7. Kesatuan Hidup Setempat 7. 3. Sistem Kepemimpinan 1. Perkembangan Pekerjaan Perempuan

44 Disamping kelompok kekerabatan ini, di Kelurahan Kampung Baru terdapat organisasi sosial yang merupakan institusi modern dalam rangka melancarkan aktivitas hidup bermasyarakat. Organisasi sosial itu adalah organisasi keagamaan seperti pengajian ibu-ibu, perkumpulan remaja mesjid, dan lain-lainnya. Selain itu terdapat juga organisasi kepemudaan seperti organisasi pemuda pancasila PP dan organisasi olahraga seperti perkumpulan sepakbola, perkumpulan bulu tangkis dan lain-lain. 2. 7. 2. Kesatuan Hidup Setempat Di Kelurahan Kampung Baru juga terdapat kesatuan hidup setempat, yang dinamakan Serikat Tolong Menolong STM. Yang menjadi anggotanya adalah tiap-tiap kepala rumah tangga di seluruh daerah Kelurahan Kampung Baru. Aktivitas kelompok ini tampak pada saat anggotanya mengalami kejadian-kejadian penting seperti perkawinan, bencana, dan kematian. Mereka biasanya akan memberikan bantuan langsung berupa teratak, sumbangan uang, tenaga, dan perlengkapan penguburan apabila ada peristiwa kematian diantara anggota atau anggota keluarga daripada STM tersebut. Tetapi untuk memperoleh hal-hal tersebut, setiap anggota wajib memberikan iuran wajib anggota STM sebesar Rp. 2000,- perbulan dan Rp. 1000,- apabila ada anggota STM yang mendapat kemalangan. Kesatuan hidup yang lebih luas lagi adalah kesatuan hidup satu kelurahan yang mempunyai satu lurah sebagai seorang pemimpin formal. Universitas Sumatera Utara 45

2. 7. 3. Sistem Kepemimpinan

Sistem kepemimpinan terdiri dari pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin informal adalah orang yang dituakan dan dianggap memiliki kemampuan agama yang lebih daripada penduduk Kampung Baru lain, yang hanya berfungsi pada saat adanya acara-acara adat. Sedangkan pemimpin formal adalah lurah, kepala-kepala lingkungan dan perangkat pemerintahan lainnya. Universitas Sumatera Utara 46 BAB III PEREMPUAN DAN PEKERJAANNYA

3. 1. Perkembangan Pekerjaan Perempuan

Perkembangan ekonomi akan membawa perubahan bagi pola pekerjaan laki-laki dan perempuan. Perkembangan ini dapat dilihat sebagai gerakan berangsur-angsur dari pekerjaan bertani ke bukan bertani. Pekerjaan perdagangan pasar dianggap sebagai tangga pertengahan antara pekerjaan pertanian dan pekerjaan modern. Bila ditelusuri kembali perkembangan pola mata pencaharian hidup, kita akan melihat bagaimana lambat laun terjadi spesialisasi yang makin rumit dalam pembagian kerja. Seperti menurut Ester Boserup 1984 : 126 pada waktu pola mata pencaharian di bidang pertanian, perempuan mempunyai peranan yang besar. Perkembangan industri menyebabkan perempuan tergeser dari peranannya. Menurutnya, pada banyak negara berkembang, perdagangan industri kecil dan jasa-jasa rumah tangga menjadi lapangan kerja yang penting bagi perempuan. Seperti dalam pekerjaan pramuniaga yang menjadi bahasan daripada tulisan ini, pekerjaan sebagai pramuniaga ini dominannya adalah perempuan. Menurut pandangan masyarakat, pekerjaan ini dianggap sebagai pekerjaan sepele. Padahal banyak sekali permasalahan yang cukup kompleks yang harus dihadapi perempuan dalam melaksanakan pekerjaan tersebut dan dalam menjalani kehidupan sosialnya. Ketika sektor industri semakin berkembang dan pertokoan semakin banyak, tentunya membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang dapat melakukan pekerjaan jasa melayani pelanggan yang membeli barang-barang di toko-toko tersebut, sehingga banyak perempuan yang tertarik pada bidang pekerjaan ini. Bidang pekerjaan ini umumnya Universitas Sumatera Utara 47 disebut dengan sektor informal yang menjadi sektor penting bagi para perempuan untuk memperoleh penghasilan. Dalam memahami kehidupan pramuniaga perempuan memang tidak cukup hanya dengan melihat atau sekedar mengamati aktifitas kehidupannya sehari-hari. Karena jika hanya pengamatan yang dilakukan, maka yang terlihat adalah pramuniaga perempuan merupakan profesi dan kehidupan yang enak, mudah dan tidak mempunyai masalah yang serius. Artinya bahwa pada taraf permukaan, kehidupan mereka terkesan tidak jauh dari kemeriahan toko, paras yang cantik, pakaian yang rapi dan bagus, tata riasan muka yang cantik, serta suasana ceria yang selalu ada di lingkungan kerja mereka. Kesan-kesan terhadap keadaan seperti itu dianggap sebagai milik orang-orang yang tidak memiliki masalah, senang dan telah tercukupi semua kebutuhannya. Namun kesan “mewah” yang menyelimuti kehidupan pramuniaga perempuan itulah yang sebenarnya telah menyembunyikan realitas kehidupan mereka yang sebenarnya. Kehidupan yang sebenarnya penuh dengan kerja keras dan jauh dari kemewahan itu sendiri.

3. 2. Deskripsi Umum Profesi Pramuniaga Perempuan