sifatnya nasional maupun global. Kewenangan yang semakin tinggi diharapkan akan meningkatkan kreativitas dalam penggalian sumber-sumber keuangan asli daerah dan
memanfaatkannya untuk pengelolaan lingkungan. Suparmoko : 2000 ; 165
2.8. Hubungan Angggaran dengan Lingkungan Hidup.
Penggelolaan lingkungan seperti halnya dengan usaha- usaha atau kegiatan lain tentu memerlukan dana untuk membiayai kegiatan tersebut. Dalam kehidupan ini
tidak ada sesuatu yang sifatnya bebas tanpa biaya atau pengorbanan, demikian juga halnya dengan pengelolahan lingkungan hidup. Dana yang dialokasikan berfungsi
untuk menekan tingkat kerusakan lingkungan hidup. Dengan kata lain anggaran lingkungan akan berpengaruh terhadap lingkungan hidup. Pemerintah harus
bertanggung jawab untuk menggelola lingkungan hidup secara keseluruhan dan mengatur sedemikian rupa dengan berbagai mekanisme sehingga para individu akan
mau mengelola lingkungan dengan baik. Namun untuk itu akan diperlukan suatu alat pengelolaan yang disebut sebagai “perintah dan pengawasan” . Alat pengelolaan ini
dimaksudkan untuk medorong atau menyadarkan masyarakat sebagai keseluruhan atau para individu agar mau berpartisipasi dalam mengelolah lingkungan, hal ini di
sadari oleh pemerintah karena memang pemerintah mempunyai keterbatasan dalam kemampuannya untuk mengelola lingkungan secara langsung tanpa partisipasi
masyarakat. Suparmoko : 2000 ; 15
Universitas Sumatera Utara
2.9. Penelitian Sebelumnya.
Terdapat beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi hutan di Indonesia. Penelitian dilakukan oleh Bambang Sulistyo, dan Panji
Seminar tahun 2003 mengenai perambahan hutan lindung di propinsi Bengkulu, yaitu kawasan hutan lindung Bukit Daun yang terletak di Kab. Bengkulu utara dan kab.
Rejang lebong. Adapun variabel-variabel yang mempengaruhinya adalah pertumbuhan penduduk, jumlah rumah tangga, pendapatan usaha tani dan jumlah
anggota keluarga. Penelitian menggunakan data mulai tahun 1989-2000. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pertumbuhan penduduk berpengaruh
negatif, jumlah rumah tangga berpengaruh negatif, pendapatan usaha tani berpengaruh positif, dan jumlah anggota keluarga berpengaruh negatif terhadap
perambahan hutan atau degradasi hutan. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi untuk membuat model
prediksi arah perambahan hutan.
Penelitian dilakukan oleh William D. Sunderlin, dkk 2007 mengenai laju dan penyebab deforestasi hutan di Indonesia. Adapun variabel-variabel yang
digunakan adalah jumlah penduduk, luas lahan pertanian rakyat, luas lahan perkebunan, dan transmigrasi. Penelitian tersebut menggunakan data sejak tahun
1996-2006. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap degradasi hutan Indonesia, luas pertanian rakyat, luas
perkebunan, dan transmigrasi juga berpengaruh negatif terhadap luas hutan Indonesia. Dari penelitian ini, mereka melihat deforestasi hutan Indonesia. Selain variabel
Universitas Sumatera Utara
tersebut disebutkan juga bahwa pembalakan liar merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya tingkat deforestasi hutan.
2.10. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian. 2.10.1. Kerangka Konseptual.