Dan puncak penurunan jumlah industri Indonesia terjadi pada tahun 2003, jumlah industri besar sedang dan kecil hanya sebanyak 20.324.000 buah. Di tahun
2004 dimana terjadi perputaran pemerintahan dan terpilihnya presiden baru saat itu sepertinya membangunkan kembali peranan industri dalam perekonomian. Jumlah
industri saat itu sebesar 20.729.000 buah naik menjadi 23.224.000 buah di tahun berikutnya.
4.1.4. Kondisi Pertanian Indonesia.
Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi
penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain pertumbuhannya negatif.
Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia : 1 potensi sumberdayanya yang besar dan beragam, 2 pangsa terhadap pendapatan
nasional cukup besar, 3 besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan 4 menjadi basis pertumbuhan di pedesaan Potensi pertanian yang
besar namun sebagian besar dari petani banyak yang termasuk golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah
bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi sektor pertanian keseluruhan. Disisi lain adanya peningkatan investasi dalam pertanian yang dilakukan oleh investor PMA
dan PMDN yang berorientasi pada pasar ekspor umumnya padat modal dan perananya kecil dalam penyerapan tenaga kerja atau lebih banyak menciptakan buruh
tani.
Universitas Sumatera Utara
Sepanjang tahun 70-an dan tahun 80-an luas lahan pertanian Indonesia meningkat. Hal ini terjadi karena kebijakan pembangunan pemerintah saat itu.
Pemerintah memandang perlu peranian dan menetapkan pertanian menjadi agenda pembangunan jangka panjang pada repelita pertama. Usaha pemerintah ini
membuahkan hasil dengan terwujudnya Negara swasembada pangan di Indonesia pada tahun 1984. Di tahun 1974 luas lahan pertanian di Indonesia mencapai
23.707.860 ha dan naik menjadi 23.407.767 ha di tahun 1975. Pada tahun berikutnya terjadi sedikit penurunan menjadi 22.512.579 ha. dari data yang ada kita melihat di
tahun 1989 luas lahan Indonesia mencapai 30.114.914 ha, yang kemudian turun secara tajam menjadi 18.959.789 ha pada tahun 1990. Penurunan luas lahan ini
terjadi karena tingginya alih fungsi lahan yang terjadi dari tahun ke tahun, selain itu kebijakan mengenai industrialisasi juga mulai menggeser fungsi pertanian. Dan tahun
2004 penurunan luas ini mulai di kendalikan menggingat kebutuhan pangan Indonesia yang sangat tinggi. Pemerintahan yang baru mulai merevitalisasi pertanian
dan menyediakan lahan pertanian yang baru. Luas lahan pertanian pada tahun 2004 yaitu 19.944.879 ha, dan naik menjadi 19.930.033 ha pad tahun2005. Dan tahun 2006
kluas lahan pertanian Indonesia menjadi 19.601.173 ha.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Luas Lahan Pertanian Indonesia Tahun 1974-2006
Tahun Luas Lahan Pertanian
Ha
1974 23.707.860
1975 23.407.767
1976 22.512.579
1977 23.053.162
1978 24.710.619
1979 24.277.925
1980 24.941.683
1981 26.088.636
1982 24.265.764
1983 25.325.881
1984 27.297.647
1985 27.087.727
1986 28.682.809
1987 27.501.917
1988 29.288.256
1989 30.114.914
1990 18.959.789
1991 18.534.855
1992 20.493.653
1993 19.346.958
1994 19.171.160
1995 20.889.168
1996 20.771.864
1997 19.276.545
1998 20.360.232
1999 20.227.985
2000 19.635.240
2001 19.478.415
2002 19.028.062
2003 19.405.870
2004 19.944.879
2005 19.930.033
2006 19.601.173
Sumber: Departemen pertanian
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang tersebut ditambah dengan kenyataan justru kuatnya aksesibilitas pada investor asing swasta besar dibandingkan dengan petani
kecil dalam pemanfaatan sumberdaya pertanian di Indonesia, maka dipandang perlu adanya grand strategy pembangunan pertanian melalui pemberdayaan petani kecil.
Melalui konsepsi tersebut, maka diharapkan mampu menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi
perekonomian Indonesia, khususnya dalam hal pencapaian sasaran : 1 mensejahterkan petani, 2 menyediakan pangan, 3 sebagai wahana pemerataan
pembangunan untuk mengatasi kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan antar wilayah, 4 merupakan pasar input bagi pengembangan
agroindustri, 5 menghasilkan devisa, 6 menyediakan lapangan pekerjaan, 7 peningkatan pendapatan nasional, dan 8 tetap mempertahankan kelestarian
sumberdaya.
4.1.5. Kondisi Perkebunan Indonesia.