Sukabumi. Rendahnya ketinggian tempat suhu udara semakin tinggi dan semakin tinggi ketinggian tempat semakin rendah suhu udaranya.
Interval suhu udara di dataran rendah Sukabumi termasuk suhu udara optimum bagi metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan nyamuk
Anophelesdan suhu udara di dataran tinggi adalah batas bawah untuk metabolisme dan perkembangbiakan nyamuk. Hal inilah yang dapat
memengaruhi kepadatan nyamuk. Semakin tinggi ketinggian tempat di Sukabumi risiko malaria ditemukan semakin rendah Marpaung, 2006.
f. Sinar matahari
Sinar matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan larva nyamuk dan pengaruhnya berbeda-beda pada setiap spesies. An. sundaicus lebih
menyukai tempat yang teduh, An. hyrcanus spp dan An. pinctulatus spp lebih suka tempat terbuka. Sementara An. barbirostris dapat hidup baik
di tempat yang teduh maupun yang terang. Datau dkk, 2000 Pada daerah endemis malaria di daerah berbatasan Kabupaten
Tulungagung dengan Kabupaten Trenggalek intensitas sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun mendukung tempat hidup Anopheles.
Adanya bermacam-macam Anopheles di daerah ini maka masing- masing spesies akan mencari tempat yang cocok untuk hidupnya,
ditempat yang teduh maupun dengan sinar matahari Yudhastuti, 2008.
g. Kadar garam salinitas air Anopheles subpictus dan Anopheles sundaicus hanya dapat
berkembangbiak pada genangan air asin dengan kadar garam tertentu saja. Mengatur salinitas atau kadar garam air payau di rawa-rawa
dengan menambahkan dan mengalirkan air sungai sebagai pencampur sehingga salinitas air rawa berkurang dapat menurunkan kepadatannya
Natadisastra, 2009. Salinitas ditemukan berkorelasi dengan kepadatan larva An.
sundaicus dimana kepadatan larva 7 ekororangciduk dalam salinitas 15. Selanjutnya ditemukan korelasi antara kepadatan larva beberapa
minggu setelahnya dengan jumlah kasus malaria dengan ditemukan 1 orang kasus positif malaria dengan kepadatan larva An. sundaicus
sebesar 5 ekororangciduk dalam breeding places dalam salinitas 5 dan kepadatan larva An. sundaicus memberi pengaruh 70 terhadap
kasus malaria Hakim, 2007 2. Lingkungan biologi
a. Tumbuhan bakau Tumbuhan bakau
dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lain sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan larva Anopheles Datau dkk, 2000. Larva An. letifer dan An. sundaicus banyak ditemukan di rawa dengan pohon
bakau dibagian tepinya Shinta dkk, 2012. Sejalan dengan penelitian Dhewantara dkk 2013 dimana tumbuhan bakau banyak ditemukan
sebagai tempat perkembangbiakan Anopheles di Desa Sukaresik. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi kepadatan nyamuk di daerah ini.
b. Ikan pemakan larva Populasi nyamuk juga dipengaruhi oleh adanya berbagai jenis
ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah panchax spp gambusia, nila dan mujair Datau dkk, 2000. Jenis fauna yang dijumpai hidup
bersama larva Anopheles sp pada habitat larva Anopheles di Desa Weepaboda diantaranya ikan karper dan ikan nila dan merupakan jenis
yang sama yang telah digunakan masyarakat di daerah lain sebagai pengendali vektor malaria. Fauna ini dapat dimanfaatkan sebagai
musuh alami untuk mengurangi populasi vektor malaria Adnyana dan Willa, 2013.
Adanya ikan pemakan larva yang dapat mengurangi kepadatan vektor malaria dalam rumah berpotensi menurunkan penularan malaria.
Chandra 2009 menyebutkan bahwa rantai penularan malaria dapat diputus dengan manipulasi lingkungan agar populasi Anopheles
berkurang. Manipulasi tersebut salah satunya dengan menggunakan predator berupa pemeliharaan ikan di kolam-kolam. Adanya ikan
pemakan larva nyamuk di kolam berhubungan dengan kejadian malaria. Mereka yang pada rumahnya tidak terdapat ikan pemakan
larva berisiko terkena malaria 3,25 kali lebih besar dibandingkan yang terdapat ikan pemakan larva nyamuk di kolam Sulistiyani, 2012.
c. Jarak penempatan kandang ternak sapi Keberadaaan ternak sapi jika dikandangkan tidak jauh dari rumah
juga dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia Datau dkk, 2000. Faktor lingkungan biologis berupa tata letak kandang ini
dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk sehingga dapat menurunkan transmisi malaria melalui manusia Yudhastuti, 2008.
F. Jarak Penempatan Kandang Ternak Sapi sebagai Cattle Barrier Malaria
Pemanfaatan kandang ternak besar sebagai cattle barrier yang diletakkan di antara habitat atau perkembangbiakkan nyamuk dan pemukiman penduduk
dapat mengurangi jumlah nyamuk yang menggigit manusia Hakim dan Ipa, 2007. Setiap kali nyamuk Anopheles menggigit seekor sapi Bos taurus,
tingkat paparan manusia terhadap infeksi Plasmodium menurun. Meskipun sapi biasanya tidak dianggap sebagai komponen kunci dari keanekaragaman hayati,
prinsip menambahkan spesies untuk mengurangi penularan patogen berlaku di sini seperti halnya untuk penyakit menular Ostfeld, 2011.
Kepadatan nyamuk Anopheles dalam rumah juga ditemukan berbeda- beda berdasarkan jarak penempatan kandang ternak. Kepadatan tertinggi
terdapat di rumah yang menempatkan kandang ternak menyatu atau berjarak kurang dari 10 meter dari rumah dan kepadatan terendah terdapat pada rumah
dalam radius 50 meter terdapat kandang ternak Sarwoko dkk, 2010. Rumah hunian yang menyatu atau kurang dari 10 meter dari kandang ternak ini banyak
didatangi nyamuk Anopheles karena bau ternak hewan besar menarik nyamuk untuk datang dan menghisap darahnya Qorib, 2005.
Penempatan kandang ternak besar seperti sapi di sekitar rumah diperlukan sebagai cattle barrier malaria. Hal ini agar sebelum nyamuk
menggigit manusia nyamuk terlebih dahulu mengigit binatang Erdinal dkk, 2006. Tentunya penempatan kandang ternak sapi sebagai cattle barrier ini
harus berada pada jarak yang sesuai. Menurut Kementan RI letak kandang ternak harus berjarak minimal 10 m dari rumah. Hal ini sejalan dengan
penelitian Hadi dkk 2005 yang menyebutkan bahwa penempatan kandang ternak harus berjarak 10-20 m dari rumah karena letak kandang ditemukan
berpengaruh terhadap kepadatan vektor malaria di dalam rumah.
G. Survei Nyamuk Dewasa
1. Penangkapan nyamuk di malam hari a. Penangkapan nyamuk dengan umpan orang di luar rumah
Penangkapan nyamuk dengan umpan orang di luar rumah dilakukan oleh tiga orang penangkap atau lebih dimana masing-masing
orang melakukannya di satu rumah yang ditetapkan koordinator. Waktu penangkapan dimulai jam 18.00-24.00 atau hingga jam 06.00
pagi hari berikutnya sesuai kebutuhan. Setiap jam dilakukan penangkapan selama 40 menit. Penangkap duduk di luar di tempat
yang biasanya penduduk pada sore atau malam hari duduk-duduk dengan menggulung celana panjangnya dan setiap ada nyamuk yang
hinggap menggigit langsung dihisap dengan aspirator Depkes, 2003. Nyamuk yang tertangkap selama 40 menit dimasukkan ke dalam
gelas kertas, diberi label sesuai jam penangkapan saat itu. Nyamuk
yang telah terkumpul setiap jam diserahkan kepada koordinator. Pada jam berikutnya dilakukan penangkapan kembali selama 40 menit pada
tempat yang sama. Demikian seterusnya tiap jam hingga jam 24.00 atau jam 06.00 Depkes, 2003.
b. Penangkapan nyamuk dengan umpan orang di dalam rumah Penangkapan nyamuk dengan umpan orang di dalam rumah
dilakukan oleh 3 orang penangkap nyamuk atau lebih dimana masing- masing orang melakukannya di satu rumah yang ditetapkan
koordinator. Waktu penangkapan dimulai jam 18.00-24.00 atau hingga jam 06.00 pagi hari berikutnya. Penangkap duduk di dalam rumah di
tempat yang biasanya penduduk pada sore atau malam hari duduk- duduk dengan menggulung celana panjangnya. Setiap jam dilakukan
penangkapan selama 40 menit. Depkes, 2003. Setiap ada nyamuk yang hinggap menggigit langsung dihisap
dengan aspirator. Nyamuk yang tertangkap selama 40 menit
dimasukkan ke dalam gelas kertas dan diberi label. Nyamuk yang telah terkumpul setiap jam diserahkan kepada koordinator. Pada jam
berikutnya dilakukan penangkapan kembali selama 40 menit pada tempat yang sama. Demikian seterusnya tiap jam hingga jam 24.00
atau jam 06.00 pagi Depkes, 2003.
c. Penangkapan nyamuk di dinding dalam rumah Penangkapan dilakukan selama 10 menit. Setelah ditangkap
nyamuk dimasukkan ke dalam cangkir kertas, diberi label sesuai jam penangkapan dan diserahkan kepada koordinator Depkes, 2003.
d. Penangkapan nyamuk di sekitar kandang pada malam hari Penangkapan nyamuk disekitar kandang dilakukan 3 orang
penangkap atau lebih selama 10 menit. Nyamuk dimasukkan ke dalam cangkir kertas, diberi label sesuai jam penangkapan dan diserahkan
kepada koordinator Depkes, 2003. 2. Penangkapan nyamuk di pagi hari
1. Penangkapan nyamuk dewasa di dinding dalam rumah Penangkapan dilakukan pada pagi hari jam 06.00 hingga selesai.
Penangkapan nyamuk di dinding dalam rumah dilakukan diseluruh ruangan yang diduga sebagai tempat hinggap Anopheles. Bila
penangkapan nyamuk dilakukan oleh 6 orang maka rumah yang disurvei minimal 30 rumah 5 rumahorang. Jumlah rumah yang
disurvei paling sedikit 20 rumah Depkes, 2003. 2. Penangkapan nyamuk dewasa di alam terbukaresting siang hari.
Penangkapan dilakukan di tempat-tempat yang diduga sebagai tempat istirahat nyamuk Anopheles dewasa. Penangkapan dilakukan
dengan menggunakan jaring serangga, kelambu atau aspirator. Nyamuk yang tertangkap dimasukkan ke dalam cangkir plastik yang telah diberi
label dan diserahkan kepada koordinator untuk diperiksa Depkes, 2003.
H. Pengukuran Kepadatan Nyamuk
Pengukuran kepadatan nyamuk dapat dilakukan sebagai berikut Sinha, 2005 :
1. Human Blood Indices Human Blood Indices adalah proporsi Anopheles betina yang dalam perut
mereka menunjukkan adanya darah manusia. 2. Sporozoite Rate
Sporozoite Rate adalah persentase nyamuk Anopheles betina dengan sporozoit dalam kelenjer liurnya.
3. Man Hour Density Man Hour Density atau MHD adalah jumlah nyamuk hinggap yang
tertangkap per orang per jam. MHD =
Jumlah nyamuk hinggap yang tertangkap Jumlah penangkap x waktu penangkapan jam
4. Man Biting Rate Man Biting Rate atau MBR adalah rata-rata kejadian Anopheles
menggigit per orang per hari .
MBR = Jumlah nyamuk yang tertangkap hinggap pada umpan orang
Jumlah penangkap x waktu penangkapan hari
5. Inoculation Rate Inoculation Rate adalah hasil perkalian man biting rate dan sporozoit
rate.