36
Sedangkan tujuan Lembaga Keuangan Mikro menurut Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
Pasal 3 yaitu:
LKM bertujuan untuk:
a. Meningkatkan akses pendanaan skala mikro bagi masyarakat;
Dengan meningkatkan akses pendanaan bagi masyarakat maka masyarakat yang menbutuhkan pembiayaan untuk usaha mikronya
diharapkan dapat berjalan dengan baik.
b. Membantu peningkatan pemberdayaan ekonomi dan produktivitas
masyarakat;
Tujuan ini dapat mengurangi banyaknya pengangguran yang merajalela di masyarakat. Masyarakat dapat membuka usaha
bahkan menciptakan lapangan kerja dari usaha kecil mereka tersebut.
c. Membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
terutama masyarakat miskin danatau berpenghasilan rendah.
37
Dengan berjalannya usaha mikro yang mereka bangun, maka pendapatan masyarakat miskin diharapkan lebih meningkat supaya
masyarakat pun hidup sejahtera.
38
BAB III FUNGSI DAN TUGAS OTORITAS JASA KEUANGAN
DALAM LEMBAGA KEUANGAN MIKRO A.
Sejarah Otoritas Jasa Keuangan
Awal mula tercetus pemikiran tentang lahirnya lembaga otoritas jasa
keuangan adalah berkaca dari pengalaman krisis moneter yang terjadi pada
1997, krisis finansial global 2008, dan krisis yang menimpa zona Euro 2010, industri keuangan diprediksi akan mengalami kondisi sangat buruk. Kebijakan
fiskal dan
kebijakan moneter
dibutuhkan untuk
menyelamatkan perekonomian. Besar kemungkinan krisis keuangan mengancam Indonesia.
1
Pada akhir 2011, sebagai upaya reformasi sektor keuangan, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat DPR sepakat mendirikan
Otoritas Jasa Keuangan OJK. Kemudian pada 22 November 2012, Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan disahkan.
Lembaga yang disebut independen ini akan berfungsi mulai 31 Desember 2012 dimana menggantikan fungsi, tugas dan wewenang pengaturan yang
selama ini dilakukan oleh Kementerian Keuangan melalui Badan Pengawas Pasar Modal serta Lembaga Keuangan Bapepam-LK.
2
1
Hamud M. Balfas. Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: PT.Tatanusa, 2012. h.7
2
Ibid., h.7
39
Kemudian di akhir tahun 2013, giliran fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan perbankan oleh Bank Indonesia BI juga akan
dialihkan ke OJK. Posisinya, OJK akan tergabung dalam Forum Koordinasi Stabilitas
Sektor Keuangan FKSSK bersama Kementerian Keuangan, BI dan Lembaga Penjamin Simpanan LPS. FKSSK merupakan protokol koordinasi untuk
menjaga stabilitas sistem keuangan.setelah diundangkannya undang-undang no.21 tahun 2011 tentang otoritas jasa keuangan UU-OJK terdapat
perubahan besar terhadap landskap industri keuangan di Indonesia, hal ini karena berdasarkan UU-OJK pengaturan serta pengawasan industri jasa
keuangan di Indonesia yang termasuk didalamnya pasar modal, perbankan dan lembaga keuangan mikro akan diawasi oleh lembaga otoritas jasa
keuangan.
3
Berdasarkan peraturan peralihan UU-OJK pasal 55 menyatakan bahwa sejak tanggal 31 Desember 2012 tugas, fungsi, dan kewenangan pengaturan
dan pengawasan kegiatan keuangan di sektor pasar modal dan jasa keuangan non bank seperti perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan
lembaga jasa keuangan lainnya beralih dari menteri keuangan dan badan pengawas pasar modal BAPEPAM dan lembaga keuangan LK ke otoritas
jasa keuangan OJK. Ketentuan yang sama juga berlaku bagi kewenangan
3
Ibid., h.7
40
Bank Indonesia dalam pengaturan serta pengawasan jasa keuangan di bidang perbankan.
4
B. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan
Pengertian Otoritas Jasa Keuangan OJK menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 1 angka 1 yaitu:
“Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang ini”.
5
Dengan berlakunya undang-undang tersebut segala tugas sebagai regulator dan pengawas di sektor keuangan di ambil alih oleh lembaga otoritas jasa keuangan
yang menggantikan kedudukan BAPEPAM-LK di sektor pasar modal dan bank Indonesia di sektor perbankan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 undang-undang
ini “OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan didalam sek tor jasa keuangan“. Sebagai
lembaga yang mempunyai kewenangan pengaturan di sektor keuangan. Secara kelembagaan, Otoritas Jasa Keuangan berada di luar Pemerintah, yang dimaknai
bahwa Otoritas Jasa Keuangan tidak menjadi bagian dari kekuasaan Pemerintah. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya unsur-unsur perwakilan Pemerintah
4
Ibid., h.7
5
Ibid., h.8
41
karena pada hakikatnya Otoritas Jasa Keuangan merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lain, dalam
hal ini otoritas fiskal dan moneter. Oleh karena itu, lembaga ini melibatkan keterwakilan unsur-unsur dari kedua otoritas tersebut secara Ex-officio. Keberadaan
Ex-officio ini dimaksudkan dalam rangka koordinasi, kerja sama, dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor jasa keuangan.
6
C. Tujuan dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan OJK, OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan:
a. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel,
b. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil, dan c.
mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
OJK mempunyai tujuan yang sangat strategis dalam memastikan adanya transparansi, stabilitas serta dapat memberikan perlindungan kepentingan kepada
konsumen dan masyarakat dalam industri jasa keuangan
7
. Dengan tujuan pembentukannya hal yang menjadi harapan dari masyarakat adalah menyangkut
6
Ibid., h.8
7
Hamud M.Balfas. Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: PT.Tatanusa, 2012. h 10.
42
perlindungan konsumen dan masyarakat terkait transparansi dan stabilitas di sektor industri keuangan yang walaupun sebelumnya telah dijalankan dengan baik oleh
BAPEPAM-LK. Karena perlindungan konsumen dalam industri jasa keuangan adalah salah satu hal yang sangat penting mengingat jasa keuangan bukan saja
menyangkut hal kekayaan milik investor saja melainkan banyaknya jenis-jenis transaksi yang sangat rumit dan dalam banyak hal tidak dipahami oleh investor yang
berinvestasi dalam jasa keuangan yang ditawakan. Selain itu di sektor keuangan juga rawan berpotensi terjadinya kejahatan yang dapat merugikan masyarakat secara luas
dan pelakunya dapat membawa hasil kejahatan dengan cara yang sangat cepat. Selain itu Otoritas Jasa Keuangan juga dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan
jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh
secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor
jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional, antara lain, meliputi sumber
daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi.
Selain itu sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK melaksanakan tugas pengaturan
dan pengawasan terhadap :
43
a. kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan
b. kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal, dan
c. kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Dengan adanya pasal tersebut mengartikan dengan jelas bahwa segala bentuk
pengaturan dan pengawasan di sektor industri keuangan akan dilimpahkan kepada lembaga otoritas jasa keuangan selaku regulator di sektor industri jasa keuangan.
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
D. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan
Tugas Otoritas Jasa Keuangan menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 6 yaitu:
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap: a.
kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; b.
kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
Sedangkan dalam Pasal 7 disebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai wewenang: