Kehidupan Para Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kampung Baru

52 3. 3. Kehidupan Para Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kampung Baru Untuk lebih mempertajam pemahaman terhadap realitas kehidupan pramuniaga perempuan yang sebenarnya, terutama para pramuniaga perempuan yang bekerja di kawasan pasar Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan ini, maka disini akan diuraikan beberapa kisah kehidupan para pramuniaga di daerah pasar Kampung Baru ini pada toko-toko yang berbeda, sehingga akan kita mengetahui kehidupan mereka lebih rinci dan mendalam. Kemudian diharapkan akan dapat mewakili seluruh realitas kehidupan mereka yang berprofesi sebagai pramuniaga perempuan, baik latar belakang kehidupan sosial mereka, hubungan dengan lingkungan sosial mereka tinggal, serta hubungan dengan lingkungan tempat mereka bekerja.

A. Pramuniaga Perempuan Toko Alat Elektronik

Toko alat elektronik “S” yang terletak ditengah di kawasan pasar Kampung Baru ini mayoritas pegawainya adalah perempuan. Disini yang menjadi informan bagi penulis berjumlah 2 orang, yaitu Eva dan Rini. Eva berasal dari suku Padang dan berumur 18 tahun, sementara Rini adalah suku Jawa dan berumur 19 tahun. Mereka sebelumnya tinggal kampung yang berbeda dan ketika mengadu nasib di Medan, mereka dapat bekerja di toko alat elektronik ini. Keduanya adalah tamatan SMP. Eva dan Rini tinggal dilantai atas toko tempat mereka bekerja bersama para karyawan toko yang lainnya, karena pihak toko telah menyediakan tempat tinggal bagi para pramuniaganya yaitu di lantai atas rukonya. Ruko ini terdiri dari 4 tingkat. Dimana lantai pertama untuk tempat berjualan, lantai kedua untuk tempat tinggal sang pemilik toko dan lantai selebihnya untuk tempat tinggal karyawan dan untuk tempat penyimpanan stok barang . Universitas Sumatera Utara 53 Mereka bekerja selama 26 hari dalam satu bulan dan mendapatkan off libur selama 4 hari secara bergantian dengan para pramuniaga dan karyawan lainnya. Dalam sebulan mereka diberikan gaji sebesar Rp. 750.000,- dan apabila hari libur yang sudah diberikan pihak toko tidak dipergunakan, para pramuniaganya akan memperoleh bonus Rp. 50.000 perhari atau dua kali lipat dari gaji mereka perhari. Toko ini mulai buka pada jam 09.00 – 17.00 WIB. Dengan jam istirahat yang tidak ditentukan tetapi tidak lebih dari 30 menit. Eva yang lebih dahulu bekerja di toko alat elektronik kepunyaan orang suku tionghoa ini. Ia bekerja disini sudah hampir 2 tahun tepatnya 1 tahun 8 bulan. Ia mendapat informasi pekerjaan ini dari temannya satu kampung yang sebelumnya juga bekerja di toko ini. Karena temannya itu menikah dan kemudian berhenti, Eva lah yang disuruh menggantikannya. Karena memiliki kepribadian yang supel dan periang, Eva langsung diterima menjadi pramuniaga di toko alat elektronik ini. Eva baru sekali pulang ke kampungnya ketika lebaran lalu. Keluarganya banyak terbantu dengan keberadaan Eva yang bekerja di Medan ini. Karena Eva selalu membantu biaya sekolah adik-adiknya yang berjumlah 2 orang. Sedangkan Rini baru setahun bekerja di toko alat elektronik ini. Ia bekerja di toko ini karena mendapat informasi dari saudaranya, kemudian melamar di toko tersebut dan diterima menjadi pramuniaga. Rini adalah anak yatim piatu yang selama ini diasuh oleh bibinya. Dengan dia bekerja disini ia berusaha mandiri agar tidak selalu menyusahkan bibinya terus. Dari percakapan yang dilakukan penulis terhadap keduanya, didapatkan bahwa alasan terbesar mereka bekerja adalah untuk mencukupi kebutuhan pribadi dan juga keluarganya. Adapun alasan yang lain adalah karena mereka tidak mau menjadi gunjingan tetangga, hanya karena mereka menganggur di rumah. Selain itu, keduanya juga akan merasa lebih Universitas Sumatera Utara 54 puas jika bisa mencari uang sendiri. Alasan-alasan itulah yang membulatkan tekad mereka untuk bekerja dan menghapus keinginan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Memasuki dunia kerja bagi Eva dan Rini merupakan suatu hal yang baru, apalagi keduanya berasal dari kampung. Apalagi bekerja sebagai pramuniaga perempuan, benar- benar merupakan pengalaman yang baru. Keduanya mengaku bahwa pertama-tama diterima kerja, ia tidak tahu sama sekali tugas pramuniaga. Ditambah lagi, di toko tempatnya bekerja, ia tidak diberi pelatihan-pelatihan sama sekali. Paling-paling hanya disuruh bertanya kepada sesama teman seprofesi mereka yang lebih senior, dan disuruh belajar sendiri. Namun berkat kemauan untuk belajar dan bertanya, serta bantuan dari teman-teman yang lain, maka kemudian keduanya mengaku menjadi terbiasa. Ketika ditanyakan kepada kedua pramuniaga perempuan ini, alasan mereka memilih pekerjaan tersebut, ternyata jawabannya hampir sama yaitu karena untuk sekarang ini hanya pekerjaan ini yang ada dan yang bisa didapatkan, apalagi mengingat pendidikan mereka yang hanya sampai sekolah menengah pertama. Keduanya sebelumnya juga telah memiliki gambaran yang cukup baik tentang profesi sebagai pramuniaga ini. Selain dari pada gaji yang cukup, mereka juga membayangkan pramuniaga sebagai suatu pekerjaan yang ringan, yang selalu identik dengan pakaian yang bagus-bagus dan rapi. Dan yang paling terpenting adalah tanggapan yang baik dan dukungan dari keluarga mereka. Selain itu pula, tanggapan dari tetangga-tetangga atau masyarakat sekitar lingkungan kerja sekaligus tempat tinggal serta yang berada di kampung, sampai saat ini sepertinya tidak ada masalah. Universitas Sumatera Utara 55 Sebagai seorang pramuniaga perempuan, Eva dan Rini diwajibkan melayani pembeli dengan baik. Pihak toko menuntutnya untuk dapat menjual barang sebanyak- banyaknya. Hal inilah yang dianggap sangat berat bagi keduanya. Menurut Eva, jika ada pembeli yang kelihatan punya peluang besar untuk membeli, namun kemudian tidak jadi, maka si pramuniaga akan ditanya dan dianggap tidak dapat bekerja dengan baik. Ia akan ditegur dan bahkan akan dimarahi oleh si pemilik toko, yang selalu mengecek segala kegiatan operasional dan kegiatan para karyawannya termasuk para pramuniaga toko tersebut. Hal tersebut juga diamini oleh Rini. Meski sering mendapatkan teguran, namun hubungan mereka dengan si pemilik toko tetap berjalan cukup baik, dalam artian tidak ada suatu hal yang bersifat prinsip yang menyebabkan mereka ingin berhenti. Kalaupun ada perlakuan yang tidak disukai, hal tersebut hanya berupa teguran-teguran yang dirasa terlalu keras apabila gagal menggaet pelanggan. Namun, hal itu tidak begitu membuat mereka tidak kerasan. Begitu juga hubungan mereka dengan rekan kerja yang lain, juga tidak ada masalah yang berarti. Mereka bahkan saling memberikan masukan-masukan yang berarti tentang pekerjaan dan kehidupan pribadi masing-masing. Setelah sekian lama bekerja, mereka sudah merasa tidak canggung lagi melayani pembeli, apalagi Eva yang sudah lebih senior dari pada Rini. Mereka sudah dapat berinteraksi dengan pembeli dengan baik. Tidak ada hambatan-hambatan berarti yang dihadapi keduanya. Walaupun begitu, banyak juga pembeli yang iseng menggoda, menanyakan nama dan alamat. Terlebih kepada Rini yang merupakan “kembang” di toko tersebut. Namun, bagi keduanya hal itu tidak menjadi masalah karena dengan menanggapinya melalui sikap biasa dan wajar, godaan-godaaan tersebut biasanya tidak Universitas Sumatera Utara 56 akan berlanjut. Menurut mereka, yang justru menjengkelkan adalah jika ada pembeli yang banyak bertanya dan menawar, tetapi pada akhirnya tidak jadi membeli. Hal ini membuat mereka kesal karena merasa pelayanannya menjadi sia-sia dan tidak berarti, dan bisa-bisa juga akan dipersalahkan oleh sang pemilik toko dan akhirnya akan mendapatkan teguran. Hal-hal tersebut pulalah yang kadang membuat mereka sedikit bosan bekerja di tempat ini. Tapi apa mau dikata, mencari pekerjaan pada saat ini sangat sulit sementara mereka membutuhkan biaya untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Ditambah lagi, mereka juga harus membantu perekonomian keluarganya. Hal inilah yang menjadi dasar mereka bertahan untuk bekerja sebagai pramuniaga perempuan di toko tersebut.

B. Pramuniaga Perempuan Toko Furniture

Toko Furniture “D” terletak tepat di pinggir jalan besar di kawasan pasar Kampung Baru. Toko ini cukup besar dan mencolok dibandingkan toko-toko yang lainnya. Di toko inilah penulis berkenalan dengan Yani, yang juga menjadi salah satu informan daripada tulisan ini. Yani yang baru berumur 17 tahun ini berasal dari kota Siantar. Ia hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama di kotanya tersebut. Keluarganya tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah Yani ke jenjang yang lebih tinggi. Yani pun memutuskan untuk merantau dan bekerja di Medan. Karena ayahnya yang seorang kuli mengenal cukup baik sang pemilik toko furniture yang merupakan orang keturunan tionghoa ini. Membuat ia dengan mudah diterima bekerja di toko ini. Itu juga yang menyebabkan Yani diizinkan untuk menumpang tinggal secara gratis di tempat tinggal . Universitas Sumatera Utara 57 sekaligus tempat berjualan sang pemilik toko. Hanya ia sendiri, karyawan yang menetap tinggal di toko tersebut. Yani bekerja di toko ini sudah satu tahun lebih. Ia adalah karyawan yang paling muda di toko tersebut. Mayoritas karyawan di toko tersebut yang sudah berkeluarga. Hanya ia dan dua orang temannya satu profesi yang masih berstatus gadis. Alasan terbesar Yani ingin bekerja adalah selain ingin mencukupi kebutuhan dirinya juga ingin membantu perekonomian keluarganya. Apalagi sekarang ini ibunya sering sakit-sakitan dan dibutuhkan biaya besar untuk pengobatannya. Hari pertama masuk kerja, Yani tidak langsung bekerja. Ia hanya mendapat pengarahan tentang bagaimana tugas yang harus ia jalankan. Ia juga diberikan penjelasan mengenai hak dan kewajibannya sesuai dengan peraturan toko, seperti misalnya tentang cara penggajian, pembagian shift, dan lain sebagainya. Dulu sewaktu masih menjadi karyawan baru, ia di gaji Rp. 20.000,- per hari. Sekarang setelah lebih setahun gajinya naik menjadi Rp.30.000,- per hari. Toko tempatnya bekerja memberlakukan penggajian dengan sistem bulanan. Gaji diberikan pada setiap tanggal 5 di setiap bulannya. Toko ini juga memperbolehkan karyawannya untuk cashbon meminjam uang yang akan dipotongkan pada gaji mereka, apabila ada yang memerlukan uang mendadak, tetapi hanya terbatas paling besar sejumlah gaji satu bulan. Pada hari Minggu dan hari libur nasional, pihak toko memperbolehkan pramuniaganya untuk libur. Namun, toko tetap buka, dan barang siapa yang mau masuk pada hari Minggu atau hari libur tersebut, pihak toko akan memberikan tambahan gajinya sebesar Rp. 40.000,- perhari, yang akan dibayarkan pada hari itu juga. Oleh karena itu, Universitas Sumatera Utara 58 Yani sangat senang apabila dalam satu bulan banyak terdapat hari liburnya, karena berarti ia akan mendapatkan uang tambahan. Di tempatnya bekerja ini tidak ada bonus penjualan, karena pramuniaga tidak diberikan target dalam menjual barang-barang furniture tersebut. Walaupun tidak diberikan bonus penjualan, gaji setiap tahunnya hampir selalu dinaikkan. Besarnya gaji dan kenaikan gaji dibedakan menurut lamanya bekerja di toko tersebut. Selain gaji, pihak toko juga akan selalu memberikan THR Tunjangan Hari Raya pada setiap Hari Raya Idul Fitri sebesar gaji satu bulan. Di toko furniture ini, semua pramuniaganya berpakaian bebas, asal rapi dan menarik. Walaupun pihak toko lebih mementingkan bagaimana pekerjaan si pramuniaga, tetapi apabila ada pramuniaga yang tidak berpakaian rapi, pihak toko tidak akan segan- segan untuk menegurnya. Toko ini mulai buka pada jam 09.00–17.00 WIB. Jam istirahatnya tidak ditentukan, akan tetapi biasanya di antara jam 13.00–14.00 WIB. Istirahat dilakukan seperlunya saja, paling-paling hanya untuk makan siang dan sholat. Istirahat juga dilakukan secara bergiliran dan tidak boleh lewat dari 30 menit. Tetapi jika sedang tidak ada pembeli, pramuniaganya diperbolehkan untuk duduk bersantai di tempat duduk depan yang telah disediakan pihak toko. Jika ada pembeli mereka harus sigap berdiri untuk melayani pembeli yang ingin membeli barang-barang furniture atau sekedar melihat-lihat , karena jika tidak akan di beri teguran yang cukup keras dari si pemilik toko. Semula Yani memang agak canggung dengan pekerjaan pramuniaga ini. Bagaimanapun pekerjaan ini sama sekali baru baginya. Gambarannya dulu tentang pramuniaga sebagai pekerjaan yang mengasyikkan, karena kelihatan santai dan selalu Universitas Sumatera Utara 59 tampil rapi, serta mudah untuk di kerjakan. Ternyata tidak semuanya benar, pekerjaan itu tidak semudah yang ia bayangkan. Beruntung ia cepat beradaptasi. Hal ini tidak lepas dari dukungan teman-temannya yang lebih senior, yang merupakan tempat belajar dan bertanya. Selain itu pihak toko pun menginstruksikan kepada pramuniaga-pramuniaga yang lebih senior untuk membimbing pramuniaga-pramuniaga baru. Menurut Yani, suasana kerja di toko pun sangat melelahkan. Karena ia harus tetap ramah melayani pembeli yang datang membeli atau hanya sekedar berkunjung walaupun suasana hatinya sedang tidak enak atau sedang dalam kondisi sakit. Pernah suatu kali ia tidak sengaja memecahkan kaca salah satu barang furniture yang menjadi barang dagangan bosnya. Disitu ia mendapat teguran habis-habisan karena dianggap lalai. Tetapi walaupun hatinya sakit sekali pada waktu itu Yani tetap bertahan untuk bekerja demi pengobatan ibunya dan juga mengingat ayahnya yang berhubungan baik dengan si pemilik toko. Selain itu pula ia menyadari bahwa semua memang kesalahannya dan akan berusaha bekerja lebih baik lagi. Meskipun pernah terjadi kejadian demikian si pemilik toko tidak memotong gajinya karena kelalaian tersebut, dan hubungan Yani dengan si pemilik toko lepas kejadian itu tetap berlangsung baik. Bahkan beberapa bulan yang lalu majikannya memberikan satu lemari kecil untuk Yani karena Yani dianggap rajin bekerja. Pekerjaan toko yang melelahkan tersebut, masih ditambah seringnya ia disuruh melakukan pekerjaan di luar tugasnya sebagai pramuniaga. Seperti misalnya, jika majikannya mengadakan pesta di rumahnya, Yani juga sering disuruh membantu mempersiapkan pesta tersebut. Ia tidak bisa menolak karena ada perasaan tidak enak Universitas Sumatera Utara 60 kalau menolaknya. Apalagi yang menyuruh adalah bos-nya yang sudah baik terhadapnya dan tempat ia menumpang tinggal.. Walau dilanda kebosanan di dalam pekerjaan yang menurutnya “hanya begitu- begitu saja”, jalan di tempat dan tidak maju-maju, namun Yani menyadari bahwa hanya pramuniaga inilah pekerjaan satu-satunya untuk saat ini apalagi mengingat tingkat pendidikannya yang minim. Tak terasa sudah hampir beberapa bulan juga ia kesana kemari untuk mencari pekerjaan tetapi tidak dapat. Sampai pada suatu hari, ketika ia akan menjual cincin emas

C. Pramuniaga Perempuan Toko Mas

Di simpang jalan besar di kawasan pasar Kampung Baru, terdapat toko mas besar “A” yang salah seorang pramuniaganya juga menjadi salah satu informan daripada penulis. Namanya adalah Anna. Anna yang berumur 21 tahun adalah tamatan salah satu sekolah menengah atas di kota Medan. Anna tinggal bersama kedua orang tuanya dan keempat orang adik-adiknya yang masih bersekolah. Tadinya selepas SMU Anna berniat untuk melanjutkan pendidikannya untuk berkuliah di salah satu universitas negeri di Medan. Oleh karena itu ia kemudian mendaftar untuk ikut SPMB pada tahun itu juga. Namun ternyata Anna gagal dalam tes dan terpaksa ia tidak bisa diterima di universitas negeri Medan seperti yang diimpikannya. Untuk mendaftar ke perguruan tinggi swasta, terus terang ia mengaku keluarganya tidak sanggup untuk menanggung biayanya, apalagi mengingat adik-adiknya masih bersekolah dan banyak membutuhkan biaya sementara ayahnya hanyalah seorang buruh pabrik. Dan akhirnya Anna mengalah dan memutuskan untuk bekerja membantu perekonomian keluarganya. Universitas Sumatera Utara 61 Ibunya yang akan digunakan untuk membayar uang masuk sekolah adiknya, sang pemilik toko yang sudah mengenal dirinya dan ibunya dengan baik menawarkan pekerjaan sebagai pramuniaga di toko tersebut. Kebetulan pada saat itu toko tersebut membutuhkan seorang pramuniaga perempuan. Tanpa banyak pertimbangan, tawaran tersebut langsung diterima oleh Anna. Memang pada saat itu ia sangat membutuhkan pekerjaan yang dapat memberinya penghasilan tetap. Dengan tanpa tes, Anna bisa langsung bekerja di toko mas tersebut. Akan tetapi tetap saja ia harus menjalani training selama satu bulan. Selama menjalani masa training tersebut, Anna diwajibkan menghafal produk atau model perhiasan emas yang menjadi barang jualan di toko tersebut. Ia juga dilatih untuk menghitung kadar emas dan harga emas yang selalu berubah setiap hari. Selain itu, ia juga diberikan pengarahan tentang bagaimana melayani pembeli dengan baik. Walaupun terasa agak berat, karena selama sebulan tersebut dianggap sebagai masa percobaan dan ia sama sekali buta tentang kegiatan jual-beli emas dan sebagainya. Apalagi selama masa percobaan itu, Anna hanya memperoleh setengah dari gaji sebenarnya. Namun ia berusaha menjalaninya juga. Setelah lewat sebulan masa percobaan tersebut, akhirnya Anna terbiasa juga dengan lingkungan pekerjaannya. Dan resmilah ia menjadi pramuniaga tetap di toko mas tersebut. Ia pun menjalani kehidupan rutin sebagai pramuniaga di toko mas tersebut. Dan tak terasa sudah hampir dua tahun ia bekerja di toko tersebut. Toko tersebut memiliki 4 pegawai pramuniaga yang kesemuanya adalah perempuan, selainnya ada 2 orang laki-laki yang merupakan saudara-saudara dari si empunya toko yang bertugas menghitung kadar emas perhiasan dan mengetes emas Universitas Sumatera Utara 62 tersebut asli atau hanya sepuhan. Ada juga si pemilik toko yang selalu mengawasi kegiatan jual beli di toko tersebut dan 2 anak laki-lakinya yang kadang sering membantu. Di toko mas tempat Anna bekerja ini tidak ada sistem shift. Anna diharuskan masuk kerja mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB. waktu istirahatnya diantara jam 13.00-14.00 WIB. Sebenarnya toko tempatnya bekerja mulai buka pada pukul 10.00 WIB, akan tetapi khusus bagi para pramuniaga perempuannya diwajibkan masuk pada pukul 09.00 WIB. Satu jam sebelum toko dibuka, hal ini dikarenakan satu jam sebelum toko buka, digunakan untuk membereskan atau menata perhiasan-perhiasan emas di etalase. Setelah itu mereka harus bersih-bersih, baik itu menyapu lantai, mengepel, mengelap debu, sampai mencuci gelas atau piring kotor. Setelah semua beres, maka toko baru dibuka. Ketika toko tutup pukul 19.00 WIB, Anna tidak bisa langsung pulang, karena ia dan teman-temannya kembali harus membereskan perhiasan-perhiasan emas tersebut, dan kemudian setelah itu ia harus membuat laporan tentang jual-beli yang terjadi pada hari itu. Diperiksa juga apakah ada barang yang hilang atau tidak. Baru setelah semua selesai, ia baru bisa pulang. Paling cepat ia bisa pulang pada pukul 19.30 WIB. Akan tetapi, jika ditemukan ada sesuatu yang tidak beres, maka ia baru bisa pulang pada pukul 20.00 WIB atau lebih. Anna pergi bekerja dari rumahnya dengan berjalan kaki dikarenakan tempat kerjanya dekat dengan rumahnya, kadang pula sewaktu jam istirahat tiba dia bisa pamit untuk makan siang di rumah. Rutinitas itu ia jalani setiap hari selama sebulan penuh. Setiap pagi pada pukul 08.40 WIB ia berangkat dari rumah, kemudian baru jam 19.30 WIB atau 20.00 WIB ia sampai di rumah kembali. Setiap bulan setiap karyawan Universitas Sumatera Utara 63 mendapatkan hari libur sebanyak 4 hari secara bergantian. Sementara pada hari libur nasional, ia tetap diwajibkan masuk, kecuali pada hari libur peringatan 17 Agustus, Tahun Baru, Hari Raya idul Adha, Hari Raya Idul Fitri dan Hari Rayanya orang cina. Di toko ini pakaian kerjanya bebas, tetapi harus selalu rapi dan harus berdandan dengan baik. Karena para pramuniaga akan langsung berhadapan dengan konsumen, termasuk juga Anna. Atas jernih payah Anna bekerja di toko tersebut, Anna mendapatkan gaji. Awal mula-mula ia bekerja sebagai pegawai tetap, gajinya hanya sebesar Rp. 600.000,-. Tetapi sekarang, gaji pokok yang ia terima sebesar Rp. 850.000,-. Gaji pokok tersebut ditambah dengan uang makan sebesar Rp. 100.000,-. Ditambah lagi, jika satu bulan ia masuk terus atau tidak ijin sama sekali, maka ia akan mendapatkan bonus sebesar Rp. 50.000,-. Selain itu, ia dan teman-temannya juga akan memperoleh uang THR Tunjangan Hari Raya, pada setiap Hari Raya Idul Fitri sejumlah satu bulan gaji. Besar gaji Anna ini berbeda dengan gaji teman-temannya. Besarnya gaji ini ditentukan menurut lamanya mereka bekerja. Selain dari semua itu, Anna dan teman-temannya tidak mendapat tunjangan- tunjangan lain, seperti misalnya tunjangan kesehatan, transportasi, dan lain sebagainya. Tetapi jika tidak masuk kerja karena sakit atau izin, gajinya tidak akan dipotong kecuali lebih dari tiga hari. Biasanya sebelumnya akan diberikan teguran terlebih dahulu. Hal yang sangat dijaga oleh dirinya dan juga teman-temannya adalah jangan sampai kehilangan atau tertipu, sebab hal itu akan merugikan mereka sendiri. Karena apabila terjadi kehilangan, seluruh biaya kerugian akan dibebankan kepada semua pramuniaga, tidak hanya pramuniaga yang menghilangkannya saja. Anna sendiri sampai Universitas Sumatera Utara 64 saat ini mudah-mudahan belum pernah mengalaminya, tetapi pernah ada kejadian kepada temannya yang teledor. Sehingga gaji Anna dan teman-teman yang lain juga ikut dipotong untuk menanggung kerugian toko. Kadang ia merasa jengkel sekali, kalau sudah demikian suasana kerja pun menjadi kurang enak. Hal ini sebenarnya kadang menjadi dilema bagi dirinya. Di satu sisi ia dituntut untuk memperlakukan konsumen dengan baik, ramah, dan sabar. Namun, setelah beberapa kali ia harus menanggung kerugian karena ada kejadian pramuniaga lain yang tertipu oleh konsumen, secara tidak sadar membuat ia selalu curiga setiap melayani konsumen. Sikap ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap keluwesan dan keramahannya. Ia kadang menjadi lebih cepat marah dalam melayani pembeli yang mempunyai permintaan macam-macam atau kepada pembeli yang sering menawar, yang sebenarnya merupakan hal yang lumrah dalam proses jual beli. Sikap seperti itu sebenarnya merugikan dirinya sendiri, karena ia akan langsung ditegur oleh si pemilik toko. Walau kadang tidak bisa menerimanya, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia harus tetap bekerja dengan hati yang dongkol. Alasan yang bisa membuat ia bertahan adalah karena ia memikirkan kembali bagaimana susahnya dulu ia mencari kerja kemana-mana, selain itu Ibunya juga bersikeras menyuruhnya tetap bekerja di toko tersebut dengan alasan dekat dengan rumahnya. Ibunya cemas apabila Anna bekerja di tempat lain yang jauh dari rumah akan bahaya untuk pulang malam setiap hari. Menurut Anna, pengeluarannya semakin bertambah pula seiring pertambahan gajinya, Apalagi ia juga harus menyisihkan gajinya untuk membeli peralatan kosmetik. Paling tidak sebulan ia harus menyisihkan uang sebesar Rp. 50.000,- sampai Rp. 60.000,- Universitas Sumatera Utara 65 untuk mencukupi kebutuhan ini. Selain itu ia harus memberikan sebahagian gajinya kepada Ibunya untuk menambah perekonomian keluarga dan membantu biaya sekolah adik-adiknya. Hubungan Anna dengan masyarakat sekitar di lingkungan tempat tinggalnya cukup baik dan akrab. Kadang-kadang ini juga yang membuat Anna bingung, karena banyak tetangga-tetangganya yang meminta diskon harga ketika akan membeli perhiasan di tempatnya bekerja. Padahal itu di luar kemampuannya. Kalau sudah begitu Anna hanya akan menjawabnya dengan seulas senyum dan berkata akan mengusahakannya. Toko kosmetik “C” ukurannya tidak terlalu besar dan letaknya di pinggir jalan besar di kawasan pasar Kampung Baru. Disini penulis berkenalan dengan dua orang pramuniaga perempuan yang bernama Yuli dan Eka. Yuli berasal dari Medan sementara Eka merupakan orang dari kota Kisaran yang merantau dan bekerja di Medan. Yuli yang berusia 20 tahun adalah lulusan sebuah Sekolah Menengah Kejuruan negeri di Medan, Baru dua tahun kemarin ia lulus. Dan setahun kemudian bekerja di toko ini. Sebelumnya ia hanya membantu Ibunya berjualan sarapan setiap pagi. Temannya, Eka lebih muda darinya dua tahun, Eka adalah gadis yang putus sekolah, ia hanya bersekolah sampai kelas 1 SMU dan tidak menyambung dikarenakan tidak memiliki biaya. Apalagi ia berasal dari keluarga yang memiliki anak cukup banyak, yaitu 8 bersaudara dan Eka merupakan anak ketiga. Ia bekerja di toko tersebut juga sudah satu tahun. Sebelumnya ia bekerja sebagai buruh pabrik di Belawan dan tinggal menumpang di keluarga pamannya. Kemudian pindah ke Medan, dikarenakan ada tawaran seorang teman pamannya untuk

D. Pramuniaga Perempuan Toko Kosmetik

Universitas Sumatera Utara 66 bekerja di Medan sebagai pembantu rumah tangga yang gajinya melebihi gajinya sebagai buruh pabrik. Tetapi hanya bertahan selama 3 bulan dikarenakan ia tidak tahan setiap hari selalu dimarahi oleh majikan perempuannya. Dan kemudian bekerjalah ia di toko yang dimiliki oleh seorang perempuan etnis tionghoa setengah baya ini. Dan berjumpalah ia dengan Yuli yang lebih dahulu beberapa hari bekerja di toko tersebut. Yuli tinggal di rumah orang tuanya yang letaknya masih di kawasan daerah Kampung Baru, yaitu hanya selisih beberapa gang dari tempatnya bekerja. Sementara Eka tinggal ngekost juga masih di daerah kawasan pasar Kampung Baru tersebut yaitu di gang yang terdapat di seberang jalan besar yang lalu lintasnya selalu padat tersebut. Toko kecil tersebut hanya memiliki dua pramuniaga perempuan yakni mereka berdua dan seorang pengawas yang merupakan kerabat dari si pemilik toko. Si pengawas ini tugasnya selain ikut juga bekerja menjaga toko, juga mengawasi pekerjaan para pramuniaga, mencatat kegiatan jual-beli, dan melaporkan kepada si pemilik toko apabila ada stok barang yang habis atau sudah rusak. Dari penglihatan penulis, mereka berdua sangat kompak dan cukup akrab dengan pengawas yang kebetulan seorang perempuan itu dan juga dengan si pemilik toko yang setiap hari datang untuk mengontrolmengecek operasional toko tersebut. Toko kosmetik tersebut menyediakan berbagai jenis alat-alat keperluan kosmetik bagi perempuan dengan berbagai merek, sebahagian ada yang merupakan kosmetika import dari cina yang marak diminati kaum perempuan saat ini. Toko tersebut mulai buka pada pukul 10.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB. Tetapi, kedua pramuniaga perempuannya diwajibkan datang pada pukul 09.30 WIB. Mereka terlebih dahulu harus membereskan semua kosmetik-kosmetik untuk dipajang di Universitas Sumatera Utara 67 dalam steling kaca, menyapu dan mengepel lantai toko, mengelap debu dan mendorong steling kaca ke depan toko. Waktu istirahatnya sekitar pukul 13.00-14.00 WIB, waktu istirahat ini akan digunakan mereka berdua untuk makan siang, shalat dan lain-lain, biasanya mereka bergantian melakukannya. Setelah tutup toko pada pukul 17.00 WIB, mereka tidak langsung bisa pulang karena harus mengecek kembali semua catatan pembelian, membereskan stok kosmetik yang ada dan menutup toko. Barulah setelah itu mereka bisa kembali ke rumahnya masing-masing. Bekerja sebagai pramuniaga di toko kosmetik ini menurut Yuli, adalah pekerjaan yang cukup menyenangkan karena ia memperoleh banyak pengetahuan tentang kosmetika dan tentang tata rias bagi perempuan. Apalagi ia memang sangat berminat daalm bidang ini, dan juga ia termasuk perempuan yang suka berdandan. Hal ini memang terlihat karena setiap penulis bertandang ke toko ini, Yuli selalu terlihat rapi dan berdandan menarik. Dan juga, setiap pramuniaga di toko ini memperoleh potongan harga yang cukup banyak apabila membeli kosmetik di toko ini, hal ini yang membuat Yuli tambah betah bekerja di toko ini disamping suasana kerja yang menyenangkan di toko tersebut. Cukup berbeda dengan Yuli, Eka sebelum bekerja di toko ini sama sekali tidak pandai bersolek. Tetapi setelah lama bekerja di toko kosmetik ini dan berteman dengan Yuli membuat Eka akhirnya mulai peduli terhadap penampilannya dan mulai ikut berdandan berkat diajari oleh Yuli dan kakak pengawas yang juga cukup cerewet terhadap penampilan keduanya. Sebagai hasil jernih payah mereka bekerja di toko kosmetika tersebut, mereka memperoleh gaji. Pihak toko memberlakukan penggajian dengan sistem bulanan. Gaji Universitas Sumatera Utara 68 diberikan pada setiap awal bulan. Sebelumnya gaji mereka pada bulan-bulan pertama bekerja masing-masing sebesar Rp.500.000,- tetapi, setelah hampir setahun bekerja sebagai pramuniaga di toko tersebut, kemudian gaji mereka dinaikkan menjadi Rp.800.000,- perbulan sampai saat ini. Pihak toko memberikan hari libur off tiga hari setiap bulan, dan itu juga harus bergantian karena toko harus ada yang menjaganya. Peraturan di toko ini cenderung tidak terlalu ketat atau kaku. Pakaian untuk bekerjanya pun pakaian bebas. Akan tetapi tentang kedisiplinan kerja, sangat ketat. Jika ada karyawan yang sering terlambat, atau tidak masuk kerja tanpa ijin, maka pihak toko akan memberikan teguran atau sanksi, hal ini termasuk juga jika si pengawasnya yang tidak disiplin akan ditegur juga oleh si pemilik toko. Oleh karena itu, mereka sangat memperhatikan dan menjaga untuk tetap disiplin, terutama mereka berusaha untuk tidak terlambat masuk. Dari percakapan penulis dengan keduanya, terlihat bahwa sebenarnya ada keinginan mereka untuk bekerja selain daripada menjadi pramuniaga perempuan saja selamanya. Karena kadang dilanda kebosanan di dalam pekerjaan yang menurut mereka tidak maju-maju. Terutama Yuli, yang ingin sekali bekerja di suatu bank atau menjadi seorang sekretaris di suatu perkantoran. Tetapi mengingat pendidikannya yang tidak mencukupi sementara untuk melanjutkan pendidikan ia tidak mampu memenuhi biayanya, maka ia hanya bisa berharap saja. Nina adalah seorang pramuniaga toko ponsel “N” yang tahun ini telah berumur 24 tahun. Ia merupakan orang yang sudah cukup lama menetap di daerah kawasan Kampung

E. Pramuniaga Perempuan Toko Ponsel

Universitas Sumatera Utara 69 Baru. Ia merupakan anak tertua dari dua bersaudara yang kesemuanya adalah perempuan. Ibunya adalah seorang janda, karena ayahnya sudah lama meninggal dunia. Nina adalah lulusan sarjana S1 dari suatu universitas swasta yang cukup terkenal di Medan. Selepas tamat dua tahun yang lalu, Nina mulai mencari pekerjaan kemana-mana. Impiannya ingin bekerja pada suatu perkantoran yang bagus dan mendapatkan gaji yang baik. Nina mulai memasukkan lamaran ke setiap perkantoran yang membuka lowongan pekerjaan. Tetapi setelah beberapa bulan, tidak ada jawaban dari semua lamaran tersebut. Akhirnya ia mulai putus asa. Pada suatu malam, ia mendatangi toko ponsel “N” yang terletak tidak jauh dari rumahnya bermaksud untuk membeli pulsa. Ternyata setelah berbincang-bincang sejenak dengan si pemilik toko yang seorang laki-laki tionghoa berusia 30 tahunan di toko ponsel tersebut, ia ditawari pekerjaan untuk menjadi seorang pramuniaga wanita di toko ponsel itu. Kebetulan toko itu sedang membutuhkan seorang pramuniaga perempuan dikarenakan salah satu pramuniaganya ada yang berhenti. Tanpa pikir panjang Nina langsung mengiyakan tawaran tersebut. Apalagi saat ini ia benar-benar sangat membutuhkan pekerjaan. Sebenarnya tidak pernah terbayangkan oleh Nina, akan bekerja sebagai pramuniaga perempuan. Tetapi karena hanya inilah pekerjaan yang ada pada saat ini, dengan terpaksa ia akan berusaha menjalaninya dengan baik. Kemudian ia berpikir bahwa pekerjaan pramuniaga ini hanya akan dijadikannya sebagai batu loncatan untuk meraih pekerjaan yang sudah diimpi-impikannya. Di toko ini Nina bekerja bersama dua orang pramuniaga perempuan yang lain yang usianya lebih tua darinya. Toko ponsel ini mulai buka pada jam 10.00 WIB sampai Universitas Sumatera Utara 70 dengan pukul 21.00 WIB. tapi waktu bekerja Nina hanya sampai pukul 18.00 WIB. Dikarenakan selebihnya akan dijaga oleh si pemilik toko dan salah seorang adiknya. Tetapi setiap hari Nina dan pramuniaga perempuan lainnya harus datang lebih awal 30 menit dari waktu buka toko. Karena mereka harus menyiapkan segala keperluan dan perlengkapan toko sebelum toko dibuka. Waktu istirahat diberikan kepada mereka biasanya sekitar pukul 13.00-14.00 WIB. Biasanya mereka akan bergantian untuk makan siang atau shalat atau sekedar mencuci muka. Dalam menjaga toko mereka tidak harus selalu berdiri, karena pihak toko memperbolehkan untuk duduk di kursi yang telah disediakan apabila sedang tidak ada pembeli. Pakaian yang dipergunakan untuk bekerja juga pakaian bebas, asal rapi dan juga harus berdandan dengan baik selain itu juga harus memudahkan untuk bergerak. Tugas utama mereka adalah harus melayani pembeli yang ingin membeli pulsa handphonenya atau produk-produk lain yang dijual di toko ponsel ini. Nina sudah setahun lebih bekerja di toko ini. Gaji yang diperolehnya sekarang adalah Rp.32.500,- perhari. Dengan rincian: gaji pokok Rp.25.000,- perhari ditambah uang makan Rp.7.500,- perhari. Dan lagi jika dalam sebulan tidak ada bolos kerja ataupun izin maka akan mendapatkan bonus sebesar Rp.80.000. Gaji Nina ini berbeda dengan teman-temannya tergantung lama bekerja di toko tersebut. Setiap hari Raya Idul Fitri, para karyawannya akan diberikan THR Tunjangan Hari Raya sebesar satu bulan gaji. Pihak toko akan memberikan gaji pada setiap awal bulan. Mereka juga memperbolehkan libur dua hari dalam satu bulan. Setelah lama bekerja di toko ini, Nina merasa dirinya sudah lebih luwes dalam melayani pembeli. Ia sudah dapat berinteraksi dengan baik dengan para pembeli. Tidak Universitas Sumatera Utara 71 ada hambatan-hambatan berarti yang membuatnya tidak betah bekerja. Walaupun kadang sering juga ada pembeli yang suka iseng menggodanya, menanyakan nama atau nomer ponselnya. Namun, hal itu tidak menjadi suatu masalah yang besar karena ia menanggapinya dengan sikap biasa dan wajar, sehingga godaan-godaan itu tidak berlanjut. Hanya saja yang paling membuatnya kesal adalah jika ada pembeli terlalu banyak bertanya dan kadang menawar harga yang sudah ditentukan tetapi tidak jadi membeli. Hal ini sangat membuatnya kesal karena ia menganggap pelayanannya menjadi sia-sia. Walaupun si pemilik toko tidak akan mempermasalahkannya. Suasana bekerja di toko ini menurut Nina cukup menyenangkan, karena teman- temannya satu profesi dengannya cukup baik dan ramah kepadanya. Si pemilik toko juga jarang terlalu mengatur mereka. Namun, walaupun Nina senang dengan pekerjaannya sekarang, ia merasa belum puas dan ingin mencari pekerjaan lain. Tentu saja yang gajinya lebih baik dan sesuai dengan pendidikannya yang seorang sarjana hukum. Bahkan kalau bisa, ia ingin sekali menjadi pegawai negeri. Menurut Nina, keinginannya untuk mencari pekerjaan lain ini wajar, mengingat pendidikannya cukup tinggi dan otaknya lumayan cerdas. Sudah juga mulai berusaha melamar pekerjaan di tempat-tempat yang sesuai dengan pendidikannya. Tetapi belum ada perusahaan yang meliriknya. Saat ini yang bisa dilakukanya adalah sabar menunggu kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan tetap bekerja dengan baik sesuai profesinya sekarang. Universitas Sumatera Utara 72

E. Pramuniaga Perempuan Toko Sepatu.

Tami, salah seorang informan penulis, bekerja di toko sepatu “S” yang terletak tepat diseberang pasar Kampung Baru. Ia bekerja di toko tersebut sudah hampir dua tahun. Usianya saat ini 21 tahun. Sebelumnya ia tinggal di daerah Jawa Timur. Kemudian lima tahun yang lalu karena ayahnya diPHK dari tempat kerjanya, ia dan keluarganya hijrah ke kota Medan dan tinggal bersebelahan dengan rumah neneknya yang masih di daerah kawasan Kampung Baru juga. Ia dan 3 orang adiknya pun harus hidup susah karena di Medan ayahnya hanya dapat bekerja sebagai tukang becak. Tami pun hanya bisa bersekolah sampai kelas satu SMU dikarenakan tidak punya biaya untuk melanjutkan sekolah sementara adik-adiknya masih memerlukan banyak biaya. Karena tidak enak mendengar omongan para tetangga karena ia menganggur dan juga karena keluarganya butuh biaya tambahan, maka Tami memutuskan untuk bekerja. Sebelum bekerja di toko ini, Tami pernah bekerja sebagai pramuniaga perempuan di suatu toko keramik yang letaknya cukup jauh dari rumahnya. Tetapi dikarenakan gajinya terlalu kecil, sementara ongkos pulang pergi setiap hari saja sudah melebihi separuh dari gajinya. Maka setelah 4 bulan bekerja di toko keramik, ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya tersebut. Cukup lama juga Tami menganggur sebelum akhirnya mendapatkan info dari tetangganya bahwa pada saat itu toko sepatu tersebut sedang membuka lowongan pekerjaan pramuniaga perempuan. Lalu ia berusaha melamar di toko sepatu “S” tersebut. Kebetulan ia diterima dan mulai bekerja sebagai pramuniaga perempuan di toko sepatu tersebut. Universitas Sumatera Utara 73 Di hari pertamanya bekerja, Tami langsung menjalankan pekerjaannya. Tetapi sebelumnya ia mendapatkan pengarahan dari atasannya tentang bagaimana tugas yang harus ia jalankan. Ia juga diberikan penjelasan tentang bagaimana hak dan kewajibannya sesuai dengan peraturan di toko sepatu tersebut, seperti hal penggajian karyawan, pembagian shift pekerjaan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kebijaksanaan toko tersebut. Toko sepatu ini menyediakan sepatu untuk semua tingkat usia baik itu untuk anak-anak maupun dewasa, baik perempuan maupun laki-laki. Jadi pelanggannya beragam tingkat usia dan dari semua kalangan. Maka pihak toko menerapkan aturan kepada para pramuniaganya untuk selalu melayani pembeli yang beragam itu dengan sangat baik. Jikalau tidak, akan mendapatkan sanksi bagi yang melanggarnya. Toko sepatu ini memiliki 4 orang pramuniaga perempuan dan 2 orang pramuniaga laki-laki. Semua pramuniaganya rata-rata sudah cukup lama bekerja di toko tersebut. Hubungan diantara sesama pramuniaga juga cukup baik. Mereka kadang saling memberikan masukan-masukan dan saling bantu-membantu. Para pramuniaga di toko ini bekerja dengan adanya pembagian shift. Jadwal masuk kerja dibagi menjadi dua shift. Shift I masuk pukul 09-00 WIB sampai pukul 15.00 WIB, sedangkan shift II masuk pukul 15.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB. Jadwal shift ini selalu bergantian setiap minggunya. Jam istirahatnya juga tidak ditentukan dan dilakukan seperlunya saja. Istirahat juga dilakukan secara bergiliran dan tidak boleh lebih dari 30 menit. Mereka juga tidak selalu harus selalu berdiri karena pihak toko telah menyiapkan tempat untuk para pramuniaganya duduk beristirahat jika tidak ada pembeli. Universitas Sumatera Utara 74 Toko ini juga memberikan dua stel seragam kepada para pramuniaganya. Seragam itu dipakai ketika para pramuniaga bekerja pada hari senin hingga sabtu. Tetapi bawahannya diharuskan mengenakan celana panjang agar mudah bergerak. Pada hari minggu diperbolehkan memakai pakaian bebas tetapi harus tetap rapi. Kedisiplinan cukup ketat di toko ini. Apalagi tentang disiplin waktu. Jika ada karyawan yang sering terlambat, atau tidak masuk kerja tanpa izin, tidak mengindahkan peraturan, maka pihak toko pasti akan memberikan teguran keras atau sanksi. Oleh sebab itu Tami sangat menjaga betul kedisiplinan ini. Terutama ia berusaha untuk tidak terlambat masuk kerja. Di tempat Tami bekerja ini tidak ada bonus penjualan, karena pramuniaga juga tidak dibebani target untuk menjual sepatu-sepatu tersebut. Akan tetapi mereka harus berusaha melayani dengan baik dan meyakinkan pembeli untuk membeli sepatu-sepatu tersebut kalau tidak akan ditegur oleh pengawas yang selau mengawasi toko setiap hari. Karena walaupun tidak diberikan bonus penjualan, gaji para karyawan setiap tahunnya hampir selalu dinaikkan. Kenaikan gaji yang diberikan tersebut berkisar antara 100-200 ribu rupiah. Besarnya gaji dan kenaikan dibedakan menurut lamanya bekerja di toko tersebut. Selain gaji, pihak toko juga akan selalu memberikan THR Tunjangan Hari Raya pada Hari Raya Idul Fitri atau Hari Raya Natal sebesar satu bulan gaji. Dan biasanya pihak toko akan memberikan bonus yang dibagi rata pada semua karyawan pada akhir tahun, tergantung keuntungan yang didapat pada tahun tersebut . Setelah hampir dua tahun Tami bekerja di toko sepatu ini. Sekarang ini gajinya sudah Rp. 800.000,-. Menurut Tami gajinya itu masih belum cukup untuk memenuhi semua kebutuhannya. Entah mengapa semakin besar gajinya semakin banyak pula Universitas Sumatera Utara 75 kebutuhan yang harus dipenuhi walaupun ia tidak harus memikirkan ongkos lagi karena tempat kerjanya dekat dengan rumahnya. Ia merasa masih belum puas. Apalagi tambahnya, ia harus menyisihkan gajinya untuk membantu biaya sekolah adik-adiknya dan biaya hidup sehari-hari keluarganya. Selain itu ia juga harus memikirkan menabung untuk masa depannya. Maka dari dalam hatinya itu ia masih berkeinginan untuk bekerja di tempat lain yang gajinya lebih besar dari tempat kerjanya sekarang. Tetapi, lagi-lagi mengingat pendidikannya yang kurang mencukupi, ia mulai pesimis untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sekarang ini. Lina adalah pramuniaga perempuan di counter sabun kecantikan, ia sudah setahun bekerja di sini. Dini adalah pramuniaga perempuan di counter deterjen, ia juga sudah setahun bekerja di tempat ini. Prima sudah setahun setengah bekerja menjaga counter

F. Pramuniaga Perempuan di Supermarket

Supermarket “S” yang terletak di kawasan pasar Kampung Baru ini memang ukurannya tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan supermarket yang ada di mal-mal yang biasanya terletak di tengah kota Medan. Supermarket ini juga kalah besar dengan Supermarket besar “SZ” yang berada tidak jauh dengannya. Alasan penulis memilih supermarket ini dikarenakan, supermarket ini yang terdekat dan masih berada di jangkauan kawasan pasar Kampung Baru yang menjadi lokasi penelitian penulis. Di supermarket ini, penulis menjumpai empat orang pramuniaga perempuan pada counter yang berbeda-beda yang berdomisili masih di sekitar kawasan Kampung Baru ini juga. Mereka adalah Lina, Dini, Rita, dan Prima. Semuanya kost di daerah Kampung Baru ini. Kecuali Rita yang tinggal bersama neneknya di daerah Kampung Baru. Universitas Sumatera Utara 76 susu anak-anak di supermarket ini. Sementara Rita sudah setahun lebih bekerja menjaga counter pakaian di supermarket tersebut. Lina dan Dini sama-sama berusia 19 tahun dan merupakan tamatan SMU di kota asalnya masing-masing yaitu Tanjung Balai dan Siantar. Rita yang berusia 23 tahun adalah tamatan sebuah SMK negeri di Medan. Dan Prima adalah tamatan D1 di sebuah institut swasta jurusan computer di Medan, tahun ini ia berusia 21 tahun. Dari percakapan dengan masing-masing, semuanya pada awalnya tidak begitu paham apa saja tugas menjadi pramuniaga perempuan ini. Mereka awalnya mengira pekerjaan pramuniaga ini hanya sekedar menjaga toko atau counter dan pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang paling mudah sehingga semua orang pasti dapat mengerjakannya. Ternyata setelah menjalaninya sekian lama mereka baru paham bahwa pekerjaan ini adalah pekerjaan yang cukup rumit dan tidak sekedar hanya menjaga toko atau counter. Para pramuniaga di supermarket “S” ini bekerja dengan pembagian shift. Jadwal masuk kerja dibagi menjadi dua shift. Shift I masuk pukul 09.30 WIB sampai pukul 15.30 WIB, sedangkan shift II masuk pukul 15.30 WIB sampai pukul 22.00 WIB. Jadwal shift ini selalu bergantian setiap minggunya. Mereka menceritakan pada saat pertama sekali masuk kerja, mereka pada umumnya ditugaskan untuk menghafal jenis barang, harga dan kode barang yang ada di counter bagiannya masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar mereka bisa cepat dan lebih mempermudah dalam melayani pembeli. Selain itu, juga dimaksudkan agar mereka tidak tertipu oleh pembeli nakal yang suka iseng menukar-nukar harga. Universitas Sumatera Utara 77 Mereka semua pada umumnya cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya dan saling berhubungan dengan pramuniaga perempuan di counter-counter lain. Hal ini disebabkan karena semua pramuniaganya adalah perempuan, sehingga tiadak ada rasa canggung dan bisa lebih cepat akrab. Di supermarket “S” ini memang tidak ada pramuniaga laki-laki. Laki-laki di toko itu hanya bekerja di bagian monitor, pengawas, sekuritisatpam, personalia dan kepala toko. Sedangkan perempuannya bekerja sebagai pramuniaga, kasir, gudang dan pengawassupervisor. Seorang pramuniaga bisa saja naik sampai menjadi supervisor, yang merupakan jabatan tertinggi bagi pegawai perempuan di toko tersebut. Akan tetapi untuk menjadi supervisor harus melalui tahap-tahap sebagai berikut: pramuniaga-kasir-kepala gudang-kepala counter. Tetapi menurut keempat pramuniaga ini, naik ke jenjang berikutnya hanyalah suatu teori saja. Kenyataanya sangat sulit sekali bagi seorang pramuniaga untuk menapak naik jabatan atau malanjutkan kariernya. Hal tersebut biasanya disebabkan karena pihak pramuniaga sendiri yang jarang bisa bekerja dalam waktu yang sangat lama di supermarket tersebut. Biasanya jika akan menikah atau hamil dan melahirkan, maka pramuniaga tersebut akan mengundurkan diri. Selain itu, pihak supermarket sendiri kalau ada posisi yang kosong, langsung mengadakan rekruitmen lagi dari luar. Sehingga peluang pramuniaga untuk mengisi jabatan tersebut menjadi semakin kecil. Di tempat mereka bekerja terdapat pembagian kerja menurut counter-counter yang ada. Counter-counter tersebut dibagi menurut jenis-jenis produk yang ada di supermarket tersebut. Seperti misalnya counter sabun kecantikan, deterjen, susu anak- anak, pakaian, pewangi ruangan, dan lain-lain. Pembagian tugas berdasarkan counter ini diatur oleh pihak supermarket. Selain ada juga pramuniaga yang tugasnya hanya menjaga Universitas Sumatera Utara 78 dan mempromosikan produk merek tertentu yang pekerjaannya diatur oleh pihak dari merek tersebut. Setiap counter biasanya dijaga oleh satu sampai dua pramuniaga. Setiap seminggu sekali sekali diadakan pertemuan rutin yang membahas tentang penjualan. Bagi counter yang hasil penjualannya kurang laku dan tidak memenuhi target yang telah ditentukan., maka si pramuniaga perempuan yang bertugas jaga biasanya akan mendapatkan teguran atau sindiran dari pihak supermarket. Mereka dianggap kurang bisa melayani pembeli dengan baik, sehingga minat konsumen untuk membeli barang menjadi berkurang. Lina, Dini, Rita, dan Prima kadang sering mendapatkan perlakuan demikian. Padahal menurut keempat pramuniaga ini serentak, mereka telah bekerja semaksimal mungkin. Bagi mereka, teguran-teguran tersebut tidak memacu untuk bersemangat dalam bekerja, akan tetapi malah membuat mereka menjadi kesal dan malas. Apalagi pihak supermarket tidak pernah memacu para pramuniaga untuk lebih berprestasi. Banyak tuntutan dari pihak toko, akan tetapi tidak ada penghargaan yang diberikan, bagi mereka sangat berpengaruh terhadap cara kerja para pramuniaga tersebut. Seperti misalnya jika ada ketika ada pembeli yang hanya melihat-lihat, atau terlalu lama memilih, atau bermacam-macam permintaannya, maka pelayanan yang diberikannya menjadi kurang baik. Pembeli sendiri, menurut mereka, juga sering memperlakukan pramuniaga dengan seenaknya. Para pembeli ini kadang selalu minta dilayani dengan baik, akan tetapi sering tidak menghargai pramuniaga. Jika kemudian pramuniaga yang kurang baik pelayanannya, maka pembeli kemudian mengeluh kepada pihak toko, baik langsung maupun lewat tulisan di koran. Akibatnya pramuniaga tersebut mendapat teguran atau peringatan keras. Universitas Sumatera Utara 79 Peraturan dan kedisiplinan di supermarket “S” memang sangat ketat. Pengawasan terhadap cara kerja pramuniaga terus dilakukan sepanjang hari. Petugas yang selalu turun mengawasi pramuniaga adalah supervisor. Mereka merupakan tangan kanan dari kepala supermarket. Menurut Prima, ada juga supervisor yang pilih kasih dan tidak memperlakukan pramuniaga secara sama. Bahkan ada juga yang suka mengadu kepada kepala supermarket, walaupun hanya kesalahan kecil yang diperbuat oleh para pramuniaga. Tetapi ada juga supervisor yang tetap berpegang pada aturan, akan tetapi tidak menjalankannya dengan kaku dan lebih bisa berkomunikasi dengan para pramuniaga, biasanya supervisor yang seperti ini yang lebih disukai oleh para pramugari di supermarket tersebut. Terlepas dari keberadaan supervisor, Dini dan Rita mengeluhkan tentang peraturan toko yang ketat. Kalau hanya mengenai jam kerja yang memang harus tepat waktu, mereka bisa maklum. Mereka juga maklum ketika harus berdandan dalam bekerja. Selain pihak toko yang menuntutnya untuk selalu tampil rapi, mereka juga menyadari bahwa berdandan adalah untuk kepentingannya sendiri sebagai daya tarik untuk pembeli. Dengan kesadaran mereka, dandanan tersebut akan dipertebal lagi setelah jam istirahat. Walau memang diakui mereka bahwa untuk memoles dandanan tersebut mereka harus menyiapkan dana khusus untuk membeli kosmetik, yang tentu saja mengurangi penerimaan gaji mereka setiap bulan. Namun, hal itu bukan menjadi ganjalan karena mereka menganggap kosmetika adalah memang kebutuhan semua wanita. Oleh karena itu, kalau hanya peraturan-peraturan tersebut, mereka tidak mempunyai masalah, karena peraturan-peraturan tersebut umum dijalankan disetiap supermarket atau toko. Akan Universitas Sumatera Utara 80 tetapi yang membuat mereka kurang suka adalah adanya peraturan-peraturan yang dianggap terlalu mengada-ngada. Di tempat mereka bekerja ini, jika sudah masuk jam kerja, maka pihak supermarket menuntut apapun yang dilakukannya harus berhubungan dengan tugasnya sebagai pramuniaga. Pihak supermarket tidak memperbolehkan para pramuniaganya untuk berbicara dengan teman sesama pramuniaga. Tidak peduli walaupun supermarket sedang sepi. Walaupun sampai diketahui supervisor seorang pramuniaga berbicara dengan temannya yang tidak ada hubungan dengan pekerjaan, maka pasti akan ditegur. Selain itu ditempat mereka bekerja, meraka juga tidak boleh duduk, walaupun supermarket sedang sepi atau sedang tidak ada pembeli. Pihak supermarket memang tidak scara tegas melarang pihak pramuniaga untuk duduk, akan tetapi pihak supermarket tidak menyediakan tempat untuk duduk bagi pramuniaganya. Akibatnya para pramuniaga ini harus berdiri seharian walaupun tidak sedang melayani pembeli. Disisi lain, mereka juga berusaha mengerti mengapa pihak supermarket menerapkan disiplin yang ketat pada waktu kerja. Tidak lain untuk menjaga jangan sampai banyak penipuan atau pencurian terhadap barang-barang yang ada di counter- counter . Memang tidak sekali dua kali supermarket tempat mereka bekerja ini mengalami kerugian akibat adanya barang-barang yang dicuri. Jika sudah demikian maka yang rugi adalah seluruh pramuniaga yang bertugas pada shift tersebut, karena jika ada barang hilang, maka seluruh pramuniaga yang bertugas akan dipotong gajinya sesuai dengan kerugian supermarket. Kadangkala, pramuniaga yang menghilangkan barang akan “dimusuhi” teman-temannya yang lain. Universitas Sumatera Utara 81 Menilik dari kejadian itu, membuat mereka berusaha lebih hati-hati. Mereka tidak mau mendapatkan sanksi-sanksi terutama sanksi pemotongan gaji. Gaji yang diterima saat ini saja, tanpa potongan bagi mereka hanya pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi kalau harus dipotong. Di supermarket ini mereka digaji Rp.980.000,- perbulan. Sistim penggajian adalah bulanan. Selain gaji, supermarket ini juga memberi fasilitas seragam. Seragam diberikan setelah beberapa bulan mereka masuk kerja, sebanyak 2 model seragam. Kedua seragam tersebut dipakai bergantian selama 1 minggu. Dari pembicaraan penulis dengan keempat pramuniaga perempuan ini tersirat bahwa mereka sebenarnya masih memiliki keinginan untuk mencari pekerjaan yang lain yang lebih baik dan mendapatkan gaji yang lebih tinggi demi memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Mereka juga merasa jenuh dengan pekerjaan ini, karena pekerjaan ini menjadi rutinitas dalam kesehariannya dan terkesan tidak berkembang. Tetapi mereka berempat menyadari bahwa untuk mencari pekerjaan pada jaman sekarang ini sangatlah sulit sehingga yang bisa mereka lakukan sekarang ini hanya berusaha bertahan dengan pekerjaan tersebut dan berupaya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Universitas Sumatera Utara 82 BAB IV PEREMPUAN, PRAMUNIAGA DAN LIKA LIKU KEHIDUPANNYA

4. 1. Pramuniaga Perempuan dan Kehidupannya