4 Perhitungan Man Hour Density atau MHD Pengukuran kepadatan nyamuk
Anopheles dilakukan
dengan menggunakan rumus Man Hour Density atau MHD. Rumus MHD dipilih karena peneliti hanya ingin mengetahui
kepadatan Anopheles sehingga tidak diperlukan perhitungan dengan rumus lainnya seperti Human Blood Indices, Sporozoite
Rate, Man Biting Rate dan Inoculation Rate. Pada mulanya akan terlebih dahulu dihitung MHD umpan
orang dan dinding dalam rumah untuk setiap satu jam penangkapan. MHD umpan orang didapatkan dengan membagi
jumlah nyamuk Anopheles yang tertangkap umpan orang dengan jumlah penangkap yang dikalikan dengan waktu penangkapan
jam. Sementara MHD dinding dalam rumah didapatkan dengan membagi jumlah nyamuk Anopheles yang tertangkap di dinding
dalam rumah dengan jumlah penangkap yang dikalikan dengan waktu penangkapan jam. Setelah MHD umpan orang dan di
dinding per jamnya didapatkan, maka di hitung MHD per jamnya dengan menjumlahkan MHD umpan orang dan dinding.
Selanjutnya dihitung
MHD di
dalam rumah
dengan menjumlahkan MHD perjamnya kemudian dibagi dengan 12
karena pengukuran dilaksanakan selama 12 jam.
3. Instrumen
Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Temperature and humidity meter - HTC-2, digunakan untuk mengukur suhu udara dan kelembaban udara di sekitar rumah sampel.
b. Lembar observasi, untuk mencatat keberadaan ikan pemakan larva serta jenisnya pada kolam di rumah sampel.
c. GPS pada smartphone, digunakan untuk mengetahui jarak antara kandang ternak sapi dengan rumah.
d. Man Hour Density MHD, sebagai rumus untuk mengukur kepadatan nyamuk Anopheles sp di dalam rumah sampel.
4. Pengolahan data
Data-data yang didapatkan diolah dengan langkah berikut : a. Editing, untuk melakukan pengecekan kelengkapan dan kejelasan
isian lembar observasi berupa data suhu udara, kelembaban udara, keberadaan ikan pemakan larva, jarak penempatan kandang ternak
sapi, kepadatan nyamuk Anopheles sp di dalam rumah dan spesiesnya.
b. Coding, untuk merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk bilangan dimana data keberadaan ikan pemakan larva diberi label 1
jika ada dan label 2 jika tidak ada. Coding juga dilakukan pada penempatan kandang ternak sapi. Penempatan kandang ternak sapi
berjarak 10 m dari rumah diberi label 1, berjarak 10-20 m dari rumah berlabel 2 dan berjarak 21-50 m dari rumah diberi label 3.
c. Entry data, yaitu memasukkan data pada software program komputer.
d. Cleaning, dengan mengecek kembali data yang masuk ke dalam program
analisis data.
Jika terdapat
kesalahan kode,
ketidaklengkapan dan lain sebagainya maka dilakukan perbaikan.
E. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat menggunakan bantuan software program komputer. Analisis
univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran pada masing-masing variabel yang telah diteliti. Data disampaikan dalam bentuk distribusi
frekuensi. Pada penelitian ini variabel yang dilakukan analisis univariat adalah suhu udara, kelembaban udara, keberadaaan ikan pemakan larva dan jarak
penempatan kandang ternak sapi. Sementara analisis bivariat yang digunakan adalah uji korelasi pearson, uji mann-whitney dan uji kruskal wallis. Uji
korelasi pearson digunakan untuk melihat hubungan antara suhu udara dengan kepadatan nyamuk Anopheles sp dalam rumah dan hubungan kelembaban
udara dengan kepadatan nyamuk Anopheles sp dalam rumah. Jika nilai p 0,05 maka dinyatakan terdapat hubungan antara dua variabel tersebut.
Uji mann-whitney digunakan untuk melihat hubungan keberadaan ikan pemakan larva di kolam dengan kepadatan nyamuk Anopheles sp dalam
rumah dan jika nilai p 0,05 maka dinyatakan terdapat hubungan antara dua variabel ini. Selanjutnya, uji kruskal wallis digunakan untuk menguji
perbedaan kepadatan nyamuk Anopheles sp dalam rumah berdasarkan jarak penempatan kandang ternak sapi sebagai cattle barrier malaria. Jika nilai p
0,05 maka dinyatakan terdapat perbedaan kepadatan nyamuk Anopheles sp dalam rumah berdasarkan jarak penempatan kandang ternak sapi sebagai
cattle barrier malaria. Selain itu untuk menggambarkan suhu udara dan kepadatan nyamuk Anopheles sp di dalam rumah serta kelembaban udara dan
kepadatan nyamuk Anopheles sp di dalam rumah dalam bentuk grafik digunakan software komputer yaitu microsoft office excel 2007.
BAB V HASIL
A. Gambaran Umum Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga
1. Kondisi Geografis
Desa Sidareja merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga. Suhu udara di desa ini
berkisar 24,3- 31,7 C dan rata-rata kelembaban udaranya adalah 85.
Sementara hari hujan rata-rata adalah 123 hari dengan rata-rata curah hujan 3.130 mm Pemerintah Kabupaten Purbalingga, 2014.
Desa Sidareja juga merupakan kawasan pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Kawasan pertanian ditanami oleh tanaman
padi, kacang tanah dan kacang hijau; perkebunan oleh tanaman jagung, ketela pohonrambat dan kedelai; perikanan berupa ikan lele, maskarper,
ikan mujair dan nila; serta peternakan berupa ternak sapi, domba, kambing dan ayam. Selain itu, pada Desa Sidareja juga terdapat sumber
daya air yang bernama
Sungai Gintung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Purbalingga, 2013.
2. Keadaan Demografis
Jumlah penduduk Desa Sidareja tahun 2014 adalah sebanyak 5.060 jiwa. Berikut adalah jumlah penduduk Desa Sidareja Tahun 2014
berdasarkan rukun warganya :