Hubungan Lama Pemanasan terhadap Perubahan Bilangan Peroksida

83 aliran darah mengakibatkan denaturasi lipoprotein yang mempunyai kerapatan rendah. Lipoprotein dalam keadaan normal mempunyai fungsi aktif sebagai alat transportasi trigeliserida; dan jika lipoprotein mengalami denaturasi, akan mengakibatkan deposisi lemak dalam pembuluh darah aorta sehingga menimbulkan gejala atherosclerosis Ketaren, 2012.

C. Analisis Bivariat

1. Hubungan Lama Pemanasan terhadap Perubahan Bilangan Peroksida

Minyak Goreng Menurut Standar Nasional Indonesia SNI tahun 2013 menentukan bahwa salah satu syarat mutu minyak goreng yang baik untuk digunakan yaitu dengan nilai bilangan peroksida maksimal 10 meq O 2 kg Badan Standardisasi Nasional, 2013. Bilangan peroksida merupakan salah satu senyawa yang dapat menentukan kualitas minyak goreng Ketaren, 2012. Peroksida merupakan kandungan senyawa yang terdapat di dalam minyak goreng. Penyebab perubahan bilangan peroksida adalah minyak goreng yang digunakan berkali-kali oleh para pedagang gorengan, mayoritas menggunakan minyak tersebut dengan frekuensi lebih dari empat kali penggorengan Mulasari, 2012. Pada penelitian ini terdapat dua metode pengambilan sampel dalam satu variabel yang diteliti untuk mengetahui hubungan lama pemanasan 84 terhadap perubahan bilangan peroksida minyak goreng pada kelipatan lima dan sepuluh. Berdasarkan data pada tabel 5.7, dari hasil uji korelasi didapatkan hubungan antara lama pemanasan terhadap perubahan bilangan peroksida dengan p value 0.042 pada lama pemanasan pertama. Sedangkan untuk lama pemanasan kelima, kesepuluh, dan kelima belas tidak terdapat hubungan karena p value yang didapatkan masing-masing 0.405, 0.940, dan 0.230. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nita Dwi Oktaviani 2009 yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara lama pemanasan dengan peningkatan bilangan peroksida. Adanya perbedaan hasil penelitian di atas dikarenakan perbedaan desain penelitian, karena desain penelitian yang digunakan merupakan desain eksperimental murni dengan melakukan pemanasan pada minyak goreng tanpa memasukkan bahan makanan ke dalam minyak yang dipanaskan. Sedangkan hasil uji bilangan peroksida yang didapatkan berbeda, sehingga pada penelitian ini, bergantung pada kondisi di lapangan. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian lainnya yang dilakukan oleh Siti Aminah 2010 yang menyatakan bahwa semakin banyak pengulangan penggorengan maka semakin meningkat pula bilangan peroksida. Pada hasil uji korelasi hubungan antara lama pemanasan pada kelipatan sepuluh terhadap perubahan bilangan peroksida, didapatkan p-value 85 0.026 pada lama pemanasan kesepuluh, 0.012 pada lama pemanasan kedua puluh, 0.009 pada lama pemanasan ketiga puluh, dan 0.033 pada lama pemanasan keempat puluh yang berarti ada hubungan bermakna antara kedua variabel tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan saat pengambilan sampel, mayoritas pedagang gorengan melakukan penambahan minyak goreng baru setelah penggorengan ke-20. Hal tersebut dilakukan karena minyak yang telah digunakan untuk menggoreng berkurang seiring frekuensi menggoreng yang dilakukan dengan minyak yang sama. Hal lain yaitu karena minyak goreng telah mengalami perubahan fisik seperti warna minyak menjadi menghitam, berbau tengik, dan terlihat berbusa. 86 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan