Pengertian Pengawasan dan Pendelegasian

19 diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan. 13 Menurut Semito, pengawasan controlling adalah usaha untuk dapat mencegah kemungkinan-kemungkinan penyimpangan daripada rencana-rencana, instruksi-instruksi, saran-saran dan sebagainya yang telah ditetapkan 14 . Di lain pihak menurut Fayol dalam buku Sofyan Harahap mengemukakan bahwa pengawasan adalah upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut. Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dihindari kejadiannya di kemudian hari 15 . Lebih luas lagi pengertian pengawasan dikemukakan Situmorang dan Jusuf yang mengemukakan bahwa dikalangan ahli atau sarjana telah disamakan pengertian controlling ini dengan pengawasan. Jadi pengawasan adalah termasuk pengendalian. Pengendalian berasal dari kata “kendali”, sehingga pengendalian mengandung arti mengarahkan, memperbaiki kegiatan yang salah arah dan meluruskannya menuju arah yang benar. Kenyataan dalam praktek sehari-hari bahwa isitilah controlling itu sama dengan istilah pengawasan dan istilah pengawasan inipun telah mengandung pengertian luas, yakni tidak hanya sifat melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi tadi tetapi juga mengandung pengendalian dalam arti 13 Bayu Swastha. Azas-Azas Marketing. Edisi 3, Liberty : Yogyakarta, 1996, h.216 14 A.N Semito. Manajemen Personalia. Ghalia Indonesia : Jakarta, 1984, h.17 15 Sofyan Harahap. 2001. Sistem Pengawasan Manajemen. Quantum : Jakarta, 2001, h.10 20 menggerakkan, memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan. 16 Pengawasan dapat didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis dalam manajemen bisnis untuk membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan. Dari definisi-definisi para sarjana yang telah disebutkan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan adalah suatu upaya untuk mengawasi, mengendalikan, dan menjaga suatu proses kinerja agar tetap berjalan sesuai rencana semula dan mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan adanya pengawasan maka kemungkinan-kemungkinan yang dapat menghambat suatu proses kinerja dapat dihindari dan apabila terlanjur terjadi maka dapat diberikan solusi untuk memperbaikinya agar proses kinerja tersebut dapat kembali berjalan sesuai dengan rencana semula. Adapun maksud dari pengawasan yaitu untuk mencegah atau untuk memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan. Karena pada dasarnya 16 M. Situmorang, Viktor dan Jusuf Juhir. Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah. Jakarta : PT Rineka Cipta, 1994 h.19 21 maksud pengawasan bukan untuk mencari kesalahan terhadap orangnya, tetapi mencari kebenaran terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan dengan tujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan secara berdaya guna efisien dan berhasil guna efektif sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Mc. Farland, pengawasan harus berpedoman terhadap hal-hal berikut: 17 1. Rencana planning yang telah ditentukan. 2. Perintah orders terhadap pelaksanaan pekerjaan performance. 3. Tujuan. 4. Kebijakan yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan pun memiliki beberapa tugasfungsi sebagai berikut: 18 a. Mempertebal rasa dan tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan. b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian, dan kelemahan, agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan. 17 Maringan Masry Simbolon. Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen. Ghalia Indonesia : Jakarta, 2004, h.61. 18 Ibid., h.62. 22 d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan. Disamping itu kita pun harus mengetahui prinsip-prinsip dari pengawasan yaitu: 19 1. Pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi. 2. Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. 3. Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut peraturan- peraturan yang berlaku wetmatigheid, berorientasi terhadap kebenaran atas prosedur yang telah ditetapkan rechmatigheid, dan berorientasi terhadap tujuan manfaat dalam pelaksanaan pekerjaan doelmatigheid. 4. Pengawasan harus menjamin daya dan hasil guna pekerjaan. 5. Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti accurate, dan tepat. 6. Pengawasan harus bersifat terus-menerus continue. 7. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik feed back terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan dan kebijaksanaan waktu yang akan datang. Pendelegasian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain. Kegiatan seseorang untuk 19 Ibid., h.69. 23 menugaskan stafnyabawahannya untuk melaksanakan bagian dari tugas manajer yang bersangkutan dan pada waktu bersamaan memberikan kekuasaan kepada stafbawahan tersebut, sehingga bawahan itu dapat melaksanakan tugas-tugas itu sebaik baiknya serta dapat mempertanggung jawabkan hal hal yang didelegasikan kepadanya. 20 Adapun menurut Sujak dalam bukunya yaitu Pendelegasian merupakan proses penugasan, wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan 21 . Robert Heller mendefinisikan pendelegasian sebagai mempercayakan pekerjaan pada orang lain akan tetapi tanggung jawab atas pekerjaan atau pekerjaan tersebut masih berada di tangan pendelegasi. Tony Atherton mendefinisikan pendelegasian pekerjaan sebagai mempercayakan wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang didefinisikan dengan jelas, dan disetujui di bawah pengawasan pendelegasi sambil tetap memegang seluruh tanggung jawab atas keberhasilan pekerjaan atau pekerjaan itu. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa : Pendelegasian ialah proses terorganisir dalam kerangka hidup organisasikeorganisasian untuk secara langsung melibatkan sebanyak mungkin orang dan pribadi dalam pembuatan keputusan, pengarahan, dan pengerjaan kerja yang berkaitan dengan pemastian tugas. Pendelegasian ialah tindakan 20 M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen. Ghalia Indonesia : Jakarta, 1995, h.10 21 shvoong.comsocial-scienceseducation diakses pada tanggal 25 Januari 2014 24 memercayakan tugas yang pasti dan jelas, kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban kepada bawahan secara individu dalam setiap posisi tugas. Pendelegasian dilakukan dengan cara membagi tugas, kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, serta pertanggungjawaban, yang ditetapkan dalam suatu penjabarandeskripsi tugas formil dalam organisasi. 22

B. Bentuk-bentuk Pengawasan

a. Pengawasan dari Dalam Organisasi Internal Control Pengawasan dari dalam, berarti pengawasan yang dilakukan oleh aparatunit pengawasan yang dibentuk dalam organisasi itu sendiri. Aparatunit pengawasan ini bertindak atas nama pimpinan orgsanisasi. Aparatunit pengawasan ini bertugas mengumpulkan segala data dan informasi yang diperlukan oleh organisasi. 23 Data-data tersebut yang sudah terkumpul akan digunakan oleh pimpinan untuk menilai kemajuan dan kemunduran dalam pelaksanaan pekerjaan. Keputusan-keputusan dari hasil pengawasan yang sudah dikeluarkan oleh pimpinan dapat digunakan dalam nilai kebijaksanaan pimpinan. Maka itu terkadang pimpinan perlu meninjau kembali keputusan- keputusan tersebut yang sudah dikeluarkan. Pimpinan pun dapat melakukan 22 agus-krisdianto.weebly.com diakses pada tanggal 25 Januari 2014 23 Maringan Masry Simbolon. Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen. Ghalia Indonesia : Jakarta, 2004, h.62 25 tindakan-tindakan perbaikan korektif terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya. b. Pengawasan Dari Luar Organisasi External Control Pengawasan eksternal external control berarti pengawasan yang dilakukan oleh aparatunit pengawasan dari luar organisasi itu. Aparatunit pengawasan dari luar organisasi itu adalah pengawasan yang bertindak atasn nama atasan pimpinan organisasi itu, atau bertindak atas nama pimpinan organisasi itu karena permintaannya, misalnya pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara. Terhadap suatu departemen, aparat pengawasan ini bertindak atas nama pemerintahpresiden melalui menteri keuangan. Sedangkan pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, ialah pemeriksaanpengawasan yang bertindak atas nama negara Republik Indonesia. 24 Pimpinan organisasi pun dapat meminta bantuan dari pihak luar organisasinya untuk melakukan pengawasan tersebut dengan maksud-maksud tertentu seperti untuk mengetahui jumlah pajak yang harus dibayar, mengetahui jumlah keuntungan, mengetahui efisiensi kerjanya, dan sebagainya. Pihak luar organisasi tersebut misalnya, akuntan swasta, perusahaan konsultan, dan lain sebagainya. 24 Ibid., h.63 26 c. Pengawasan Preventif Arti dari pengawasan preventif ialah pengawasan yang dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan. Maksud dari pengawasan preventif ini ialah untuk mencegah terjadinya kekeliruankesalahan dalam pelaksanaan. Dalam sistem pemeriksaan anggaran pengawasan preventif ini disebut preaudit. Adapun dalam pengawasan preventif ini dapat dilakukan hal-hal berikut. 25 a. Menentukan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan sistem prosedur, hubungan, dan tata kerjanya. b. Membuat pedomanmanual sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. c. Menentukan kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya. d. Mengorganisasikan segala macam kegiatan, penempatan pegawai dan pembagian pekerjaannya. e. Menentukan sistem koordinasi, pelaporan, dan pemeriksaan. f. Menetapkan sanksi-sanksi terhadap pejabat yang menyimpang dari peraturan yang telah ditetapkan. 25 Ibid., h.63 27 d. Pengawasan Represif Arti dari pengawasan represif ialah pengawasan yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan. Maksud diadakannya pengawasan represif ialah untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dalam sistem pemeriksaan anggaran, pengawasan represif ini disebut post-audit. Adapun pengawasan represif ini dapat menggunakan sistem-sistem pengawasan sebagai berikut. 1 Sistem Komperatif a Mempelajari laporan-laporan kemajuan progress report dari pelaksanaan pekerjaan, dibandingkan dengan jadwal rencana atau pelaksanaan. b Membandingkan laporan-laporan hasil pelaksanaan pekerjaan dengan rencana yang telah diputuskan sebelumnya. c Mengadakan analisis terhadap perbedaan-perbedaan tersebut, termasuk faktor lingkungan yang mempengaruhinya. d Memberikan penilaian terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan, termasuk para penanggung jawabnya. e Mengambil keputusan tata usaha perbaikannya atau penyempurnaannya.

Dokumen yang terkait

Pengawasan Terhadap Lembaga Dana Pensiun Setelah Berlakunya Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

7 172 125

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

0 84 124

Sistem Koordinasi Antara Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Penanganan Bank Gagal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

5 79 130

Tinjauan Hukum Tentang Peralihan Pengawasan Perbankan Dari Bank Indonesia Kepada Otoritas Jasa Keuangan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 4 71

PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN SETELAH DIBERLAKUKANNYA UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

4 28 71

WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DALAM PENGATURAN DAN PENGAWASAN TERHADAP BANK SYARIAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

8 98 57

INDEPENDENSI OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA (BERDASARKAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN).

0 0 13

SISTEM KOORDINASI ANTARA BANK INDONESIA DAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENGAWASAN BANK SETELAH LAHIRNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

0 0 8

Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Pada Industri Perasuransian Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian

0 0 9

SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN PADA JASA KEUANGAN SYARI’AH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Analisis Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan) - Raden Intan Repository

0 0 95