82
BAB IV
PEREMPUAN, PRAMUNIAGA DAN LIKA LIKU KEHIDUPANNYA
4. 1. Pramuniaga Perempuan dan Kehidupannya
Pembangunan yang dilaksanakan selama ini tidak dapat memenuhi hak sosial sebagian rakyat. Karena hanya sebagian kecil saja dari warga negara Indonesia yang
dapat menikmati pekerjaan dan penghidupan yang layak tersebut. Hal ini dibuktikan dengan besarnya angka kemiskinan di Indonesia.
Padahal pada pasal 27 UUD 1945 ayat 2 telah dinyatakan bahwa, “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Pasal ini dengan jelas menyebutkan hak sosial setiap warga negara Indonesia dalam lapangan ekonomi, khususnya untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan
www.nakertrans.go.id .
Pramuniaga perempuan adalah salah satu bagian dari sebagian rakyat Indonesia yang kehidupannya masih jauh dari standart kemakmuran dan kesejahteraan. Realitas
kehidupan mereka yang sebenarnya, sangat jauh berbeda dengan apa yang tampak atau ditampakkan ketika mereka bergelut dengan pekerjaanya.
Pandangan umum tentang kehidupan pramuniaga perempuan, terutama yang bekerja di toko-toko yang cukup besar, adalah pada penampilannya yang jauh dari kesan
tidak menyenangkan. Make up tebal dan pakaian rapi yang membalut tubuh, adalah penampilannya sehari-hari ketika menjalankan profesinya. Penampilan “cantik” ini
merupakan daya tarik tersendiri, yang tujuannya diharapkan dapat menarik konsumen untuk dapat melirik produk yang ditawarkan.
Universitas Sumatera Utara
83 Adanya strategi dengan menempatkan para perempuan cantik dan muda di garis
depan sebagai pramuniaga, guna mempromosikan produk yang ditawarkan menjadi salah satu hal wajib bagi semua toko. Hal ini terlihat dari adanya fenomena yang terjadi,
dimana mayoritas toko-toko yang cukup besar menempatkan pramuniaga perempuan sebagai “ujung tombak” penjaga produksinya.
Ketika memasuki pertokoan, selalu akan kita lihat sekilas senyum dari pramuniaga perempuan yang dengan ramah melayani keinginan setiap konsumen dan
penampilan menarik yang harus bisa diusahakannya karena merupakan tuntutan dari pihak toko. Hal ini terjadi dikarenakan dua hal:
a “Pesona” pramuniaga perempuan dianggap sebagai penambah nilai jual bagi sebuah produk yang ditawarkan.
b Potensi sebagai daya tarik atas produk yang ditawarkan tersebut telah menempatkan pramuniaga perempuan dalam posisi yang cukup penting dalam
satu keseluruhan proses jual beli. Kedua hal inilah yang kemudian membentuk kedalam penilaian di masyarakat
umum tentang kehidupan pramuniaga perempuan seperti yang tampak dalam penampilannya. Yang menjadi pertanyaan disini apakah pandangan masyarakat tersebut
merupakan kenyataan kehidupan sebenarnya yang dialami pramuniaga perempuan dibalik penampilannya “cantik”nya tersebut. Jawabannya tentu telah kita temukan pada
bab sebelumnya pada tulisan ini.
Universitas Sumatera Utara
84
4. 2. Alasan Perempuan Bekerja Sebagai Pramuniaga