Bentuk-bentuk Pengawasan Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro Oleh Otoritas Jasa Keuangan (Analisis Terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013)

27 d. Pengawasan Represif Arti dari pengawasan represif ialah pengawasan yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan. Maksud diadakannya pengawasan represif ialah untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dalam sistem pemeriksaan anggaran, pengawasan represif ini disebut post-audit. Adapun pengawasan represif ini dapat menggunakan sistem-sistem pengawasan sebagai berikut. 1 Sistem Komperatif a Mempelajari laporan-laporan kemajuan progress report dari pelaksanaan pekerjaan, dibandingkan dengan jadwal rencana atau pelaksanaan. b Membandingkan laporan-laporan hasil pelaksanaan pekerjaan dengan rencana yang telah diputuskan sebelumnya. c Mengadakan analisis terhadap perbedaan-perbedaan tersebut, termasuk faktor lingkungan yang mempengaruhinya. d Memberikan penilaian terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan, termasuk para penanggung jawabnya. e Mengambil keputusan tata usaha perbaikannya atau penyempurnaannya. 28 2 Sistem Verivikatif a Menentukan ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan prosedur pemeriksaan. b Pemeriksaan tersebut harus dibuat laporan secara periodik atau secara khusus. c Mempelajari laporan untuk mengetahui perkembangan dari hasil pelaksanaannya. d Memberikan penilaian terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan, termasuk para penanggung jawabnya. e Mengambil keputusan tata usaha perbaikannya atau penyempurnaannya. 3 Sistem Inspeksi Inspeksi dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari suatu laporan yang dibuat oleh para petugas pelaksanaannya. Dalam pemeriksaan di tempat on the spot inspection, instruksi-instruksi diberikan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan pekerjaan. Inspeksi dimaksudkan untuk memberikan penjelasan-penjelasan terhadap kebijaksanaan pimpinan. Penjelasan-penjelasan ini merupakan kontak pribadi antara pimpinanwakil pimpinan dengan cara petugas pelaksana di tempat, yang dapat 29 menimbulkan rasa kesetiakawanan jiwa korps, rasa solidaritas, dan ketinggian moral. Untuk menjamin hasil yang objektif dalam inspeksi ini, kadang-kadang diperlukan penggantian jabatan tour of duty dalam periode tertentu. Penggantian jabatan ini dimaksudkan pula untuk lebih menyegarkan tugas- tugas inspeksi, karena tugas-tugas tersebut kecuali membosankan juga menjemukan. 4 Sistem Investigatif Sistem ini lebih menitikberatkan terhadap penyelidikanpenelitian yang lebih mendalam terhadap suatu masalah yang bersifat negatif. Penyelidikanpenelitian ini didasarkan atas suatu laporan yang masih bersifat hipotesis anggapan. Laporan tersebut mungkin benar dan mudah salah. Oleh karena itu, perlu diteliti lebih mendalam untuk dapat mengungkapkan hipotesis tersebut. 26 Agar dapat memperoleh jawaban tersebut yang benar diperlukan pengumpulan data, menganalisis data atau mengolah data, dan penelitian atas data tersebut. Berdasarkan atas hasil penelitianpenyelidikan tersebut, kemudian segera diambil keputusannya. Yang perlu diperhatikan di sini 26 Ibid., h.65 30 adalah validitas data tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Data-data tersebut pun harus diperoleh dengan penuh ketelitian.

C. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro

Pengertian Lembaga Keuangan Mikro menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro Pasal 1 angka 1 yakni: “Lembaga Keuangan Mikro yang selanjutnya disingkat LKM adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan ”. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro LKM Menurut Microcredit Summit 1997 dalam buku Ashari, mengemukakan definisi kredit mikro yaitu “Programmes extend small loans to very poor for self-employment projects that generate income, allowing them to care for themselves and their families” atau “Program pemberian kredit berjumlah kecil kepada warga miskin untuk membiayai kegiatan produktif yang dia kerjakan sendiri agar menghasilkan pendapatan, yang memungkinkan mereka peduli terhadap diri sendiri dan 31 keluarganya 27 . Sementara menurut Paket Kebijaksanaan 1993 dalam buku Totok Budisantoso menyatakan bah wa “Kredit untuk usaha kecil adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit maksimum 250 juta untuk membiayai usaha produktif”. 28 “Sedangkan pengertian kredit untuk usaha mikro adalah “Kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit sampai dengan 25 juta”. Meskipun terdapat perbedaan, tapi kedua pernyataan di atas mempunyai persamaan bahwa kredit mikro diberikan bagi pengusaha kecil dan mikro dengan plafon kredit yang berbeda untuk membiayai kegiatan usaha yang produktif. Usaha dikatakan produktif apabila usaha tersebut dapat memberikan nilai tambah dalam menghasilkan barang dan jasa serta pendapatan mereka. Kredit mikro ini disalurkan melalui lembaga keuangan yang umumnya disebut dengan Lembaga Keuangan Mikro LKM. Mandala Manurung dan Prathama Rahardja menyatakan bahwa “Lembaga Keuangan Mikro adalah lembaga keuangan yang memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan miskin serta para pengusaha kecil”. 29 27 Ashari. 2006. Potensi Lembaga Keuangan Mikro LKM Dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan Dan Kebijakan Pengembangannya. Pusat Analisis Sosial Dan Kebijakan Pertanian, Bogor. Volume 4 No.2, Juni 2006:h.146 28 Totok Budisantoso dan Triandaru Sigit. 2006. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:Salemba Empat, h.121 29 Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. 2004, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter Kajian Kontekstual Indonesia, Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI, h.124 32 Sementara itu menurut ahli lai n, “Lembaga Keuangan Mikro didefinisikan sebagai penyedia jasa keuangan bagi pengusaha kecil dan mikro serta berfungsi sebagai alat pembangunan bagi masyarakat pedesaan”. 30 Menurut Direktorat Pembiayaan, Deptan 2004 dinyatakan bahwa “Lembaga Keuangan Mikro dikembangkan berdasarkan semangat untuk membantu dan memfasilitasi masyarakat miskin baik untuk kegiatan konsumtif maupun produktif keluarga miskin tersebut” 31 . Menurut Krishnamurti 2005, walaupun terdapat banyak definisi keuangan mikro, namun secara umum terdapat tiga elemen penting dari berbagai definisi tersebut. Pertama, menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan. Keuangan mikro dalam pengalaman masyarakat tradisional Indonesia seperti lumbung desa, lumbung pitih nagari dan sebagainya menyediakan pelayanan keuangan yang beragam seperti tabungan, pinjaman, pembayaran, deposito maupun asuransi. Kedua, melayani rakyat miskin. Keuangan mikro hidup dan berkembang pada awalnya memang untuk melayani rakyat yang terpinggirkan oleh sistem keuangan formal yang ada sehingga memiliki karakteristik konstituen yang khas. Ketiga, menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel. Hal ini merupakan konsekuensi dari kelompok masyarakat yang dilayani, sehingga prosedur dan 30 Sutanto Hadinoto, Joko Retnadi. Kredit Mikro, Kunci Sukses Kredit Mikro. PT Gramedia : Jakarta,2005, h.72 31 Ashari, Op.Cit, h.148 33 mekanisme yang dikembangkan untuk keuangan mikro akan selalu kontekstual dan fleksibel. 32

D. Asas dan Tujuan Lembaga Keuangan Mikro

Asas-asas Lembaga Keuangan Mikro menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro Pasal 2 yaitu: LKM berasaskan: a. Keadilan; b. Kebersamaan; c. Kemandirian; d. Kemudahan; e. Keterbukaan; f. Pemerataan; g. Keberlanjutan; dan h. Kedayagunaan dan kehasilgunaan. 32 catarts.wordpress.com diakses pada tanggal 19 Oktober 2013

Dokumen yang terkait

Pengawasan Terhadap Lembaga Dana Pensiun Setelah Berlakunya Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

7 172 125

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

0 84 124

Sistem Koordinasi Antara Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Penanganan Bank Gagal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

5 79 130

Tinjauan Hukum Tentang Peralihan Pengawasan Perbankan Dari Bank Indonesia Kepada Otoritas Jasa Keuangan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 4 71

PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN SETELAH DIBERLAKUKANNYA UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

4 28 71

WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DALAM PENGATURAN DAN PENGAWASAN TERHADAP BANK SYARIAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

8 98 57

INDEPENDENSI OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA (BERDASARKAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN).

0 0 13

SISTEM KOORDINASI ANTARA BANK INDONESIA DAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENGAWASAN BANK SETELAH LAHIRNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

0 0 8

Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Pada Industri Perasuransian Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian

0 0 9

SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN PADA JASA KEUANGAN SYARI’AH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Analisis Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan) - Raden Intan Repository

0 0 95