Sumber Data Pengolahan Data Analisis Bivariat

63 Adapun tahapan pengambilan sampel minyak goreng yaitu sebagai berikut: a. Menyiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel, diantaranya gelas kaca, botol gelap berukuran mini, aluminium foil, dan sampel minyak goreng b. Pengambilan sampel minyak setelah api dimatikan dengan menggunakan gelas kaca c. Sampel minyak langsung dimasukkan ke dalam botol gelap berukuran kecil sampai penuh, fungsinya untuk mengurangi adanya udara di dalam botol d. Botol kemudian dibalut dengan aluminium foil agar tidak terkena cahaya dan disimpan di tempat yang aman untuk kemudian dibawa ke lab uji Prosedur Penyimpanan dan Distribusi Sampel a. Botol yang berisi sampel minyak goreng dimasukkan ke dalam paper bag b. Kemudian disimpan di ruangan yang terlindungi dari paparan sinar matahari langsung dengan suhu ruangan normal selama 10 jam c. Setelah penyimpanan, sampel lalu didistribusikan ke lab uji yang bertempatkan di Akademi Kimia Analis AKA, Bogor

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer. Data primer pada penelitian ini adalah lembar kuesioner, lembar observasi, dan lembar pengujian bilangan peroksida hasil laboratorium dari Akademi Kimia Analis AKA, Bogor dengan biaya uji per sampel Rp 50.000. 64

E. Alat dan Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penetapan bilangan peroksida menggunakan metode titrasi berdasarkan AOAC Association of Analytical Communities 965.33. Asam-asam lemak tidak jenuh dari minyaklemak dapat mengikat oksigen pada ikatan-ikatan rangkapnya dan membentuk suatu peroksida. Peroksida yang dihasilkan dari autooksidasi atau permulaan ketengikan ini sangat reaktif dan dapat ditetapkan secara iodometri. Bilangan peroksida adalah jumlah milligram oksigen dalam setiap 100 gram lemakminyak. Hubungan antara bilangan iod dengan bilangan peroksida adalah apabila bilangan iod tinggi akan menghasilkan bilangan peroksida yang tinggi dan sebaliknya. Prinsip: Penentuan bilangan peroksida yang berdasarkan pada pengukuran sejumlah Iod yang dibebaskan pada potassium Iodida melalui reaksi oksidasi oleh peroksida dalam lemakminyak pada suhu ruang di dalam medium kloroformasam asetat. Alat-alat : Timbangan analitik, Erlenmeyer, Pipet Bahan-bahan : Contoh minyaklemak, Larutan asam asetat glasial, alkohol, Kloroform, Kalium Iodida, Larutan Kanji Cara Kerja:

1. Timbang dengan teliti 5 gram minyak dalam Erlenmeyer basah

2. Tambahkan 30 ml larutan yang dibuat dari 100 ml asam asetat glasial, 125 ml 65 alkohol, dan 275 ml kloroform 3. Setelah bercampur sempurna, tambahkan 0,5 ml KI jenuh 4. Biarkan selama 30 menit, simpan di tempat gelap sambil digoyangkan sewaktu-waktu 5. Tambahkan 30 ml air dingin yang telah dididihkan 6. Titrasi dengan tio sulfat 0,1 N dengan menggunakan 0,5 ml larutan kanji 1 secara perlahan sampai warna birunya hilang. Apabila menggunakan tio 0,1 N ternyata hasilnya kurang dari 0,5 ml, ulangi dengan menggunakan tio 0,01 N 7. Lakukan penetapan blanko Perhitungan: Catatan: Larutan KI jenuh dapat diganti dengan 1 gram serbuk KI, tetapi air yang ditambahkan harus 5 ml dan tio yang digunakan 0,01 N.

F. Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan terdiri dari serangkaian tahapan yang harus dilakukan meliputi: 1. Data Coding Kegiatan mengklasifikasikan data dan memberikan kode untuk masing- masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data. Peneliti membuat 66 kode untuk setiap jawaban dari pertanyaan pada kuesioner. Pada penelitian ini coding dilakukan saat seluruh responden telah mengisi kuesioner. 2. Data Editing Penyuntingan data dilakukan sebelum proses pemasukan data. Proses editing ini dilakukan peneliti setelah data terkumpul untuk pengecekan jika ada data yang salah atau meragukan sehingga masih dapat ditelusuri kembali kepada respondeninforman yang bersangkutan. 3. Data Structure Data structure dikembangkan sesuai dengan analisis yang akan dilakukan dan jenis perangkat lunak yang dipergunakan. Pada penelitian ini perangkat lunak yang digunakan adalah program software statistik. 4. Data Entry Pada proses data entry, peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam program software statistik diantaranya data mengenai frekuensi dan lama penggunaan pada minyak goreng. 5. Data Cleaning Proses pembersihan data ini dilakukan setelah data telah selesai dimasukkan. Pembersihan data ini dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi. 67

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari setiap variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun variabel dependen. Pada penelitian ini variabel yang dilakukan analisis dengan univariat antara lain, gambaran rata-rata lama pemanasan, gambaran rata- ratabilangan peroksida minyak goreng, dan perbedaan perubahan bilangan peroksida minyak goreng antara penggorengan kelipatan lima dan kelipatan sepuluh.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel penelitian. Data dianalisis menggunakan uji korelasi. Uji korelasi berfungsi untuk mengetahui arah hubungan dua variabel numerik Hastono dan Sabri, 2010. Variabel independen pada penelitian ini adalah lama pemanasan, sedangkan variabel dependennya ada perubahan bilangan peroksida. Analisis bivariat yang diuji pada penelitian ini adalah hubungan antara lama pemanasan terhadap perubahan bilangan peroksida minyak goreng pada pedagang gorengan. 68 BAB V HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Rata-rata Lama Pemanasan Minyak Goreng pada Pedagang

Gorengan di Kelurahan Pasar Minggu Tahun 2015 Tabel 5.1 Rata-rata Lama Pemanasan Kelipatan Lima pada Pedagang Gorengan di Kelurahan Pasar Minggu Tahun 2015 Frekuensi Menggoreng Lama Pemanasan Rata-Rata meq O 2 kg SD Nilai Min-Max Pertama 9.47 5.194 3-23 Kelima 9.93 5.049 2-23 Kesepuluh 8.13 4.853 3-22 Kelima belas 5.33 2.059 3-9 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata lama pemanasan yang paling lama adalah pada frekuensi menggoreng kelima yaitu 9,93 menit SD-5.049 dengan waktu yang digunakan saat pemanasan yaitu minimal 3 menit dan maksimal 23 menit. Tabel 5.2 Rata-rata Lama Pemanasan Kelipatan Sepuluh pada Pedagang Gorengan di Kelurahan Pasar Minggu Tahun 2015 Frekuensi Menggoreng Lama Pemanasan Rata-Rata meq O 2 kg SD Nilai Min-Max Kesepuluh 11.13 7.954 3-26 Kedua puluh 13.6 15.245 3-52 Ketiga puluh 10.6 10.736 2-44 Keempat puluh 9.47 10.412 3-35 69 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata lama pemanasan yang paling lama adalah pada frekuensi menggoreng ke-20 yaitu 13,6 menit SD-15.245 dengan waktu yang digunakan saat pemanasan yaitu minimal 3 menit dan maksimal 52 menit.

2. Gambaran Rata-rata Perubahan Bilangan Peroksida Minyak Goreng

pada Pedagang Gorengan di Kelurahan Pasar Minggu Tahun 2015 a. Rata-rata Perubahan Bilangan Peroksida Minyak Goreng pada Kelipatan Lima Tabel 5.3 Rata-rata Perubahan Bilangan Peroksida Minyak Goreng Kelipatan Lima pada Pedagang Gorengan di Kelurahan Pasar Minggu Tahun 2015 Kategori Rata-Rata meq O 2 kg Rata-Rata Perubahan Bilangan Peroksida meq O 2 kg SD Nilai Min-Maks Sebelum pemanasan 0.2756 0.3550 0-1.0768 Frekuensi menggoreng pertama 0.5727 0.2971 0.6089 0.033-1.848 Frekuensi menggoreng kelima 0.6138 0.0411 0.6362 0.099-2.3804 Frekuensi menggoreng kesepuluh 0.9198 0.306 1.3930 0.099-4.9898 Frekuensi menggoreng kelima belas 0.9458 0.026 1.6658 0.033-6.0091 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bilangan peroksida mengalami perubahan tertinggi yaitu pada frekuensi menggoreng kesepuluh sebesar 70 0.306 meq O 2 kg SD=1.3930 dengan nilai minimal 0.099 meq O 2 kg dan maksimal 4.9898 meq O 2 kg. b. Rata-rata Perubahan Bilangan Peroksida Minyak Goreng pada Penggorengan Kelipatan Sepuluh Tabel 5.4 Rata-rata Perubahan Bilangan Peroksida Minyak Goreng Kelipatan Sepuluh pada Pedagang Gorengan di Kelurahan Pasar Minggu Tahun 2015 Kategori Rata-Rata meq O 2 kg Rata-Rata Perubahan Bilangan Peroksida meq O 2 kg SD Nilai Min-Maks Sebelum pemanasan 1.0313 0.8826 0.23-3.12 Frekuensi menggoreng kesepuluh 2.726 1.6947 1.1479 1.30-5.15 Frekuensi menggoreng kedua puluh 2.5587 0.1673 1.2802 1.08-6.57 Frekuensi menggoreng ketiga puluh 2.0347 0.524 1.1154 1.02-5.32 Frekuensi menggoreng keempat puluh 2.6653 0.6306 1.8927 0.91-6.79 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bilangan peroksida mengalami perubahan dengan selisih yang paling tinggi yaitu pada frekuensi menggoreng kesepuluh sebesar 1.6947 meq O 2 kg SD=1.1479 dengan nilai minimal 1.30 meq O 2 kg dan maksimal 5.15 meq O 2 kg. 71

3. Gambaran Perbedaan Perubahan Bilangan Peroksida Minyak

Goreng antara Kelipatan Lima dengan Kelipatan Sepuluh pada Pedagang Gorengan di Kelurahan Pasar Minggu Grafik 5.5 Perubahan Bilangan Peroksida Minyak Goreng pada Kelipatan Lima Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, didapatkan peningkatan pada bilangan peroksida mulai dari sebelum pemanasan hingga frekuensi menggoreng kelima belas, dengan selisih nilai pada frekuensi menggoreng pertama sebesar 0.2971 meq O 2 kg, frekuensi menggoreng kelima sebesar 0.0411 meq O 2 kg, frekuensi menggoreng kesepuluh sebesar 0.306 meq O 2 kg, dan frekuensi menggoreng kelima belas 0.026 meq O 2 kg. 72 Grafik 5.6 Perubahan Bilangan Peroksida Minyak Goreng pada Kelipatan Sepuluh Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, diketahui adanya perubahan bilangan peroksida mulai dari sebelum pemanasan hingga frekuensi menggoreng kesepuluh sebesar 1.6947 meq O 2 kg. Kemudian mengalami penurunan pada frekuensi menggoreng kedua puluh dan ketiga puluh sebesar 0.1673 meq O 2 kg dan 0.524 meq O 2 kg. Lalu kembali mengalami peningkatan pada frekuensi menggoreng keempat puluh sebesar 0.6306 meq O 2 kg. 73

B. Analisis Bivariat

Minyak yang digunakan sebelum dipanaskan adalah kondisi normal atau dibawah standar, sehingga perubahan bilangan peroksida yang terjadi disebabkan adanya pemanasan. Hubungan antara lama pemanasan terhadap perubahan bilangan peroksida minyak goreng kelipatan lima dan sepuluh disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 5.7 Hubungan antara Lama Pemanasan terhadap Perubahan Bilangan Peroksida Minyak Goreng Kelipatan Lima pada Pedagang Gorengan di Kelurahan Pasar Minggu Tahun 2015 Frekuensi Menggoreng Rata-Rata Lama Pemanasan m Perubahan Bilangan Peroksida Rata-Rata meq O 2 kg SD P value Pertama 9.47 0.2971 5.194 .042 Kelima 9.93 0.0411 5.049 .405 Kesepuluh 8.13 0.306 4.853 .940 Kelima belas 5.33 0.026 2.059 .230 Berdasarkan tabel 5.7, hasil perhitungan statistik menggunakan uji korelasi antara lama pemanasan pertama dengan bilangan peroksida, didapatkan p value sebesar 0.042 yang menunjukkan terdapat hubungan antara lama pemanasan dengan perubahan bilangan peroksida. Kemudian, untuk lama pemanasan kelima, kesepuluh, dan kelima belas didapatkan p value sebesar 0.405, 0.940, dan 0.230 yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara lama pemanasan dengan perubahan bilangan peroksida. 74 Tabel 5.8 Hubungan antara Lama Pemanasan terhadap Perubahan Bilangan Peroksida Minyak Goreng Kelipatan Sepuluh pada Pedagang Gorengan di Kelurahan Pasar Minggu Tahun 2015 Frekuensi Menggoreng Rata-Rata Lama Pemanasan m Perubahan Bilangan Peroksida Rata-Rata meq O 2 kg SD P value Kesepuluh 11.13 1.6947 5.194 .026 Kedua puluh 13.6 0.1673 5.049 .012 Ketiga puluh 10.6 0.524 4.853 .009 Keempat puluh 9.47 0.6306 2.059 .033 Berdasarkan tabel 5.8, hasil perhitungan statistik menggunakan uji korelasi antara lama pemanasan dengan bilangan peroksida frekuensi menggoreng kesepuluh, kedua puluh, ketiga puluh, dan keempat puluh didapatkan p value sebesar 0.026, 0,012, 0,009, dan 0,033 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna. 75 BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian