skala usaha, sedangkan yang tidak berpengaruh adalah kelayakan usaha, perputaran piutang dan perputaran persediaan.
II.2. Klasifikasi Kredit
Sejalan dengan luasnya variasi dan jenis-jenis kegiatan usaha yang ada dalam sistem perekonomian di masyarakat, ternyata juga membawa pengaruh kepada variasi
dari jenis-jenis kredit yang disediakan oleh perbankan. Dalam klasifikasi ini bentuk perkreditan dapat dilihat dari obyek yang dibiayai kredit tersebut antara lain
Muljono, 2000:
a. Kredit untuk modal kerja, yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada
debiturnya untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Kriteria dari modal kerja yaitu kebutuhan kebutuhan modal yang habis dalam satu cyle usahanya, hal ini
kalau dilihat dalam neraca satu perusahaan akan uang kasbank ditambah dengan piutang dagang ditambah dengan persediaan baik persediaan barang jadi,
persediaan bahan dalam proses, persediaan bahan baku. Arus modal kerja ini secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Manajemen Perkreditan, Muljono 2000
Gambar II.1. Arus Modal Kerja pada Perusahaan Dagang
Perputaran dari uang kas kemudian dibelikan bahan dan yang diperdagangkan kemudian menjadi piutang dagang dan akhirnya menjadi uang kas lagi disebut
sebagai satu cycle usaha.
Sumber: Manajemen Perkreditan, Muljono 2000
Gambar II.2. Arus Modal Kerja pada Perusahaan Produksi
Barang-barang yang diperdagangkan
Piutang Dagang
Ditagih Dijual
Piutang Dagang
Ditagih Uang Kas
Bank
Uang Kas Bank
Bahan-bahan Baku Bahan Pembantu
Tenaga Kerja Biaya Tidak Langsung
dan Lain-lain Barang Jadi
Dijual
Universitas Sumatera Utara
Dalam proses untuk kegiatan industri tersebut jalurnya bertambah panjang yaitu adanya proses pabrikasi dari bahan baku dan bahan pembantu menjadi barang
jadi. Secara lebih spesifik bentuk kredit modal kerja ini antara lain: 1.
Untuk perdagangan, antara lain: Kredit leveransir.
Kredit ekspor. Kredit untuk pertokoan dan seterusnya.
2. Untuk bidang industri:
Kredit modal kerja pabrik makanan. Kredit modal kerja pabrik tekstil dan seterusnya.
3. Untuk bidang perkebunan:
Kredit untuk membeli pupuk. Kredit untuk membeli obat-obatan anti hama dan seterusnya.
4. Kredit untuk kontraktor bangunan.
5. Kredit modal kerja untuk pembengkelanservice station dan seterusnya.
b. Kredit Investasi, yaitu kredit-kredit yang dikeluarkan oleh perbankan untuk