Kondisi Alokasi Anggaran Lingkungan Di Indonesia.

4.1.8. Kondisi Alokasi Anggaran Lingkungan Di Indonesia.

Pemerintah mulai melihat hutan sebagai harta yang dapat mengatasi masalah ketertinggalan ekonomi dan pembangunan ,oleh karenanyan pada tahun 1970 pemerintah mulai menetapkan anggaran dan alokasi dana untuk keberlangsungan hutan Indonesia. Pengaturan dan manajemen dana tersebut diserahkan dan dipercayakan penggunaannya kepada Departemen Kehutanan Indonesia. Dana yang dialokasikan pemerintah pada tahun 1974 sebesar Rp 3,419 M. dan tahun 1975 jumlah tersebut naik menjadi Rp 7,041 M. Pengalokasian dana untuk hutan secara fuaktitatif cenderung naik tiap tahunnya, namun ada kalanya dana yang dialokasikan cukup rendah. Hal ini berdasarkan berbagai pertimbangan pemerintah yang melihat seberapa besar laju kerusakan hutan tiap tahunnya. Di samping itu dana ini juga diambil dari APBN, oleh karenanya besar dana yang dialokasikan untuk pelestarian hutan akan berubah saat perekonomian Indonesia sedang membutuhkan dana yang tinggi. Saat ini alokasi anggaran untuk memperbaiki lahan krisis dan reboisasi hutan memang masih tergolong sangan minim, hal ini dapat dilihat dari rata-rata pemerintah daerah hanya mengalokasikan dana sebesar 2 dari anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD untuk kegiatan rehabilitasi. Sementara lahan kritis di daerah cukup luas dan bahkan cenderung terus bertambah. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7. Alokasi Anggaran Lingkungan Di Indonesia Tahun 1974-2006 Tahun Jumlah anggaran lingkungan rupiah 1974 3.419.865.000 1975 7.041.137.000 1976 4.033.144.000 1977 4.525.174.000 1978 5.469.083.000 1979 4.497.294.000 1980 10.919.854.000 1981 14.883.656.000 1982 17.909.996.000 1983 11.665.007.000 1984 104.972.000.000 1985 105.185.000.000 1986 117.310.000.000 1987 124.233.000.000 1988 168.030.000.000 1989 326.111.178.000 1990 270.231.635.000 1991 531.315.950.000 1992 458.014.353.000 1993 434.871.391.000 1994 488.507.674.000 1995 655.971.807.000 1996 657.109.785.000 1997 636.232.451.000 1998 1.586.671.630.000 1999 2.037.257.485.000 2000 1.448.689.775.000 2001 1.544.107.546.000 2002 1.622.738.222.000 2003 2.300.421.682.000 2004 3.293.066.650.000 2005 3.676.527.456.000 2006 4.579.359.968.000 Sumber : Biro Perencanaan dan Keuangan, Setjen Universitas Sumatera Utara Dengan proporsi dana yang tidak seimbang dengan tingkat kerusakan lahan hutan maka rehabilitasi hutan dan lahan kritis akan sangat sulit dicapai, dan kemungkinannya pun hanya dapat dicapai dalam jangka waktu yang lama. Jika kita sedikit membandingkan dengan negara Jepang yang menghabiskan dana Rp 2 miliar untuk rehabilitasi 1 hektare lahan kritis, maka kita sendiri sudah menghabiskan dana Rp 9 triliun untuk merehabilitasi 2 juta hektare lahan. Dana yang dicanangkan oleh pemerintah melalui APBN terhadap rehabilitasi hutan yang dipercayakan pengolahannya melalui Departemen Kehutanan pada tahun 2004 sebesar Rp 3,293 triliun. Dan pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2005 dan tahun 2006 terjadi penambahan dan menjadi 3,676 triliun rupiah dan 4,579 triliun rupiah. 4.2.Analisis dan Pembahasan Untuk mengetahui hubungan antara eksogeneus yaitu variabel sektor industri, sektor pertanian, subsektor perkebunan, pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk dan jumlah anggaran terhadap endogeneus yaitu degradasi hutan di Indonesia, maka digunakan model Analisis Jalur Path Analisys. Sejauh mana kemampuan data yang tersedia dalam membuktikan hipotesis akan dijelaskan dalam perhitungan serta pengujian-pengujian terhadap masing-masing koefisien regresi yang diperoleh dengan menggunakan alat bantu komputer, program SPSS 16. Universitas Sumatera Utara 4.3. Hasil Pengolahan Data 4.3.1. Model Persamaan I