Bank Indonesia sebagai otoritas moneter melakukan tugas pengendalian moneter yang meliputi perencanaan, pemantauan, dan pengambilan kebijakan. Dalam aspek
perencanaan, Bank Indonesia melakukan penelitian mengenai hubungan-hubungan yang terkait sehingga dapat diketahui berapa sesungguhnya jumlah uang yang
dibutuhkan dalam perekonomian untuk suatu periode tertentu.
II.8. Risiko Inflasi pada Kredit
Mankiw 2007 mengatakan “Inflasi selalu dan di manapun merupakan fenomena moneter”. Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak
mendapatkan perhatian para pemikir ekonomi. Pada asasnya inflasi merupakan gejala ekonomi yang berupa naiknya tingkat harga. Risiko yang diakibatkan oleh inflasi
adalah merupakan risiko yang sifatnya abstrak, karena walaupun utang pokok dan bunga telah dibayar lunas oleh nasabah, tetapi pada inflasi yang tinggi bank telah
menderita kerugian penurunan terhadap daya beli dari uang yang telah dipinjamkan kepada nasabah.
Menurut Mulyono 2000 Inflasi yang tinggi merupakan suatu ancaman terhadap modal bank karena dengan adanya inflasi laba bank akan over stated.
Laba yang over stated akan mengakibatkan pembayaran pajak dan pembagian laba yang semakin tinggi akibatnya terjadi kanibalisme modal.
Demikian juga menurut Helfert 2006 Dampak inflasi terhadap persediaan pada umumnya adalah meningkatkan secara terus menerus biaya persediaan
terakhir sehingga mengakibatkan peningkatan biaya yang pada gilirannya mengurangi keuntungan.
Sedangkan Mankiw 2007 mengatakan bahwa kesepakatan utang biasanya merinci tingkat bunga nominal, yang didasarkan pada tingkat inflasi yang
diharapkan pada saat kesepakatan dibuat. Jika inflasi ternyata berbeda dari
Universitas Sumatera Utara
yang diharapkan, pembayaran riil yang dibayar debitur kepada kreditur berbeda dari yang telah diantisipasi keduanya. Di satu sisi, jika inflasi lebih tinggi dari
yang diharapkan, debitur untung dan kreditur rugi karena debitur membayar utang dengan nilai yang lebih kecil dan jika inflasi lebih rendah dari yang
diharapkan, kreditur untung dan debitur rugi karena pembayaran utang menjadi lebih tinggi nilainya.
Dengan demikian pada masa-masa inflasi yang tidak stabil ada suatu kebijakan yang harus ditempuh, agar bank tersebut tetap dapat mempertahankan real
capitalnya sesuai dengan purchasing power pada saat pemberian kredit pada nasabah. Untuk mengatasi masalah ini maka time value of money perlu diperhitungkan dalam
cost of fund agar bank tidak mengalami kerugian penurunan daya beli assetnya yang disalurkan dalam bidang perkreditan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan yang
beralamat Jl. Imam Bonjol No. 18 Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan bulan Januari 2010.
III.2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif atau kausalitas yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Menurut
Sugiyono 2003 bahwa penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih, dengan penelitian ini
dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Rasio Keuangan yang terdiri dari Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity
Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Investment, Return on Equity dan Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate dan Tingkat Inflasi Kota Medan sebagai
variabel bebas dan perbandingan antara jumlah kredit yang disetujui bank dengan jumlah yang dimohon debitur sebagai variabel terikat.
Universitas Sumatera Utara