Metode Penelitian Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro Oleh Otoritas Jasa Keuangan (Analisis Terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013)

13 c. Bahan non-hukum adalah bahan diluar bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang dipandang perlu. Bahan non hukum dapat berupa buku-buku mengenai Ilmu Politik, Ekonomi, Sosiologi, Filsafat, Kebudayaan atau laporan-laporan penelitian non-hukum sepanjang mempunyai relevansi dengan topik penelitian. Bahan-bahan non-hukum tersebut dimaksudkan untuk memperkaya dan memperluas wawasan peneliti. 17 4. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum Dari ketiga bahan hukum tersebut, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis untuk menjawab permasalah yang telah dirumuskan.“Cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi ” 18 .Selanjutnya setelah bahan hukum diolah, dilakukan analisis terhadap bahan hukum agar dapat menghasilkan suatu kesimpulan mengenai pengawasalan lembaga keuangan mikro oleh OJK. 17 Ibid. h. 143 18 Johnny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Cet-II,Malang : Bayumedia Publishing. 2006, h. 393 14

G. SISTEMATIKA PENELITIAN

Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Petunjuk Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012 ” dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas beberapa subbab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun perinciannya sebagai berikut: BAB I Pendahuluan, memuat: Latar Belakang Masalah, dilanjutkan dengan Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Review Studi Terdahulu, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II Kerangka Teoritis, pada bab ini akan diuraikan mengenai Pengertian Pengawasan dan Pendelegasian, Bentuk-bentuk Pengawasan, Pengertian Lembaga Keuangan Mikro, Asas dan Tujuan Lembaga Keuangan Mikro. BAB III Fungsi dan Tugas Otoritas Jasa Keuangan dalam Lembaga Keuangan Mikro. Dalam bab ini akan dibahas mengenai sejarah OJK, Pengertian OJK, Tujuan dan Fungsi OJK, Tugas dan Wewenang OJK, Dewan Komisioner OJK. BAB IV Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro Oleh OJK. Dalam bab ini akan dibahas mengenai Mekanisme pengawasan LKM oleh OJK menurut UU No 1 Tahun 2013, Kesinergian antara ketentuan pengawasan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 15 dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan Lembaga Keuangan Mikro oleh Otoritas Jasa Keuangan. BAB V Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran. Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, untuk itu penulis menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian, disamping itu penulis menengahkan beberapa saran yang dianggap perlu. 16

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Pengertian Pengawasan dan Pendelegasian

Dalam Kamus Bahasa Indonesia istilah pengawasan berasal dari kata awas yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang diawasi 1 . Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa hasil dari suatu pengawasan harus sesuai berdasarkan kenyataan yang terjadi dari apa yang telah diawasi. Sebagai bahan perbandingan, penulis mengambil beberapa pendapat menurut para sarjana di bawah ini diantaranya menurut Prayudi, pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan atau diperhatikan 2 . Dilain pihak Sarwoto mengatakan, pengawasan adalah kegiatan manager yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki 3 . Menurut Saiful Anwar, pengawasan atau kontrol terhadap tindakan aparatur pemerintah diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat 1 Sarwoto. Dasar-dasar Organisasi Dan Manajemen. Ghalia Indonesia : Jakarta, 1981 h.93 2 Prayudi, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia : Jakarta, 1981 h.80 3 Sujanto, Beberapa Pengertian Di Bidang Pengawasan, Ghalia Indonesia : Jakarta, 1986 h.13 17 mencapai tujuan dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan 4 . M. Manullang pun mengatakan bahwa pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan suatu pekerjaan yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula 5 . Menurut Harold Koonz, dkk, yang dikutip oleh John Salindeho juga mengatakan bahwa pengawasan adalah pengukuran dan pembetulan terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana itu cocok dengan rencana. Jadi pengawasan itu mengukur pelaksanaan dibandingkan dengan cita-cita dan rencana, memperlihatkan dimana ada penyimpangan yang negatif dan dengan menggerakkan tindakan-tindakan untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan, membantu menjamin tercapainya rencana-rencana. 6 Pengawasan menurut Sondang P. Siagian yaitu proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan 7 . Menurut Terry dalam buku Sujanto menyatakan pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tidakan korektif bila diperlukan untuk menjamin agar 4 Saiful Anwar. Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, Glora Madani Press : Jakarta,2004 , h.127 5 M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen. Ghalia Indonesia : Jakarta, 1995, h.18 6 John Salindeho, Tata Laksana Dalam Manajemen. Sinar Grafika : Jakarta, 1998, h.39 7 Ulbert, Silalahi. Studi Tentang Ilmu Administrasi Konsep, Teori, dan Dimensi. Bandung : Sinar Baru, 2002, h.175

Dokumen yang terkait

Pengawasan Terhadap Lembaga Dana Pensiun Setelah Berlakunya Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

7 172 125

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

0 84 124

Sistem Koordinasi Antara Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Penanganan Bank Gagal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

5 79 130

Tinjauan Hukum Tentang Peralihan Pengawasan Perbankan Dari Bank Indonesia Kepada Otoritas Jasa Keuangan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 4 71

PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN SETELAH DIBERLAKUKANNYA UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

4 28 71

WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DALAM PENGATURAN DAN PENGAWASAN TERHADAP BANK SYARIAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

8 98 57

INDEPENDENSI OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA (BERDASARKAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN).

0 0 13

SISTEM KOORDINASI ANTARA BANK INDONESIA DAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENGAWASAN BANK SETELAH LAHIRNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

0 0 8

Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Pada Industri Perasuransian Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian

0 0 9

SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN PADA JASA KEUANGAN SYARI’AH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Analisis Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan) - Raden Intan Repository

0 0 95