Debt to Asset Ratio=
Harta ng
angkaPanja KewajibanJ
x100
d. Variabel Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal Debt to Equity Ratio
Sama halnya dengan rasio hutang jangka panjang atas harta yang dimiliki oleh perusahaan, rasio ini bertujuan untuk melihat berapa besar utang jangka panjang
operasi dibandingkan dengan modal perusahaan. Menurut Helfert 1996 rasio hutang terhadap ekuitas adalah suatu upaya untuk memperlihatkan, dalam format lain,
proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak kepemilikan, dan digunakan sebagai ukuran peranan hutang. Semakin kecil angka rasio, semakin baik
solvabilitas perusahaan. Besarnya utang yang terdapat pada struktur modal sangat penting untuk memahami perimbangan antara risiko dan laba yang diperoleh. Utang
membawa risiko karena setiap hutang akan menimbulkan keterikatan yang tetap bagi perusahaan dalam bentuk kewajiban untuk membayar beban bunga dan angsuran
pokok principle secara periodik. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.
Debt to Asset Ratio=
Modal ng
angkaPanja KewajibanJ
x100
e. Variabel Rasio Laba Bersih atas Penjualan Net Profit Margin
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih operasi terhadap total penjualan. Semakin besar rasio semakin baik karena
semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.
Net Profit Margin=
Penjualan LabaBersih
x 100
Universitas Sumatera Utara
f. Variabel Rasio Laba Operasi atas Total Investasi Return on Investment
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih operasi terhadap total investasi. Semakin besar rasio semakin baik karena
semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Return On Investment ROI adalah salah satu rasio kunci yang biasa digunakan dalam bisnis.
Menurut Walsh 2003. “Jika pengembalian atas investasi ini sama dengan atau lebih besar dari biaya ekuitas, maka perusahaan dapat terus beroperasi. Namun jika tingkat
ROI jangka panjangnya ternyata lebih kecil, maka perusahaan tidak memiliki masa depan yang baik”. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.
Return On Investment=
tasi TotalInves
LabaBersih
x 100
g. Variabel Rasio Laba atas Modal Return on Equity
Rasio laba atas modal sangat berguna bagi para penanam modal atau pemilik perusahaan. Rasio ini membuat manajemen dapat melihat secara fokus besarnya laba
bersih yang dapat dihasilkan dari jumlah modal yang ditanam para pemegang saham. Menurut Walsh 2003, rasio ini dapat dikatakan rasio yang paling penting
dalam keuangan perusahaan yang mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Suatu angka ROE yang bagus
akan gunakan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengkibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dengan mudah menarik dana
baru. Hal itu juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan
laba yang besar, semua hal tersebut dapat menciptakan nilai yang tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan para pemiliknya.
Universitas Sumatera Utara
Rasio ini adalah perbandingan laba bersih dengan modal dari perusahaan sehingga pengukuran yang digunakan adalah rasio.
Return On Equity=
Modal LabaBersih
x 100
III.7.2. Variabel Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter dalam penelitian ini yang dianalisa sebagai variabel independen adalah tingkat bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang dikenal
dengan BI Rate dan tingkat inflasi yang terjadi di Kota Medan pada bulan persetujuan kredit modal kerja kepada debitur, jadi kedua variabel tersebut dengan skala
pengukuran rasio.
III.7.3. Variabel Persetujuan Kredit
Variabel persetujuan kredit merupakan variabel dependen atau variabel terikat yang merupakan fungsi dari variabel independen atau bebas. Pengukuran variabel
dependen mempergunakan skala rasio yaitu melalui perbandingan jumlah keputusan kredit yang disetujui dengan jumlah kredit yang dimohon calon debitur kepada PT.
Bank Sumut Cabang Utama Medan. Berdasarkan variabel-variabel di atas dapat dibuat suatu tabel identifikasi dan
pengukuran sebagai berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel III.1. Definisi Operasional Variabel Variabel
Definisi Operasional Variabel Parameter
Current Ratio X1 lancar
Hutang lancar
Aktiva Rasio
Quick Ratio X2 lancar
Hutang Persediaan
- lancar
Aktiva Rasio
Debt to Asset Ratio X3
Harta ng
angkaPanja KewajibanJ
Rasio
Debt to Equity Ratio X4
Modal ng
angkaPanja KewajibanJ
Rasio
Net Profit Margin X5 Penjualan
LabaBersih Rasio
Return on Investment X6
tasi TotalInves
LabaBersih
Rasio Return on Equity X7
Modal LabaBersih
Rasio BI Rate X8
Tingkat Bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
Rasio Tingkat Inflasi X9
Tingkat Inflasi Kota Medan Rasio
Kredit Modal Kerja Y Perbandingan antara jumlah kredit
modal kerja yang disetujui bank dengan jumlah yang dimohon calon
debitur Rasio
III.8. Metode Analisis Data
Metode statistik yang dipergunakan untuk menganalisis pengaruh rasio keuangan dan kebijakan moneter terhadap keputusan kredit, digunakan analisis
regresi linier berganda yang persamaannya sebagai berikut: Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ b
4
X
4
+b
5
X
5
+ b
6
X
6
+ b
7
X
7
+ e Y = b
8
X
8
+ b
9
X
9
+ e
Universitas Sumatera Utara
Di mana: Y = Rasio kredit modal kerja yang disetujui dan dimohon
X
1
= Current Ratio X
2
= Quick Ratio X
3
= Debt to Asset Ratio X
4
= Debt to Equity Ratio X
5
= Net Profit Margin X
6
= Return on Investment X
7
= Return on Equity X
8
= BI Rate X
9
= Tingkat Inflasi Kota Medan a = Intersept
b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7, b8, b9 = Koefisien regresi e = error term
III.9. Pengujian Hipotesis III.9.1. Uji F Simultan
Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel independen secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen dengan
tingkat keyakinan 95 á = 5.
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis untuk perumusan masalah pertama adalah sebagai berikut: Ho : bi = 0 Rasio Keuangan yang terdiri dari dari Current Ratio, Quick Ratio,
Inventory Turn Over, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Investment, Return on Equity secara simultan
tidak berpengaruh terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.
Ha : bi ≠ 0 Rasio Keuangan yang terdiri dari dari Current Ratio, Quick Ratio, Inventory Turn Over, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net
Profit to Sales Ratio, Return on Investment, Return on Equity secara simultan berpengaruh terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank
Sumut Cabang Utama Medan. Dan hipotesis untuk perumusan masalah kedua adalah sebagai berikut:
Ho : bi = 0 Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate, Tingkat Inflasi Kota Medan secara simultan tidak berpengaruh terhadap persetujuan pemberian kredit
modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. Ha : bi ≠ 0 Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate, Tingkat Inflasi kota Medan
secara simultan berpengaruh terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.
Untuk menguji hipotesis secara serempak digunakan statistik F F test dengan kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
Jika nilai F
hitung
nilai F
tabel
maka H ditolak artinya koefisien regresi signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Jika nilai F
hitung
≤, nilai F
tabel
maka H tidak ditolak artinya koefisien regresi tidak
signifikan. Atau: Jika nilai signifikan F
hitung
0,05, maka H tidak ditolak artinya
koefisien regresi tidak signifikan. Jika nilai signifikan F
hitung
≤ 0,05, maka H ditolak
artinya koefisien regresi signifikan.
III.9.2. Uji t Parsial
Uji t digunakan untuk menguji signifikan secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam model regresi yang sudah dihasilkan.
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 5 á = 0,05. Hipotesis untuk perumusan masalah pertama adalah sebagai berikut:
Ho : bi = 0 Rasio Keuangan yang terdiri dari dari Current Ratio, Quick Ratio, Inventory Turn Over, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net
Profit to Sales Ratio, Return on Invesment, Return on Equity secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada
PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. Ha : bi ≠ 0 Rasio Keuangan yang terdiri dari dari Current Ratio, Quick Ratio,
Inventory Turn Over, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Invesment, Return on Equity secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.
Universitas Sumatera Utara
Dan hipotesis untuk perumusan masalah kedua adalah sebagai berikut: Ho : bi = 0 Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate, Tingkat Inflasi Kota Medan
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.
Ha : bi ≠ 0 Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate, Tingkat Inflasi Kota Medan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap persetujuan pemberian kredit
modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. Kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut:
Jika nilai t
hitung
nilai t
tabel
maka H ditolak artinya koefisien regresi signifikan. Jika
nilai t
hitung
≤, nilai t
tabel
maka H tidak ditolak artinya koefisien regresi tidak
signifikan. Atau: Jika nilai signifikan t
hitung
0,05 maka H tidak ditolak artinya
koefisien regresi tidak signifikan. Jika nilai signifikan t
hitung
≤ 0,05 maka H ditolak
artinya koefisien regresi signifikan.
III.9.3. Koefisien Korelasi R dan Determinasi R
2
Koefisien korelasi adalah mencari hubungan variabel bebas dengan variabel terikat, sedangkan koefisien determinasi R
2
pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien
determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel-
variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
Bila R
2
0,5 dikatakan baik atau akurat Bila R
2
= 0,5 dikatakan sedang Bila R
2
0,5 dikatakan kurang Untuk mempermudah menganalis dan menguji hipotesis yang diajukan, maka data-
data dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer dengan Program SPSS versi 16 for Windows.
III.10. Pengujian Asumsi Klasik
Untuk mengetahui apakah model sampel yang ditetapkan telah dapat dilakukan analisis dan melihat apakah model prediksi yang dirancang telah dapat
dimasukkan kedalam serangkaian data, maka perlu dilakukan pengujian data. Hal ini
sering disebut uji asumsi klasik yang di dalamnya termasuk pengujian normalitas,
heteroskedastisitas, multikolinieritas dan autokorelasi.
III.10.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji t dan uji F
diasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Ghozali 2005 menyatakan bahwa ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisa grafik dan uji statistik. Uji normalitas pada penelitian ini dengan menggunakan analisis grafik dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dengan melihat tampilan grafik normal plot dapat terlihat bahwa
Universitas Sumatera Utara
data atau titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat dinyatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
III.10.2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel independen atau dengan kata lain bahwa variabel bebas harus terbebas dari gejala multikolinieritas. Gejala
multikolinieritas adalah gejala korelasi antarvariabel, gejala ini ditunjukkan dengan korelasi yang signifikan antarvariabel bebas. Menurut Ghozali 2005 bahwa; jika
variabel independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antarsesama variabel
independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance dan Variance Inflation Factor
VIF, jika nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF 10 berarti terdapat multikolinieritas. Uji multikolinieritas dilakukan untuk melihat apakah model regresi linier
berganda ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi mutikolinieritas. Untuk menguji multikolineritas pada
penelitian ini adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor VIF. Menurut Ghozali 2005 nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinieritas adalah tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIP 10.
Universitas Sumatera Utara
III.10.3. Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi dalam regresi berganda adalah uji Heteroskedastisitas.
Asumsi Heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi di mana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam regresi, salah
satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama
ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antarsatu varians dari residual. Gejala varians yang tidak sama disebut dengan gejala Heteroskedastisitas, sedangkan adanya
residual yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan lain disebut dengan homokedastisitas. Salah satu cara untuk menguji Heteroskedastisitas adalah dengan
melihat penyebaran dari varians residual.
III.10.4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi merupakan asumsi dalam regresi di mana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri, maksud korelasi dengan diri sendiri adalah
bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan
menggunakan uji Durbin–Watson. Menurut Ghozali 2005 yang menjadi patokan terjadi tidaknya autokorelasi adalah jika angka D–W diantara -2 sampai +2 yang
berarti tidak terjadi autokorelasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN