7. Sistem Kemasyarakatan 7. 1. Sistem Kekerabatan

42 dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kunjungan-kunjungan antar umat bila ada Hari Raya, ataupun hari besar umat beragama lainnya. Di bidang sarana pengangkutan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa daerah Kelurahan Kampung Baru merupakan daerah yang lalu lintasnya cukup padat. Hal ini dikarenakan Kelurahan Kampung Baru merupakan salah satu rute jalan besar terusan dari tengah kota. Jadi, banyak sekali kita dapati trayek angkutan umum yang melintasi daerah Kampung Baru sebagai rute perjalanannya misalnya dari daerah Padang Bulan untuk dapat mencapai ke daerah Kampung Baru, kita dapat menggunakan angkutan umum yang bernomor trayek 02 yang berwarna kuning, trayek 121 atau 120 yang berwarna merah dengan biaya perjalanan sebesar Rp. 2.500,-. Angkutan-angkutan umum lain yang melintas di Kampung Baru bervariasi, tapi yang paling banyak adalah angkutan umum yang bernomor trayek 08 dan 17 yang rute-nya juga melintasi kawasan Titi Kuning, Deli Tua, dan ke kawasan Terminal Sambu. Biaya atau ongkos yang diperlukan untuk menggunakan kedua trayek ini juga relatif sama, yaitu sebesar Rp.2.500,- – Rp.3.000,-. Jalan besar ini dilapisi aspal tebal dan untuk memisahkan jalan terdapat trotoar. Hal ini dibangun untuk memudahkan para pengguna jalan. 2. 7. Sistem Kemasyarakatan 2. 7. 1. Sistem Kekerabatan Masyarakat Kelurahan Kampung Baru adalah masyarakat yang heterogen, dikatakan demikian, karena terdiri dari banyak suku bangsa yang hidup dan bertempat tinggal di Kelurahan Kampung Baru sejak lama seperti suku Batak, Mandailing, Padang, Nias, Dairi, Aceh, Jawa, Melayu, Karo dan etnis Tionghoa. Mereka umumnya memiliki Universitas Sumatera Utara 43 sistem kekerabatan patrilineal yaitu melihat garis keturunan menurut garis ayah. Dapat kita lihat pada kartu keluarga di setiap keluarga di Kelurahan Kampung Baru yang menekankan ayah sebagai kepala keluarga. Jadi dalam artian masyarakat tetap mempertahankan ikatan-ikatan kultural. Masing-masing masyarakat beraneka suku saling berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan masyarakat lainnya. Bagi masyarakat pribumi di Kelurahan Kampung Baru biasanya yang mengikat mereka adalah kesamaan agama. Mereka saling bantu-membantu apabila ada peristiwa-peristiwa penting seperti perkawinan, bencana, kematian, mendirikan rumah dan peristiwa-peristiwa lainnya. Masyarakat tionghoa biasanya juga akan ikut membantu tetapi hanya sekedarnya saja atau misalnya datang ketika ada acara perkawinan atau kematian di masyarakat pribumi. Seperti sistem kekerabatannya, prinsip patrilineal juga mempengaruhi kelompok- kelompok kekerabatan. Kelompok kekerabatan yang terkecil di daerah ini adalah adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya yang belum kawin. Keluarga inti ini biasanya sekaligus menjadi suatu rumah tangga. Karena anak yang sudah kawin memisahkan diri dengan orangtua dan mengurus ekonomi keluarganya sendiri, sehingga sudah jarang ditemui bentuk keluarga luas. Hanya kadangkala ditemui orangtua yang tinggal bersama anaknya karena tidak mampu lagi mengurus dirinya sendiri. Kelompok kekerabatan ada yang berupa klen besar yaitu yang terdiri dari semua keturunan sejenis ialah keturunan laki-laki maupun perempuan Koentjaraningrat 1990 : 126. Dalam hal ini adalah keturunan laki-laki patrilineal. Disini dijumpai kelompok kekerabatan yang berdasarkan suku bangsa, seperti pada kelompok keluarga suku Aceh, kelompok keluarga Tionghoa dan lain-lain. Tetapi kelompok-kelompok ini hanya aktif apabila ada kejadian penting dalam kehidupan anggota-anggotanya. Universitas Sumatera Utara 44 Disamping kelompok kekerabatan ini, di Kelurahan Kampung Baru terdapat organisasi sosial yang merupakan institusi modern dalam rangka melancarkan aktivitas hidup bermasyarakat. Organisasi sosial itu adalah organisasi keagamaan seperti pengajian ibu-ibu, perkumpulan remaja mesjid, dan lain-lainnya. Selain itu terdapat juga organisasi kepemudaan seperti organisasi pemuda pancasila PP dan organisasi olahraga seperti perkumpulan sepakbola, perkumpulan bulu tangkis dan lain-lain. 2. 7. 2. Kesatuan Hidup Setempat