C. Gambaran Suhu Udara dan Hubungannya dengan Kepadatan Nyamuk Anopheles sp di dalam Rumah
Suhu 25-27
o
C merupakan suhu optimum untuk perkembangan nyamuk. Jika suhu lebih dari 27
C maka umur nyamuk menjadi lebih pendek Sumantri, 2010. Hal ini menyebabkan turunnya populasi nyamuk. Bila umur
nyamuk cukup panjang maka akan memberikan lebih banyak waktu untuk parasit malaria menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsiknya dari gametosit
sampai sporozoit di kelenjer liur Natadisastra, 2009. Jika hal ini terjadi maka risiko penularan malaria semakin tinggi.
Selain mempengaruhi umur nyamuk, menurut Natadisastra 2009 suhu udara juga akan mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan
telur Anopheles menjadi dewasa. Pendeknya umur nyamuk dan lamanya siklus hidup nyamuk akhirnya dapat mempengaruhi kepadatan nyamuk Anopheles di
dalam rumah. Rata-rata suhu udara di daerah penelitian adalah 27,57
o
C. Suhu udara terendah sebesar 25,8
o
C dan tertinggi 32
o
C. Pada daerah penelitian kepadatan Anopheles sp tertinggi di dalam rumah ditemukan pada suhu 26,4
C. Suhu ini termasuk dalam kisaran suhu optimum untuk perkembangbiakan nyamuk
yaitu 25-27
o
C namun berdasarkan hasil uji korelasi pearson didapatkan nilai p = 0,305 p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara suhu
udara dengan kepadatan nyamuk Anopheles sp di dalam rumah. Menurut Mofu 2013 ada hubungan yang kuat antara suhu udara dengan
kepadatan Anopheles dimana kepadatan Anopheles 68,8 dipengaruhi oleh suhu udara. Kepadatan akan meningkat saat suhu udara turun sebaliknya
kepadatan akan mengalami penurunan jika suhu udara meningkat. Hal ini
sejalan dengan penelitian Mading 2013 yang menunjukkan bahwa suhu udara sangat mempengaruhi kepadatan vektor malaria.
Suhu udara yang mempengaruhi kepadatan vektor malaria di dalam rumah akhirnya juga mempengaruhi kejadian malaria. Hasil penelitian Friaraiyatini
dkk 2006 menunjukkan bahwa suhu udara berpengaruh terhadap kejadian malaria p0,05. Suhu merupakan faktor risiko malaria dimana suhu yang
potensial berisiko menyebabkan malaria 2,571 kali lebih besar dibanding suhu yang tidak potensial Nurfitrianah dkk, 2013.
Menurut Ahrens 2008 variasi suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian suatu tempat. Berdasarkan hal ini tidak adanya hubungan antara suhu udara
dengan kepadatan nyamuk Anopheles sp di dalam rumah dapat disebabkan karena ketinggian di daerah penelitian yang relatif sama karena ruang lingkup
wilayah penelitian kecil yaitu desa sehingga suhu udara tidak jauh berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan suhu udara di daerah penelian tidak
berhubungan dengan kepadatan nyamuk Anopheles sp di dalam rumah.
D. Gambaran Kelembaban Udara dan Hubungannya dengan Kepadatan Nyamuk
Anopheles sp di dalam Rumah
Kelembaban udara di daerah penelitian berkisar 42-89 dengan kelembaban rata-rata 64,91. Kelembaban 64,91 ini memungkinkan
nyamuk Anopheles untuk hidup dan berkembangbiak dengan baik sehingga daerah ini rentan terhadap peningkatan populasi Anopheles. Menurut Datau
dkk 2000 kelembaban paling rendah yang memungkinkan hidupnya nyamuk adalah 60. Kelembaban yang terlalu rendah akan memperpendek umur
nyamuk sehingga mengurangi kepadatannya. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian dimana pada kelembaban udara di bawah 60 grafik kepadatan Anopheles sp di dalam rumah mencapai angka 0.
Berdasarkan hasil uji korelasi pearson didapatkan nilai p = 0,028 dan nilai koefisien korelasi r 0,382 yang artinya kelembaban udara berhubungan
dengan kepadatan nyamuk Anopheles sp di dalam rumah dengan kekuatan hubungan sedang ke arah positif. Hal ini berarti semakin meningkat
kelembaban udara maka kepadatan nyamuk Anopheles sp dalam rumah juga semakin meningkat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mofu 2013 dimana kelembaban udara berhubungan ke arah positif dengan kepadatan Anopheles.
Kepadatan Anopheles
tertinggi 4,1 ekororangjam ditemukan pada kelembaban udara 85,3 dan terendah 1 ekororangjam pada kelembaban
78,5 dan 76. Kepadatan terjadi seiring meningkatnya kelembaban udara sebaliknya jika kelembaban menurun maka kepadatan Anopheles juga turun.
Suwito dkk 2010 juga menyebutkan bahwa kelembaban udara berhubungan dengan kepadatan nyamuk Anopheles. Dalam penelitian ini kepadatan
Anopheles ditemukan 40,5 dipengaruhi oleh kelembaban udara. Kelembaban udara yang mempengaruhi kepadatan Anopheles di dalam
rumah akhirnya juga mempengaruhi kejadian malaria. Berdasarkan penelitian Devi dan Jauhari 2006 kelembaban udara berhubungan dengan kejadian
malaria dengan korelasi positif yaitu semakin meningkat kelembaban udara maka kejadian malaria juga akan meningkat. Sesuai dengan penelitian
Zacarias dan Andersson 2011 bahwa kelembaban udara berhubungan dengan kejadian malaria dimana kelembaban udara yang meningkat 1 dari