nilai tersebut sehingga mampu mengubah sikap dan perilaku pegawai khususnya di bidang pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Asahan. Dan melakukan
perubahan cara kerja lama menjadi cara kerja baru sesuai dengan budaya kerja yang baik dalam rangka meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi. Bertitik tolak dari latar belakang tersebut diatas, betapa pentingnya faktor
budaya kerja dalam memberikan pengaruh yang besar terhadap produktivitas kerja pegawai, maka hal tersebut yang mendorong penulis untuk malakukan penelitian
mengenai “ Pengaruh Budaya Kerja terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Negeri Sipil Studi pada Dinas Kesehatan Dati II Kabupaten Asahan.”
1.2 Perumusan Masalah
Untuk memudahkan penelitian ini agar memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta, maka terlebih dahulu dirumuskan masalah yang akan
diteliti. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah
yang dikemukakan adalah “ Sejauh mana pengaruh budaya kerja terhadap produktivitas kerja pegawai negeri sipil Pada Dinas Kesehatan Dati II
Kabupaten Asahan?”
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk Mengetahui Budaya Kerja dari Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan.
2. Untuk mengetahui Produktifitas Kerja Pegawai Negeri Sipil pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Asahan. 3.
Untuk mengetahui pengaruh budaya kerja terhadap produktivitas kerja pegawai negeri sipil pada Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan peneulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara subjektif, penelitian diharapkan bermanfaat untuk melatih, meningkatkan,
dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis, dan metedologi penulis dalam penyusunan suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah ilmu
dan pengetahuan dan wacana khususnya mengenai budaya kerja dan produktivitas kerja.
2. Secara praktis, penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Asahan dan juga sebagai bahan masukan dalam masalah budaya kerja.
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dan
memperkaya ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara, serta dapat menjadi bahan referensi bagi terciptanya suatu karya ilmiah.
1.5 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini diperlukan adanya kumpulan teori – teori yang menjadi landasan teoritis dan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian. Setelah
masalah penelitian dirumuskan maka langkah selanjutnya adalah mencari teori–teori, konsep-konsep, dan generalisasi – generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan
sebagai landasan teoritis untuk melaksanakan penelitian Sugiyono, 2005:55
1.5.1 Budaya Kerja 1.5.1.1Pengertian Budaya dan Kerja
Budaya berasal dari bahasa sansekerta “ budhayah “ sebagai bentuk jamak dari kata dasar “ budhi” yang artinya akal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan
akal pikiran, nilai – nilai dan sikap mental Kepmenpan No.
25KEPM.PAN042002. Budidaya berarti memberdayakan budi sebagaimana dalam bahasa Inggris dikenal sebagai culture latin – cotere yang semula artinya
mengelola atau mengerjakan suatu mengolah tanah pertanian, kemudian berkembang sebagai cara manusia mengaktualisasikan nilai value, karsa
creativity, dan hasil karyanya performance. Budi daya dapat juga diartikan sebagai keseluruhan usaha rohani dan materi termasuk potensi – potensi maupun
keterampilan masyarakat atau kelompok manusia. Budaya selalu bersifat sosial dalam arti penerusan tradisi sekelompok manusia yang dari segi materialnya dialihkan
Universitas Sumatera Utara
secara histories dan diserap oleh generasi-generasi menurut “ nilai “ yang berlaku. Nilai di sini adalah ukuran-ukuran yang tertinggi bagi perilaku manusia.
Menurut Dewantara dalam Supartono, 2004:31. Budaya adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman kodrat dan
masyarakat yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai
keselamatan da kebahagian yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Menurut Alisyabana dalam Supartono, 2004:31 budaya merupakan
manifestasi dari cara berfikir, sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas, sebab semua tingkah laku dan perbuatan, mencakup didalamnya dan dapat
diungkapan pada basis dan cara berfikir, termasuk didalamnya perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dan pikiran.
Budaya merupakan sebuah sistem yang mempunyai koherensi. Bentuk-bentuk simbolis yang berupa kata, benda,tingkah laku, serta lukisan, nyanyian, musik,
kepercayaan mempunyai kaitan erat dengan konsep – konsep epistimologi dari sistem pengetahuan masyarakatnya. Sistem symbol dan epistimologi juga tidak terpisahkan
dari sistem sosial yang berupa stratifikasi, gaya hidup, sosialisasi, agama, mobilitas, organisasi kenegaraan, dan seluruh prilaku sosial. Budaya selalu menawarkan
ketenangan – ketenangan tertentu dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya ketenangan semua manusia tidak akan mengalami kemajuan.
West 2000:128 mendefinisikan budaya sebagai asumsi – asumsi dan pola– pola makna yang mendasar, yang dianggap sudah selayaknya dianut dan
dimanifesatasikan oleh semua pihak yang berpartisipasi dalam organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Osborn dan Plastrik 2000:252 Budaya diartikan juga sebagai seperangkat perilaku, perasaan dan kerangka psikologis yang terinternalisasi sangat
mendalam dan dimiliki bersama oleh anggota organisasi. Sehingga untuk merubah sebauh budaya harus pula merubah paradigma orang yang telah melekat.
Menurut Triguno 2004:6 Tujuan fundamental budaya adalah untuk membangun sumber daya manusia seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka
berada dalam suatu hubungan sifat peran sebagai pelanggan pemasok dalam komunikasi dengan orang lain secara efektif dan efisien serta mengembirakan.
Kerja menurut Sinamo. JH 2002:43 adalah segala aktifitas manusia mengerahkan energi bio-psiko-spritual dirinya dengan tujuan menperoleh hasil
tertentu. Menurut Hasibuan 2000:47 kerja adalah pengorbanan jasa, jasmani, dan
pikiran untuk menghasilkan barang – barang atau jasa – jasa dengan memperoleh imbalan prestasi tertentu. Kerja perlu diartikan sebagai kegiatan luhur manusia.
Bakan saja karena kerja manusia dapat bertahan hidup tetapi juga kerja merupakan penciptaan manusia terhadap alam sekitarnya menjadi manusiawi. Dengan demikian
kerja juga merupakan realisasi diri. Menurut Kepmenpan No. 25KEPM.PAN042002, pada hakekatnya bekerja
merupakan bentuk atau cara manusia untuk mengaktualisasikan dirinya. Bekerja merupakan bentuk nyata dari nilai – nilai, keyakinan – keyakinan yang dianutnya dan
dapat menjadi motivasi untuk melahirkan karya yang bermutu dalam pencapaian suatu tujuan.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Sinamo 2002:71 membagi kerja dalam delapan doktrin yaitu: 1.
Kerja sebagai rahmat 2.
Kerja sebagai amanah 3.
Kerja adalah panggilan 4.
Kerja adalah aktualisasi 5.
Kerja adalah ibadah 6.
Kerja adalah seni 7.
Kerja adalah Kehormatab 8.
Kerja adalah pelayanan
1.5.1.2 Pengertian Budaya Kerja dan Manfaat Budaya Kerja
Budaya kerja adalah merupakan sikap hidup yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai – nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong
yang membudaya dalam kehidupan suatu kelompok yang kemudian tercermin dalam perilaku, kepercayaan, cita – cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai
“kerja” atau “bekerja”. KEP MENPAN No 041991 Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai
nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat,
pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja. http:organisasi.orgarti- definisi-pengertian-budaya-kerja-dan-tujuan-manfaat-penerapannya-pada lingkungan-
sekitar
Universitas Sumatera Utara
Sebenarnya budaya kerja suadah lama dikenal oleh manusia, namun belum disadari bahwa suatu keberhasilan kerja berakar pada nilai – nilai yang dimiliki dan
perilaku yang menjadi kebiasaan. Nilai – nilai tersebut bermula dari adapt istiadat, agama, norma, dan kaidah yang menjadi keyakinan pada diri pelaku kerja atau
organisasi. Nilai – nilai yang menjadi kebiasaan tersebut dinamakan budaya kerja. Triguno, 2004:1
Dengan demikian, maka setiap fungsi atau proses kerja harus mempunyai perbedaan dalam bekerjanya, yang mengkibatkan berbedanya pola nilai – nilai yang
sesuai untuk diambil dalam kerangka kerja organisasi. Seperti nilai – nilai apa saja yang sepatutnya dimiliki, bagaimana perilaku setiap orang akan dapat mempengaruhi
kerja mereka, kemudian falsafah yang dianutnya seperti “ budaya kerja “ merupakan suatu proses tanpa “akhir” atau “terus menerus”.
Berbicara tentang budaya kerja berarti berbicara tentang pedoman yang berisi tentang aturan-aturan yang terkait dengan kerja yang kemudian diimplementasikan di
dalam kehidupan nyata dalam pekerjaan sehari-hari yang menghasilkan produk- produk yang relevan dengan tuntutan pekerjaannya. Budaya kerja tersebut kemudian
secara mekanis dan organis terdapat di dalam diri manusia sehingga terekspresi di dalam kehidupannya.
Sebagai pedoman dalam bersikap dan berperilaku, budaya kerja merupakan seperangkat pengetahuan yang built in di dalam individu manusia pekerja yang
dengannya manusia bertindak atau berperilaku di dalam dunia kerja. Budaya kerja tersebut sudah menjadi bagian di dalam kehidupan seseorang sehingga tanpa
Universitas Sumatera Utara
pengawasan pun seseorang pasti akan melakukannya sebagaimana pedomannya tersebut
Dari berbagai pengertian tentang budaya kerja dapat disimpulkan bahwa budaya kerja adalah cara pandang yang menumbuhkan keyakinan atas dasar nilai –
nilai yang diyakini pegawai untk mewujudkan prestasi kerja terbaik. http:nursyam.sunan-ampel.ac.id
Manfaat Budaya Kerja
Menurut KEP MENPAN No.041991 Memperkenalkan Budaya Kerja dalam Administrasi pemerintahan mempunyai arti yang sangat dalam yaitu turut merubah
perilaku aparat pemerintah dalam upaya mencapai produktifitas kerja yang lebih tinggi, untuk menopang kecepatan laju pembangunan.
Manfaat dari budaya kerja itu sendiri antara lain : a.
Menjamin hasil kerja dengan kualitas baik b.
Membuka seluruh komunikasi, keterbukaan, cepat menemukan kesalahan dan cepat memperbaikinya.
c. Cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan dari luar factor eksternal seperti
pelanggan, teknologi, ekonomi dan social lainnya. d.
Mengurangi laporan yang berupa data – data informasi yang salah atau palsu.
1.5.1.3. Terbentuknya Budaya Kerja
Budaya kerja itu terbentuk begitu satuan kerja itu berdiri. Artinya pembentukan budaya kerja terjadi tatkala lingkungan kerja atau organisasi belajar
Universitas Sumatera Utara
menghadapi masalah , baik yang menyangkut perubahan eksternal atau internal yang menyangkut persatuan dan keutuhan organisasi. Ndraha, 2003:76
Perlu waktu bertahun bahkan puluhan dan ratusan tahun untuk membentuk budaya kerja. Pembentukan budaya diawali oleh para pendiri founders atau
pimpinan paling atas top management atau pejabat yang ditunjuk, dimana besarnya pengaruh yang dimilikinya akan menentukan suatu cara tersendiri apa yang
dijalankan dalam satuan kerja atau organisasi yang dipimpinnya.Gambar berikut merupakan proses terbentuknya Budaya kerja dalam satuan kerja atau organiasi.
GAMBAR 1. Terbentuknya Budaya Kerja Sumber : Robbins 1996 – 302
Robbins 1996:301-302 menjelaskan bagaimana budaya kerja dibangun dan dipertahankan ditunjukkan dari filsafat pendiri atau pimpinannya. Selanjutnya budaya
ini sangat dipengaruhi oleh kriteria yang berpengaruh terhadap perilaku yang dapat FILSAFAT
DARI PIMPINAN
KRITERIA SELEKSI
PIMPINAN PUNCAK
SOSIALI SASI
BUDAYA KERJA
Universitas Sumatera Utara
diterima, baik dan yang tidak. Bagaimana bentuk sosialisasi akan tergantung kesuksesan yang dicapai dalam menerapkan nilai-nilai dalam proses seleksi. Namun
secara perlahan nilai-nilai tersebut dengan sendirinya akan terseleksi untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang pada akhirnya akan muncul budaya
kerja yang diinginkan. Sementara Collins dan Porras dalam Sinamo 2002:3-4 mengatakan bahwa
Satuan kerja atau organisasi akan mampu mencapai sukses tertinggi jika ia memiliki; 1.
Sasaran-sasaran dan target-target yang agung 2.
Keteguhan yang fleksibel 3.
Budaya kerja yang dihayati secara panatik 4.
Daya inovasi yang kreatif 5.
Sistem pembangunan sumber daya manusia SDM dari dalam 6.
Orientasi mutu pada kesempurnaan, 7.
Kemampuan untuk terus menerus belajar dan berubah secara damai.
1.5.1.4 Transformasi Budaya Kerja Aparatur Negara
Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
http:www.sinarharapan.co.idberita040115opi01.html. Tantangan yang dihadapi aparatur negara cukup memprihatinkan terutama karena masih ada pemimpin dan
aparatur negara yang mengabaikan nilai-nilai moral dan budaya kerja. Oleh karena itu perlu segera dikembangkan budaya kerja aparatur demi terwujudnya kesejahteraan
dan pelayanan masyarakat secara baik dan benar.
Universitas Sumatera Utara
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengembangkan program yang menyangkut budaya kerja aparatur, peningkatan efisiensi, disiplin,
penghematan, dan kesederhanaan hidup, yang semuanya diarahkan pada perwujudan pemerintahan yang baik good governance dan pemerintahan yang bersih clean
government. Masalah mendasar dalam memahami dan mengimplementasikan budaya kerja
itu merupakan tugas berat yang ditempuh secara utuh menyeluruh dalam waktu panjang karena menyangkut proses pembangunan karakter, sikap, dan perilaku serta
peradaban bangsa. Budaya kerja aparatur negara dapat diawali dalam bentuk nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya, institusi, atau sistem kerja, sikap dan perilaku SDM aparatur yang melaksanakan.
Interaksi antara ketiga unsur penting itulah yang sangat mempengaruhi pengembangan budaya kerja. Di samping faktor lingkungan yang sangat
mempengaruhinya, unsur-unsur itu diinternalisasikan ke dalam setiap pribadi aparatur sehingga menghasilkan kinerja berupa produk dan jasa yang bermutu bagi
peningkatan pelayanan masyarakat. Untuk mengimplementasikannya diperlukan perbaikan persepsi, pola pikir,
dan mengubah perilaku yang dilakukan dengan menumbuh kembangkan nilai-nilai budaya kerja sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.yaitu dengan :
1. Proses Sosialisasi
Peningkatan kinerja aparatur baik secara individu dan secara nasional akan dapat berdaya guna bila nilai-nilai dasar budaya kerja dapat diterapkan melalui proses
Universitas Sumatera Utara
sosialisasi, internalisasi dan institusionalisasi dengan cara penerapan nilai-nilai budaya kerja untuk pengembangan jati diri, sikap dan perilaku aparatur negara
sebagai pelayanan masyarakat; penerapan nilai-nilai budaya kerja melalui pengembangan kerja sama dan dinamika kelompok; penerapan nilai-nilai budaya
kerja untuk memperbaiki kebijakan publik; penerapan nilai-nilai budaya kerja untuk memperbaiki pelaksanaan manajemen dan pelayanan masyarakat; penerapan nilai-
nilai budaya kerja untuk memperbaiki pelaksanaan pengawasan, evaluasi kinerja dan penegakan hukum secara konsisten.
Budaya kerja ini diharapkan tidak terhenti sebagai wacana melainkan benar- benar bisa terwujud sebagai standard operating procedure. Karena itu dua pendekatan
dapat ditempuh secara strategis yaitu sosialisasi dari dalam aparatur negara sendiri dipadukan dengan sosialisasi kepada masyarakat.
Sosialisasi kepada masyarakat sangat strategis karena dapat membentuk opini publik yang diharapkan dapat berdampak positif terhadap perubahan lingkungan sosial yang
mampu ”memaksa” perubahan sikap dari perilaku setiap aparatur negara.
2. Nilai Budaya
Sistem nilai budaya merupakan konsepsi nilai yang hidup dalam alam pemikiran sekelompok manusia individu yang sangat berpengaruh terhadap budaya
kerja aparatur negara.
Hal tersebut disebabkan karena secara praktis budaya kerja mengandung beberpa pengertian. Budaya berkaitan erat dengan persepsi terhadap nilai-nilai dan
lingkungannya yang melahirkan makna dan pandangan hidup yang akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku dalam bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam proses budaya terdapat saling mempengaruhi dan saling ketergantungan interdependensi baik sosial maupun lingkungan sosial. Pada
hakikatnya, bekerja merupakan bentuk atau cara manusia mengaktualisasikan dirinya, di samping itu bekerja juga merupakan bentuk nyata dari nilai-nilai, keyakinan yang
dianutnya dan dapat menjadi motivasi untuk melahirkan karya yang bermutu dalam pencapaian tujuan.
Permasalahan dalam budaya kerja yang dihadapi adalah terabaikannya nilai- nilai etika dan budaya kerja dalam birokrasi pemerintahan sehingga melemahkan
disiplin, etos kerja dan produktivitas kerja. Secara umum dapat dikatakan bahwa birokrasi pemerintahan belumlah efektif dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, kegemukan, berjalan lambat, belum proporsional dan profesional.
3. Etika Kebijakan
Dalam pengembangan budaya kerja aparatur, telah disusun pedoman pelaksanaan pengembangan budaya kerja aparatur negara beserta teknis dan
mekanisme pelaksanaannya, sosialisasi penerapan nilai-nilai budaya kerja aparatur dan ditunjang dengan pelaksanaan pelatihan untuk ”mindsetting and value” di
lingkungan aparatur pemerintah, perumusan RUU tentang Etika Aparatur Negara RUU Perilaku Aparat Negara, sebagai acuan kode etik begi aparat negara dalam
penyelenggaraan kepemerintahan yang baik. Kondisi budaya kerja yang diharapkan ”Terbangunnya Kultur Birokrasi
Pemerintah” untuk mewujudkan kondisi tersebut antara lain terciptanya iklim kerja yang berorientasi pada etos kerja dan produktivitas yang tinggi melalui
Universitas Sumatera Utara
pengembangan budaya kerja yang membentuk perubahan sikap dan perilaku serta motivasi kerja.
Dengan pengembangan budaya kerja yang tinggi, terbentuk sikap, perilaku dan budaya kerja pegawai yang etis, bermoral, profesional, disiplin, hemat, hidup
sederhana, jujur, produktif, menghargai waktu, menjadi panutan dan teladan, serta mendapat kepercayaan dari masyarakat.
Dalam reformasi birokrasi diharapkan dapat terwujud birokrasi yang andal dan profesional efektif dan efisien serta mampu mengantisipasi dinamika perubahan
global yang merupakan landasan kokoh bagi Indonesia menuju civil society yang demokratis, maju dan mandiri, berdaya saing serta bersih dalam penyelenggaraan
negara.
1.5.1.5 Nilai – Nilai Dasar Budaya Kerja
Pada dasarnya Nilai – Nilai Dasar dari Budaya Kerja
www.deptan.go.idsetjenortalaberita17 pasang_nilai_dasar 1.
Komitmen Terdiri dari:
Komitmen adalah rasa keterkaitan yang kuat antara pegawai terhadap falsafah dan satuan kerja sehingga pegawai rela melaksanakan tugas yang diemban secara taat
asas, yang telah ditetapkan dalam satu wadah kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan nilai – nilai yang dipegang teguh bersama. Komitmen juga
dapat dilihat dari komit tidaknya terhadap visi misi perusahaan atau organisasi.selain itu pengertian komitmen itu sendiri dapat dilihat dari penerimaan
terhadap nilai – nilai organisasi, Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan
Universitas Sumatera Utara
sungguh-sungguh atas nama organisasi, keinginan untuk mempertahankan keanggotan dari organisasi. Komitmen adapat disimpulkan sebagi sikap karyawan
untuk tetap berada dalam organisasi dan terlibat dalam upaya-upaya mencapai misi, nilai-nilai dan tujuan organisasi. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa komitmen
merupakan suatu bentuk loyalitas yang lebih konkret yang dapat dilihat dari sejauh mana karyawan mencurahkan perhatiasn, gagasan, dan tanggung jawab
dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
2. Kejujuran
Kejujuran adalah merupakan suatu sikap yang cenderung sesuai kenyataan yang ada, sesuai dengan landasan dan dasar dari perilaku manusia yang baik, dan
kejujuran juga merupakan sikap yang berpihak pada kebenaran dan sikap moral yang terpuji, berani untuk mengatasi dirinya sendiri, berani menolak dan
bertindak melawan segala kebatilan yang bertentangan dengan suara hatinya.
3. Kerja sama
Kerja sama adalah adalah sikap yang selalu melakukan pekerjaan bersama – sama dengan rekan kerja, agar pekerjaan dapat dikerjakan dengan cepat dan tepat
waktu, dan juga salah satu yang mendorong agar kerjanya tidak bersifat individual dan pusat kekuasaan ada pada satu tangan.
Universitas Sumatera Utara
4. Tanggung Jawab
Kesanggupan seorang pegawai dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik – baiknya dan tepat waktu serta berani
memikul resiko atau keputusan yang diambilnya, yang dilihat dengan indikator:
5. Kreativitas
Kemampuan untuk mengambil keputusan, langkah – langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa
menungguh perintah atau bimbingan dari atasan.
6. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknplogi
Kemampuan untuk menguasai atau menjalankan alat teknologi sesuai dengan perkembangan zaman yang dapat memberikan kemudahan dalam menyelesaikan
pekerjaan.
7. Kepemimpinan
Kepemimpinan pada prinsipnya merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam menggerakan organisasi, dengan segala sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan.
1.5.1.6 Budaya Kuat, Tepat dan Adaptif.
Budaya kuat adalah budaya kerja yang ideal. Dimana kekuatan budaya mampu mempengaruhi intensitas perilaku. Ada tiga ciri khas budaya kuat thickness,
Universitas Sumatera Utara
extent of sharing, dan clarity of ordering. Sathe, 1985:15 dalam Ndraha, 2003:122- 123. Sedangkan menurut Robbins “A strong culture is characterized by the
organization’s core values being intensely held, clearly ordered, and widely shared”. Semakin kuat budaya, semakin kuat pengaruhnya terhadap lingkungan dan perilaku
manusia. Ndraha, 2003:123. Budaya yang kuat namun pelaksanaannya tidak sesuai dengan situasi
sesungguhnya dapat mengakibatkan orang berperilaku menghancurkan. Sehingga menurut Kotter dan Heskett hanya budaya kerja yang mendukung satuan kerja atau
organisasi untuk mengantisipasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkunganlah yang dapat menunjukkan kinerja yang tinggi. Ndraha, 2003:124.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan dalam budaya kerja itu sangat penting, karena masalah budaya kerja terletak pada diri kita masing-masing
dan musuh budaya kerja pun adalah diri kita sendiri. Triguno, 2004:29.
1.5.2 Produktivitas Kerja Pegawai Negeri Sipil 1.5.2.1 Pengertian Produktivitas Kerja
Pengertian produktivitas kerja di pandang sebagai konsep, filosofis, merupakan pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu kehidupan. Dimana kehidupan hari ini harus lebih baik dari mutu kehidupan besok harus lebih baik dari hari ini. Pandangan hidup dan sikap mental
yang demikian akan mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas, tetapi harus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian produktivitas sebenarnya menyangkut aspek yang luas, yaitu modal termasuk lahan , biaya, tenaga kerja, energi, alat, dan teknologi. Secara
umum, produktivitas merupakan perbandingan antara keluaran output yang dicapai dengan masukan input yang diberikan. Produktivitas juga merupakan hasil dari
efisiensi pengelolaan masukan dan efektifitas pencapaian sasaran. Efektifitas dan efisiensi yang tinggi akan menghasilkan produktifitas yang tinggi.
Menurut Siagian 2002: 54 produktifitas kerja merupakan kemampuan memperoleh manfaat dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan
keluaran yang optimal, bahkan kalau mungkin maksimal. Kemampuan yang dimaksud dalam definisi tersebut tidak hanya berhubungan dengan sarana dan
prasarana, tetapi juga berhubungan dengan pemanfaatan waktu dan sumber daya manusia.
Menurut Blecher dalam Wibowo 2007:241 produktivitas kerja adalah hubungan antara keluaran atau hasil organisasi dengan yang diperlukan. Produktivitas
dapat dikuantifikasikan dengan membagi keluaran dengan masukan. Menaikan produktivitas dapat dilakukan dengan memperbaiki rasio produktivitas, dengan
menghasilkan lebih banyak keluaran atau output yang lebih baik dengan tingkat masukan sumber daya tertentu.
Menurut Sedermayanti 2004:7 menguraikan bahwa produktivitas kerja berasal dari bahasa Inggris, product: result, outcome berkembang menjadi kata
productive yang berarti mengahasilkan, dan productivity: having the ability make or create; creative. Perkataan itu dipergunakan dalam bahasa Indonesia menjadi
produktivitas yang berarti kekuatan atau kemampuan menghasilkan sesuatu.
Universitas Sumatera Utara
Produktivitas menurut Heijrachman 1987 :113 dapat diartikan sebagai suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini
harus lebih baik dari mutu kehidupan hari ini. Secara sederhana produktivitas organisasi dapat diartikan terwujudnya sasaran
atau tujuan dari suatu organisasi dengan cepat dan tepat dengan menggunakan berbagai sumber daya yang ada.
Jadi produktivitas dalam organisasi kerja yang dihasilkan adalah perwujudan tujuannya, maka produktivitas berhubungan dengan suatu yang bersifat materil dan
non materil, baik yang dapat dinilai maupun tidak dapat dinilai dengan uang. Kemudian pada dasarnya produktivitas kerja mencakup sikap yang memandang hari
depan secara optimis dengan penuh keyakinan bahwa kehidupan ini harus lebih baik dari hari kemarin hasilnya, artinya ada suatu peningkatan kepada arah yang lebih baik
dan sempurna. Sedangkan menurut Sinungan bahwa pengukuran produktivitas berarti
perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda, yaitu : 1.
Perbandingan – perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukan apakah pelaksanaan sekarang ini
memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.
2. Perbandingan pelaksanaan antara unit perorangan tugas, seksi, proses dengan
lainnya. Pengukuran seperti ini menunjukan pencapaian secara relatif. 3.
Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik, sebab memusatkan perhatian pada sasaran tujuan. Hasibuan, 1996:127
Universitas Sumatera Utara
1.5.2.2 Indikator Produktivitas Kerja
Dari uraian yang dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa produktivitas erat terkait dengan hasil kerja yang dicapai oleh pegawai. Hasil kerja
pegawai tersebut merupakan produktivitas kerja sebagai target yang didapat melalui kualitas kerjanya dengan melaksanakan tugas yang sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan oleh organisasi. Kemudian dalam penelitian ini dikemukakan beberapa faktor sebagaimana yang dinyatakan sebagai indikator dari produktivitas kerja antara
lain :
1. Prestasi Kerja
Istilah prestasi kerja mengandung berbagai pengertian, anatara lain bahwa prestasi lebih merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang untuk
mengetahui sejauh mana seseorang mencapai prestasi yang diukur atau dinilai. Selain itu dikatakan juga bahwa prestasi adalah juga suatu hasil yang dicapai seseorang
setelah ia melakukan suatu kegiatan. Dalam dunia kerja, prestasi kerja disebut sebagai work performance Definisi lain dari prestasi kerja adalah suatu hasil yang dicapai
oleh karyawan dalam mengerjakan tugas atau pekerjaannya secara efisien dan efektif. Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja adalah suatu
hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan, serta waktu.
Universitas Sumatera Utara
2. Kuantitas Pekerjaan
Di dalam pelaksanaan operasional disuatu organisasi tidak cukup mengandalkan pegawainya, perkembangan organisasi tersebut juga menuntut adanya
kuantitas pekerjaan. Rasio kuantitas pegawai harus seimbang dengan kuantitas pekerjaaan, sehingga dengan perimbangan tersebut dapat menjadi tenaga kerja yang
produktif yang meningkatkan produktivitas kerja di dalam organisasi tersebut. Dengan adanya kuantitas pekerjaan, dituntut juga adanya kualitas kerja para pegawai.
Untuk itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana sebagai pendukung dari pada kerja pegawainya sehingga tercapai kualitas kerja yang baik. Adapun sarana dan prsarana
tersebut yakni : penggunaan teknologi canggih, kebutuhan – kebutuhan pegawai, serta memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar kerja dari pada
pegawainya dapat semaksimal mungkin.
3. Kualitas Pekerjaan
Kualitas banyak dianalogikan dengan mutu suatu barang atau jasa lainnya. Hal yang sama berlaku juga bagi organisasi ekonomi maupun pemerintahan. Para
pegawai di kantor pemerintahan dituntut untuk mengutamakan kualitas dalam pelaksanaan tugas – tugasnya. “ Kualitas “ bagi hampir semua orang tampaknya
kualitas tinggi. Kualitas semakin tinggi berarti semakin baik. Lalu timbul pertanyaan apakah orang – orang sesungguhnya menginginkan segala sesuatu berkualitas
setinggi mungkin. Seorang pegawai sebagai sumber daya yang menjalankan dan melaksanakan manajemen disuatu organisasi harus memiliki kehidupan kerja yang
Universitas Sumatera Utara
berkualitas. Kehidupan kerja yang berkualitas yaitu keadaan dimana para pegawai dapat memenuhi kebutuhan dengan bekerja di dalam organisasi.
4. Disiplin Kerja
Dalam melaksanakan disiplin kerja, disiplin yang baik dapat diukur dalam wujud: pemimpin atau pegawai datang dan pulang kantor tepat pada waktu yang
ditentukan, mengahsilkan pekerjaan baik kuantitas maupun kualitas yang memuaskan, melaksanakan tugas penuh dengan semangat, memenuhi peraturan yang
ada. Hal tersebut sesuai dengan pendapat M. Sinungan yang menyatakan disiplin
adalah sikap kewajiban dari seseorang atau kelompok atau kelompok orang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala aturan kepetusan yang
telah ditetapkan dan displin juga dapat dikembangkan melalui satu latihan antara lain dengan bekerja, mengahargai waktu Sinungan, 1991:115
1.5.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja merupakan salah satu indikator untuk melihat maju tidaknya sebuah organisasi, baik organisasi ekonomi maupun non ekonomi.
Produktivitas yang tinggi baik melalui angka statistika merupakan salah satu wujud dari kemajuan organisasi itu. Kita dapat berasumsi bahwa produktivitas yang rendah
merupakan cerminan dari lambannya kemajuan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Ada banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas itu disorot dari dimensi Nasional makro ataupun dari dimensi organisasi mikro. Secara makro, faktor –
faktor yang mempengaruhi produktivitas tersebut bisa berupa: 1.
Status Sosial Ekonomi 2.
Kualitas Fisik 3.
Kualitas Non Fisik 4.
Tehnostruktur 5.
Peraturan Birokrasi 6.
Gaya Kepemimpinan Lowlor dalam Hasibuan, 1996 : 40 menyoroti faktor – faktor yang
mempengaruhi produktifitas tersebut dari dimensi yang memperhitungkan unsur teknik dan informasi. Faktor – faktor tersebut dikelompokan kedalam :
1. Iklim Ekonami
2. Pasar
3. Perubahan
4. Masyarakat
5. Upah
6. Informasi
7. Teknologi
Kopelmen 1993 : 27 menyoroti faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas dari dimensi makro yang di duga berpengaruh secara cukup berarti
terhadap penurunan tingakat pertumbuhan produktivitas, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Berkurangnya intensitas modal
2. Berkurangnya pembiayaan untuk kegiatan riset dan pengembangan
3. Perubahan komposisi angkatan kerja dan perekonomian
4. Perubahan dalam nilai dan sikap sosial
Menurut Lawlor dalam Mulyono 1993: 29 faktor iklim ekonomi, pasar dan perubahan adalah faktor ekesternal dan cenderung dilihat sebagai variabel yang tidak
dapat dikendalikan, sedangkan faktor organisasi, masyarakat, informasi dan teknologi adalah variabel – variabel internal dan oleh karena itu harus berada dalam kendali
organisasi yang bersangkutan. Dari tinjauan yang lebih makro, Aft yang dikutip oleh Mauled Mulyono
menyoroti partial produktivitas yang tekanannya pada : 1.
Tingkat efisiensi dari hasil pekerjaan yang senyatanya, yang biasanya direleksikan oleh rasio luaran disbanding masukan
2. Tingkat efisiensi fisik, yaitu ukuran dari suatu pekerjaan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas tertentu. Mulyono 1993: 27 Dijelaskan lebih lanjut, bahwa tujuan dari kedua tingkat efisiensi ini
dimaksudkan sebagai indikasi dimana para pekerja dapat lebih cepat karena keterampilan atau keahliannya, dan bukan kerena dia bekerja lebih keras. Di samping
itu, faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas juga tidak terlepas dari keterkaitannya dengan persoalan kesehatan, keselamatan dan kesenangan kerja.
Faktor – faktor ini biasanya faktor yang bersifat manusiawi dan ergonomics.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2.4 Pengertian Pegawai Negeri Sipil
Secara umum pegawai dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang bekerja dalam suatu perusahan atau insatansi baik di pemerintahan maupun non
pemerintahan atau swasta untuk mendapatkan upahgaji dalam melaksanakan pekerjaan. Pegawai sangat berperan dalam meningkatkan dan mengembangkan kerja
yang baik atau efektif di dalam suatu instansi atau perusahaan. Karena itu dalam sebuah organisasi, tanpa adanya pegawai semua bahagian atau bidang kerja yang
telah disediakan akan menjadi sia – sia.
Sedangkan Pegawai negeri adalah pekerja di sektor publik
yang bekerja untuk pemerintah suatu negara. Pekerja di badan publik non-departemen kadang juga
dikategorikan sebagai pegawai negeri sipil.
Selain itu Pengertian Pegawai Negeri adalah warga negara RI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku pasal 1 ayat 1 UU
431999. Pegawai Negeri Sipil terdiri atas
1. Pegawai Negeri Sipil Pusat PNS Pusat, yaitu Pegawai Negeri Sipil yang gajinya
dibebankan pada APBN, dan bekerja pada departemen, lembaga non departemen, kesekretariatan negara, lembaga-lembaga tinggi negara, instansi vertikal di
daerah-daerah, serta kepaniteraan di pengadilan.
Universitas Sumatera Utara
2. Pegawai Negeri Sipil Daerah PNS Daerah, yaitu Pegawai Negeri Sipil yang
bekerja di Pemerintah Daerah dan gajinya dibebankan pada APBD. PNS Daerah terdiri atas PNS Daerah Provinsi dan PNS Daerah KabupatenKota.
http:id.wikipedia.orgwikiPegawai Negeri Pegawai negeri sipil
I.5.3 Hubungan Budaya Kerja dengan produktivitas Budaya yang tertanam kuat dan nilai-nilai budaya diterima dengan baik, serta
pegawai melaksanakan tugas yang seharusnya dilaksanakan dengan norma-norma yang telah ditetapkan akan menunjukkan sejauh mana pegawai dapat menyelesaikan
tugasnya dengan cepat, tepat, dan benar sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Lebih lanjut dikatakan bahwa sifat khas budaya kerja adalah kemampuan mengelola
proses perubahan yang tujuannya untuk mencapai produktivitas kerja, karena berdasar pada nilai-nilai kebersamaanintegritas, sehingga sedikit demi sedikit sikap
perilaku yang negatif akan terkikis dan munculnya nilai-nilai baru yang lebih baik untuk mendorong menjadi lebih optimal. Triguno, 2004:64. Dengan kata lain,
budaya kerja menjadi pengarah perilaku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam Kepmenpan RI No. 252002 dinyatakan bahwa budaya kerja dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, lebih memahami makna hidup, dan pengabdian sebagai aparatur negara dengan cara bekerja sebaik-baiknya dan
berprestasi dalam lingkungan tugas kerjaintansinya. Hal ini perlu untuk menilai apakah kegiatan telah sesuai seperti yang diharapkan atau untuk menilai apakah
produktivitas kerja meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya perusahaan atau organisasi kerja bukan saja mengharapkan pegawai yang mampu, cakap, dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau
bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Produktivitas yang di wujudkan tanpa akhlak mulia akan membuahkan sosok
manusia yang cerdas secara intelektual tetapi bodoh secara moral, sehingga kecerdasan dan keahliannya dapat digunakan untuk mengembangkan pikiran dan
praktek negatif yang merugikan masyarakat dan negara. Budaya kerja juga dapat membangkitkan kesanggupan aparatur negara untuk mencari daya suai adaptability
dengan keadaan-keadaan yang berbeda. Oleh karena itu penghayatan nilai-nilai budaya kerja harus diarahkan untuk menciptakan sikap kerja profesional, sedangkan
apresiasi nilai-nilai yang aplikatif akan membuahkan akhlak mulia. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja yang
meningkat menunjukkan kekuatan budaya dalam mempengaruhi perilaku pegawai untuk mencapai tujuan, sebaliknya Produktivitas yang rendah menunjukkan
lemahnya budaya mempengaruhi perilaku pegawai untuk mencapai tujuan.
1.6Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dirumuskan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta – fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data Sugiyono, 2005:70. Dengan hipotesis, penelitian menjadi jelas arah pengujiannya, dengan kata lain hipotesis membimbing peneliti
Universitas Sumatera Utara
dalam melaksanakan penelitian di lapangan baik sebagai onjek pengujian maupun dalam pengumpulan data Bungin, 2005 :75. Sesuai dengan masalah yang diteliti,
maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: 1.
Hiotesis Alternatif Ha “ Terdapat pengaruh antara Budaya Kerja terhadap Produktivitas Kerja
Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan” 2.
Hipotesis Nihil Ho “ Tidak terdapat pengaruh antara Budaya Kerja terhadap Produktivitas Kerja
Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan.”
1.7Definisi Konsep
Menurut Singarimbun 1999:33, konsep merupakan isitilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau
individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu
istilah untuk beberapa kejadian events yang berkaitan satu sama lainnya. Maka berdasarkan judul yang dipilih oleh peneliti, yang menjadi konsep dari
peneliti ini adalah: 1.
Budaya Kerja Budaya Kerja adalah perilaku yang menumbuhkan keyakinan atas dasar nilai –
nilai yang diyakini pegawai untuk mewujudkan prestasi kerja terbaik.
Universitas Sumatera Utara
2. Produktivitas Kerja
Produktiviras Kerja adalah terwujudnya sasaran atau tujuan dari suatu organisasi dengan cepat dan tepat dengan menggunakan berbagai sumber daya yang baik,
kemudian produktivitas juga merupakan sifat yang memandang hari depan dengan optimal dengan penuh keyakinan bahwa kehidupan hari ini lebih baik dari
hari kemarin hasilnya.
I.8 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah
semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel Singarimbun, 1999:46. Melalui pengukuran ini dapat diketahui indikator apa saja
sebagai pendukung untuk dianalisis dari variabel-variabel tersebut. Definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan
dalam bentuk indikator – indikator agar lebih memudahkan dalam operasional dari sudut penelitan. Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:
1. Budaya kerja adalah perilaku yang menumbuhkan keyakinan atas dasar nilai-nilai
yang diyakini pegawai untuk mewujudkan prestasi kerja terbaik. Variable Budaya Kerja X, indikatornya adalah :
a. Komitmen
Universitas Sumatera Utara
Komitmen adalah rasa keterkaitan yang kuat antara pegawai terhadap falsafah dan satuan kerja sehingga pegawai rela melaksanakan tugas yang diemban
secara taat asas, yang dilakukan dengan indikator: •
Memiliki komitmen yang tinggi terhadap Visi Misi Instansi •
Menerima nilai – nilai dasar Instansi •
Mengutamakan Kepentingan Instansi b.
Kejujuran Kejujuran adalah merupakan suatu sikap yang cenderung sesuai kenyataan
yang ada, sesuai dengan landasan dan dasar dari perilaku manusia yang baik, yang dilihat dengan indikator:
• Pegawai melaksanakan pekerjaan secara jujur
• kejujuran dalam mengakui kesalahan
c. Kerjasama
Kerjasama adalah adalah sikap yang selalu melakukan pekerjaan bersama – sama dengan rekan kerja, agar pekerjaan dapat dikerjakan dengan cepat dan
tepat waktu, dan juga salah satu yang mendorong agar kerjanya tidak bersifat individual dan pusat kekuasaan ada pada satu tangan, yang dapat dilihat
dengan indikator: •
Kerjasama dapat mempengarui hasil kerja •
Pegawai selalu bekerjasama dengan rekan kerja d.
Tanggung Jawab
Universitas Sumatera Utara
Kesanggupan seorang pegawai dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik – baiknya dan tepat waktu serta
berani memikul resiko atau keputusan yang diambilnya, yang dilihat dengan indikator:
• Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
• Bertanggung jawab terhadap setiap kesalahan yang dilakukan
e. Kreativitas
Kemampuan untuk mengambil keputusan, langkah – langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas
pokok tanpa menungguh perintah atau bimbingan dari atasan yang dapat dilihat dengan indikator:
• Selalu mempunyai ide dan gagasan untuk meningkatkan produktivitas
dalam pelaksanaan tugas •
membuat perencanaan yang matang dalam menyelesaikan tugas f.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi Kemampuan untuk menggunakan dan menjalankan teknologi yang sesuai
dengan perkembangan zaman yang dapat membantu menyelesaikan suatu pekerjaan.
• Tersedianya teknologi
• Kemampuan pegawai dalam menggunakan teknologi yang tersedia
g. Kepemimpinan
Universitas Sumatera Utara
Kepemimpinan pada prinsipnya merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam menggerakan organisasi, dengan segala sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan.Dapat dilihat dari: •
Selalu memberikan motivasi kepada bawahannya •
Selalu mengadakan evaluasi atau memberi pengawasan terhadap pekerjaan bawahannya
2. Produktivitas Kerja dapat diukur dengan indikator sebagai berikut:
a. Prestasi Kerja
Prestasi Kerja adalah Hasil yang dicapai pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan secara efektif dan efisien, dengan indikator:
• efektifitas dan efisiensi. efektifitas merupakan penyelenggaraan pelayanan
oleh pegawai yang didasarkan pada penggunaan sumber daya yang tersedia secara optimal dan pelaksanaan kerja yang efisien.
• peningkatan karir
• penghargaan
b. Kualitas Kerja
Kualitas Kerja adalah mutu yang dihasilkan, baik tidaknya pekerjaan yang dilakukan, dengan indikator:
• sesuai standart kualitas
• tidak banyak melakukan kesalahan dalam pekerjaan
• mampu menyelesaikan kesalahan
c. Kuantitas Kerja
Universitas Sumatera Utara
Kuantitas kerja adalah jumlah yang harus diselesaikan,berapa banyaknya pekerjaan yang telah diselesaikan dengan indikator:
• pencapaian target jumlah
• pencapaian target waktu
d. Disiplin Kerja
Disiplin Kerja dalam mematuhi peraturan – peraturan yang ada dan melaksaksanakan instruksi yang diberikan kepadanya dapat menjadi tolak
ukur produktivitas. Dengan indikator: •
Ketaatan Waktu merupakan disiplin dalam menggunakan waktu secara efisien sesuai dengan yang telah ditentukan
• Ketaatan Peraturan merupakan disiplin dalam mematuhi peraturan-
peraturan yang ada pada kantor
I.9 Sistematika Penulisan