tidak boleh keluar dari halaman
sebanyak 44,8. Responden berpendapat kurang setuju bila anjing dipelihara dalam kandang sebanyak 46,9 dan 35,4 responden tidak setuju dengan pernyataan bila
rumah pemilik anjing tidak mempunyai pagar yang kuat anjing dipelihara di dalam kandang. Sesuai dengan wawancara mengenai pengetahuan, sebanyak 39,6
responden menjawab tidak tahu pencegahan rabies terhadap anjing dan sebanyak 39,6 responden menjawab tidak tahu partisipasi masyarakat untuk pencegahan
rabies. Mengubah perilaku masyarakat tidak mudah. Upaya yang dapat dilakukan
sebagai pendekatan faktor perilaku adalah melalui pendidikan dalam hal ini pendidikan kesehatan atau yang sekarang lebih dikenal dengan promosi kesehatan.
Sektor kesehatan merupakan sektor terdepan yang bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan, namun dalam aplikasi kebijakan dan progam harus bersama-sama
dengan sektor lain. Promosi kesehatan yang disertai dengan pemberdayaan masyarakat agar tahu kemudian sadar sehingga mau melalukan tindakan yang
diperkenalkan seperti dapat berperanserta dalam mencegah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan dalam hal ini perilaku pemilik anjing dalam pencegahan
rabies. Bagi masyarakat umum dilakukan pembinaan dengan memanfatkan media cetak dan elektronik untuk penyuluhan-penyuluhan atau penyebarluasan informasi
Universitas Sumatera Utara
melalui sarana komunikasi sehingga dengan upaya-upaya tersebut diharapkan masyarakat mau melaksanakan perilaku yang diperkenalkan.
5.1.4. Pekerjaan