Otoritas Jasa Keuangan disebutkan bahwa OJK menetapkan pertauran pelaksanaan Undang-Undang ini.
12
6 Dalam Undang-Undang LKM disebutkan bahwa dalam rangka pembinaan
dan pengawasan Lembaga Keuangan Mikro tersebut, Otoritas Jasa Keuangan melakukan pemeriksaan terhadap Lembaga Keuangan Mikro
13
. Sedangkan menurut Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangandisebutkan bahwa dalam
melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, danatau
penunjung kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
14
Dari uraian tersebut diatas dapat dipahami bahwa adanya sinergi antara pengawasan Lembaga Keuangan Mikro menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2013 dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011. Uraian diatas menunjukkan bahwa pasal-pasal yang terdapat dalam Undang-Undang LKM berkaitan atau saling
dukung dengan pasal-pasal yang terdapat dalam Undang-Undang OJK. Dengan adanya sinergi antara pengawasan Lembaga Keuangan Mikro menurut Undang-
Undang Lembaga Keuangan Mikro dengan Undang-Undang Ototritas Jasa Keuangan maka mekanisme pengawasan tersebut diharapkan dapat berjalan sesuai rencana yang
sudah ditetapkan agar tercapainya tujuan dari Lembaga Keuangan Mikro tersebut.
12
Pasal 8 huruf a Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
13
Pasal 31 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
14
Pasal 9 huruf c Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro
oleh Otoritas Jasa Keuangan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengawasan Lembaga Keuangan Mikro oleh Otoritas Jasa Keuangan antara lain adalah:
1. Man Manusia
Man atau manusia dalam konteks ini mengacu pada pengawas yang bertugas dalam mengawasi Lembaga Keuangan Mikro tersebut. Peran pengawas dalam
suatu pengawasan sangatlah berpengaruh dalam pencapaian tujuan akhir dari rencana atau perintah yang sudah ditetapkan. Otoritas Jasa Keuangan dan
Pemerintah Daerah KabupatenKota yang ditunjuk oleh Otoritas Jasa Keuangan untuk membantu mengawasi Lembaga Keuangan tersebut harus
memiliki independensi yang tinggi dalam mengawasi dan memberi laporan dari hasil pengawasannya kepada Otoritas Jasa Keuangan. Independensi
berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi dapat juga diartikan
adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
15
Pengawas dalam suatu pengawasan harus profesional dalam menjalankan pekerjaannya agar mencapai hasil yang sesuai dengan rencana yang semula
sudah ditetapkan. Profesionalisme dapat diukur dari kejujuran atau
15
Mulyadi. Auditing. edisi kelima, Salemba Empat : Jakarta, 1998, h.52
independensi pengawas tersebut seperti yang sudah dijelaskan diatas. Selain kejujuran, hal lain yang termasuk dalam profesionalisme adalah kedisiplinan
pengawas tersebut dalam menjalankan pekerjaannya seperti disiplin waktu, disiplin manajemen, dan lainnya. Disiplin waktu yang dimaksud adalah
pengawas dalam menjalankan pekerjaannya harus tepat waktu sesuai dengan yang sudah direncanakan. Sedangkan disiplin manajemen ialah pengawas
dalam menjalankan pekerjaannya harus sesuai dengan prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan, harus patuh pada peraturan-peraturan yang sudah
ditetapkan. Apabila dalam proses pengawasan tersebut ada hal sekecil apapun yang kurang dari prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan, maka pengawas
harus tetap mencari jalan keluar agar semua prosedur-prosedur dapat terpenuhi.
2. Mean Alat
Mean atau alat merupakan faktor yang dapat mempengaruhi berjalannya suatu pengawasan. Alat yang digunakan dalam pengawasan Lembaga Keuangan
Mikro ini misalnya adalah komputer. Komputer-komputer yang digunakan harus sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan, seperti software-software
yang digunakannya harus memadai. Komputer-komputer yang digunakan harus dikontrol misalnya dalam jangka
waktu sekali dalam satu bulan untuk menghindari malfungsi yang kemungkinan dapat terjadi dalam melakukan proses kinerja pengawasan
tersebut. Penggunaan alat tersebut juga harus dengan baik agar komputer- komputer tersebut tidak mudah rusak atau mengalami kendala-kendala
lainnya yang dapat terjadi. Alat dalam menjalankan pengawasan sangat berguna untuk menyimpan data-data yang yang dibutuhkan dalam
menjalankan pengawasan tersebut. Selain komputer, alat-alat lain yang digunakan dalam menjalankan
pengawasan misalnya yaitu pena, pensil, buku catatan atau agenda, penghapus, dan lain sebagainya. Pengawas dalam menjalankan pengawasan
tersebut harus menyediakan alat-alat tersebut untuk mencatat sementara atau mendata laporan-laporan yang diperlukan dari hasil pengawasan tersebut.
3. Material Objek
Material atau objek yang dimaksud disini adalah Lembaga Keuangan Mikro itu sendiri yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Pemerintah Daerah
KabupatenKota. Lembaga Keuangan Mikro itu sendiri merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengawasan tersebut dapat dilihat dari
bagaimana lembaga ini beroperasi. Dalam beroperasi, Lembaga Keuangan Mikro ini harus sesuai dengan prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan
dalam Undang-Undangnya. Lembaga Keuangan Mikro dalam menjalankan organisasi tersebut harus dapat mencapai tujuan yang sudah direncanakan
semula yaitu salah satunya adalah menyejahterakan masyarakat miskin atau berpenghasilan rendah.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka Lembaga Keuangan Mikro harus sungguh-sungguh dalam beroperasi seperti memberikan pinjaman-pinjaman
dengan skala mikro untuk masyarakat yang membutuhkan. Masyarakat yang ingin meminjam dana dari Lembaga Keuangan Mikro harus melewati
prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan oleh Lembaga Keuangan Mikro tersebut agar dapat menghindari penyelewengan dana yang kemungkinan
dapat terjadi. Untuk itu dibutuhkan kesungguhan dan keseriusan dari Lembaga Keuangan Mikro dalam menjalankan kegiatannya tersebut.
4. Milieu Lingkungan
Milieu atau lingkungan juga berpengaruh pada proses kinerja pengawasan. Pada konteks pengawasan Lembaga Keuangan Mikro ini, lingkungan yang
dimaksud adalah daerah-daerah yang menjadi lahan Lembaga Keuangan Mikro tersebut beroperasi. Lembaga Keuangan Mikro sudah banyak terdapat
di daerah-daerah seperti Jawa Barat, Jakarta, Jawa Timur, dan lain sebagainya.
Lingkungan yang ada dalam setiap daerah akan berbeda-beda dengan daerah lainnya, misalnya lingkungan yang terdapat di Jakarta akan berbeda dengan
lingkungan di Jawa Barat. Contoh dari lingkungan yang dimaksud dapat mengacu pada kebersihan daerah tersebut dalam menjalankan usaha mikro
mereka. Lingkungan yang bersih akan menjadi lingkungan yang sehat dan nyaman untuk masyarakat yang sedang menjalankan usahanya maupun untuk
para pengawas yang mengawasi kegiatan Lembaga Keuangan Mikro tersebut.