Survei Nyamuk Dewasa Analisis Kepadatan Nyamuk Anopheles sp di dalam Rumah Berdasarkan Lingkungan di Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga Tahun 2015

I. Kerangka Teori

Menurut Wibowo 2014 danNatadisastra 2009 malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dan kontak dengan manusia. Faktor lingkungan tersebut adalah lingkungan fisik dan biologi Datau, 2000. Suhu 27-30 C menyebabkan umur nyamuk lebih pendek. Perkembangannya optimum pada suhu 25-27 o C Sumantri, 2010. Umur nyamuk yang panjang akan memberikan banyak waktu untuk parasit malaria menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsiknya dari gametosit sampai sporozoit di kelenjer liur. Selain itu, suhu udara juga akan mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan telur Anopheles menjadi dewasa Natadisastra, 2009. Ada hubungan yang kuat antara suhu udara dengan kepadatan Anopheles. Kepadatan Anopheles 68,8 dipengaruhi oleh suhu udara. Kepadatan akan meningkat saat suhu udara turun dan sebaliknya Mofu, 2013. Suhu 25 C di Desa Selong Belanak optimum untuk perkembangbiakan nyamuk dan mempengaruhi kepadatannya Mading, 2013. Selanjutnya, kelembaban rendah memperpendek umur nyamuk sehingga mengurangi kepadatannya Datau dkk, 2000.Kepadatan Anopheles 40,5 dipengaruhi oleh kelembaban udara Suwito dkk, 2010. Kelembaban udara dengan kepadatan Anopheles berhubungan ke arah positif Mofu, 2013. Hujan yang menimbulkan genangan juga merupakan tempat ideal bagi Anopheles Anies, 2006. Kepadatan Anopheles 56,9 disebabkan oleh curah hujan Suwito dkk, 2010. Malaria berkurang pada ketinggian yang bertambah Datau dkk, 2000. Ketinggian tempat ditemukan mempengaruhi populasi nyamuk di Sukabumi Marpaung, 2006. Sinar matahari juga berpengaruh pada pertumbuhan larva nyamuk Datau dkk, 2000. Pada daerah endemis malaria di perbatasan Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek matahari yang bersinar sepanjang tahun menurut Yudhastuti 2008 mendukung tempat hidup Anopheles di daerah ini. Salinitas atau kadar garam air payau di rawa-rawa juga berpengaruh pada kepadatan An.subpictus dan An.sundaicus Natadisastra, 2009. Salinitas telah ditemukan berkorelasi dengan kepadatan larva An. sundaicus Hakim, 2007. Keberadaan tumbuhan bakau mempengaruhi kehidupan larva Anopheles Datau dkk, 2000. Larva An.letifer dan Ansundaicus banyak ditemukan di rawa-rawa dengan pohon bakau dibagian tepinya Shinta dkk, 2012. Di Desa Sukaresik tumbuhan bakau juga banyak ditemukan sebagai tempat perkembangbiakan Anopheles Dhewantara dkk, 2013. Hal ini dapat mempengaruhi kepadatan nyamuk di daerah ini. Adanya ikan pemakan larva juga mempengaruhi populasi nyamuk Datau dkk, 2000. Ikan karper dan niladapat mengurangi populasi vektor malaria Adnyana dan Willa, 2013.Chandra 2009 juga menyebutkan bahwa rantai penularan malaria dapat diputus dengan manipulasi lingkungan agar populasi Anopheles berkurang yaitu berupa pemeliharaan ikan di kolam-kolam. Selain itu, tata letak kandang juga mengurangi jumlah gigitan nyamuk Yudhastuti, 2008. Kepadatannya ditemukan berbeda-beda berdasarkan jarak penempatan kandang ternaknya. Kepadatan tertinggi terdapat di rumah dengan kandang ternak kurang dari 10 m dari rumah dan terendah pada rumah dalam radius 50 meter terdapat kandang ternak Sarwoko dkk, 2010. Rumah hunian yang kurang dari 10 m dari kandang ternak banyak didatangi Anopheles karena bau ternak hewan besar Qorib, 2005. Hadi dkk 2005 menyebutkan bahwa penempatan kandang ternak harus berjarak 10-20 m dari rumah karena letak kandang ditemukan berpengaruh terhadap kepadatan vektor malaria di dalam rumah. Berdasarkan uraian di atas didapatkan kerangka teori penelitian sebagai berikut : Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian Sumber : 1 Wibowo 2014, 2 Datau 2000, 3 Sumantri 2010, 4 Mading 2013, 5 Suwito dkk 2010 , 6 Anies 2006, 7 Natadisastra 2009, 8 Marpaung 2006 , 9 Yudhastuti 2008, 10 Hakim 2007, 11 Dhewantara dkk 2013, 12 Adnyana dan Willa 2013, 13 Sarwoko dkk 2010, 14 Qorib 2005, 15 Shinta dkk 2012, 16 Mofu 2013, 17 Chandra 2009 dan 18 Hadi dkk 2005. Faktor Lingkungan 1 1. Lingkungan fisik 2 a. Suhu udara 3,4,7,16 b. Kelembaban udara 2,5,16 c. Hujan 5, 6 d. Angin 7,4 e. Ketinggian 2,8 f. Sinar matahari 2,9 g. Kadar garam salinitas air 7,10 2. Lingkungan biologi 2 a. Tumbuhan bakau 2,11,15 b. Keberadaan ikan pemakan larva 2,12,17 c. Jarak penempatan kandang ternak sapi 9,13,14,18 Kepadatan Nyamuk Anopheles sp di dalam rumah 38 BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian terdiri dari empat variabel bebas yaitu suhu udara, kelembaban udara, keberadaan ikan pemakan larva dan jarak penempatan kandang ternak sapi dan satu variabel terikat yaitu kepadatan nyamuk Anopheles sp di dalam rumah. Konsep penelitian hubungan antar variabel diuraikan sebagai berikut : 1. Suhu Udara Suhu udara di sekitar rumah adalah salah satu variabel yang dapat mempengaruhi jumlah nyamuk Anopheles sp di dalam rumah karena suhu udara kisaran 25-27 o C menyebabkan nyamuk berkembangbiak dengan baik sehingga meningkatkan jumlahnya di dalam rumah. Sebaliknya suhu lebih dari 27 C menyebabkan umur nyamuk lebih pendek sehingga jumlah nyamuk di dalam rumah cenderung berkurang. 2. Kelembaban Udara Kelembaban udara di sekitar rumah merupakan salah satu variabel yang diteliti karena variabel ini berperan dalam meningkatkan atau mengurangi jumlah nyamuk Anopheles sp di dalam rumah. Kelembaban 60 atau di atas 60 mendukung hidupnya Anopheles sp sehingga meningkatkan jumlahnya di dalam rumah. Sementara kelembaban dibawah 60 memperpendek umur nyamuk sehingga mengurangi jumlahnya di dalam rumah.