Syarat Mutu Minyak Goreng

40 jelantah untuk menggoreng. Ketika minyak jelantah kembali dipakai untuk menggoreng, minyak jelantah akan diserap secara berlebihan dapat mencapai 50 dari berat makanan ke dalam makanan yang digoreng. Selain berminyak, pada makanan juga terdapat kerak-kerak hitam yang menempel di permukaannya. Di situlah terdapat radikal bebas yang paling banyak Ide, 2007. Kandungan minyak jelantah menurun dari minyak goreng baru. Minyak jelantah mengeluarkan kandungan polimer yang dapat terserap dalam makanan berupa asam lemak trans. Dalam minyak jelantah juga terdapat zat radikal bebas, seperti peroksida dan epioksida yang mutagen dan karsinogen berpotensi menyebabkan kanker sehingga berisiko terhadap kesehatan manusia. Misalnya, gangguan peroksida pada minyak jelantah mengakibatkan pemanasan suhu tinggi hingga mengganggu kesehatan, terutama yang berhubungan dengan metabolisme kolesterol Mianoki dkk, 2014.

J. Syarat Mutu Minyak Goreng

Standar Nasional Indonesia SNI 3741:2003 Minyak goreng yang merupakan revisi SNI 01-3741-2002 Minyak goreng. Standar tersebut dirumuskan dengan beberapa tujuan, yaitu: 1. Menyesuaikan standar dengan perkembangan teknologi terutama dalam metode uji dan persyaratan mutu 2. Menyesuaikan standar dengan peraturan-peraturan baru yang diberlakukan 3. Melindungi kesehatan konsumen 4. Menjamin perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab 5. Mendukung perkembangan dan diversifikasi industri minyak goreng 41 Standar ini dirumuskan dengan memperhatikan ketentuan pada: 1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian 2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan 3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan 7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722MENKESPERIX1988, tentang Bahan Tambahan Makanan atau revisinya 8. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 24M- INDPER72010 tentang Pencantuman Logo Tara Pangan dan Kode Daur Ulang pada Kemasan Pangan dari Plastik 9. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 75M- INDPER72010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik Good Manufacturing Practices 10. Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.52.4040 Tahun 2006 tentang Kategori Pangan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 tentang Penetapan Batas Maksimum 42 Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan Badan Standar Nasional, 2013. Berikut merupakan syarat mutu minyak goreng sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh BSN pada tabel di bawah ini: Tabel 2.3 Syarat Mutu Minyak Goreng No Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1. Keadaan 1.1 Bau - Normal 1.2 Warna - Normal 2 Kadar air dan bahan menguap bb Maks. 0,15 3 Bilangan asam mg KOHg Maks. 0,6 4 Bilangan peroksida mek O2kg Maks. 10 5 Minyak pelikan - Negatif 6 Asam linolenat C18:3 dalam komposisi asam lemak minyak Maks. 2 7 Cemaran logam 7.1 Kadmium Cd mgkg Maks. 0,2 7.2 Timbal Pb mgkg Maks. 0,1 7.3 Timah Sn mgkg Maks. 40,0250,0 dalam kemasan kaleng 7.4 Merkuri Hg mgkg Maks. 0,05 8 Cemaran Arsen As mgkg Maks. 0,1 Pada skala internasional, Food and Agriculture Organization FAO dan World Health Organization WHO pada tahun 1993 mengeluarkan standar mutu bilangan peroksida untuk biji bunga matahari yaitu ≤10 meqkg minyak 43 kemasan dan ≤1 virgin oil. Standar bilangan peroksida yang ditentukan oleh Sudanese Standard and Metrology Organization SSMO tahun 2003 yaitu ≤10 meqk Abdellah, 2012. K. Bilangan Peroksida Produk utama oksidasi lipid yaitu hidroperoksida, yang umumnya disebut sebagai peroksida. Peroksida adalah senyawa organik yang tidak stabil yang terbentuk dari trigliserida. Bilangan peroksida adalah metode untuk menentukan tingkat oksidasi minyak dan mengukur pembentukan hidroperoksida dalam miliekuivalen oksigen aktif per kilogram sampel. Hidroperoksida dibentuk oleh oksidasi lemak bereaksi dengan ion iodida untuk membentuk yodium, yang pada akhirnya diukur dengan titrasi menggunakan tiosulfat. Bilangan peroksida berfungsi sebagai indikator kualitas minyak. Meskipun tidak membedakan antara berbagai asam lemak tak jenuh yang mengalami oksidasi dan tidak menyediakan informasi tentang produk oksidatif sekunder yang terbentuk oleh dekomposisi hidroperoksida, umumnya dapat dinyatakan bahwa bilangan peroksida merupakan indikator dari tingkat dasar oksidasi minyak. Perubahan nilai peroksida terhadap waktu menunjukkan tahap induksi, dimana terjadinya peningkatan bilangan peroksida, dan penurunan sebagai hasil oksidasi lipid. Hidroperoksida rusak pada tingkat yang lebih cepat daripada pembentukannya. Minyak berkualitas rendah akan memiliki periode induksi yang lebih pendek. Senyawa peroksida tidak stabil dalam kondisi menggoreng. peningkatan bilangan peroksida selama penggorengan akan diikuti oleh penurunan dengan 44 lebih menggoreng karena hidroperoksida cenderung terurai pada 180°C untuk membentuk produk oksidasi sekunder. Peningkatan keseluruhan nilai peroksida terjadi khususnya selama masa tenang, di mana minyak goreng terkena udara pada suhu tinggi. Peroksida dan hidroperoksida memberikan indikasi penurunan rasa pada makanan Contemporary Food Engineering Series. 2009. Peroksida merupakan kandungan senyawa yang terdapat di dalam minyak goreng. Penyebab kenaikan bilangan peroksida adalah minyak goreng yang digunakan berkali-kali oleh para pedagang gorengan, mayoritas menggunakan minyak tersebut dengan frekuensi lebih dari empat kali penggorengan Mulasari, 2012. Pada umumnya senyawa peroksida mengalami dekomposisi oleh panas, sehingga lemak yang telah dipanaskan hanya mengandung bilangan peroksida dalam jumlah yang kecil. Dalam jangka waktu yang cukup lama, peroksida dapat mengakibatkan destruksi beberapa macam vitamin dalam bahan pangan berlemak misalnya vitamin A, C, D, E, K dan sejumlah kecil vitamin B. Peroksida juga dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida dalam bahan pangan lebih besar dari 100 akan bersifat sangat beracun dan tidak dapat dimakan, disamping bahan pangan tersebut mempunyai bau yang tidak enak Ketaren, 2012. 45 Secara umum, reaksi pembentukan peroksida dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.4 Reaksi Pembentukan Peroksida

L. Dampak Bilangan Peroksida yang Tinggi terhadap Kesehatan