14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil
1. Basis Teori
Konsep yang mendasari teori tentang ketepatan pemberian opini merujuk kepada teori akuntansi keprilakuan khususnya teori
atribusi. Teori atribusi merupakan teori yang dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan
oleh kombinasi antara kekuatan internal internal forces, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan
atau usaha, dan kekuatan eksternal eksternal forces, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau
keberuntungan Ikhsan, et. al., 2005. Sedangkan dalam kompasiana.com
disebutkan bahwa atribusi adalah sebuah teori yang membahas tentang
upaya-upaya yang dilakukan untuk memahami penyebab-penyebab perilaku kita dan orang lain. Definisi formalnya, atribusi berarti upaya
untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain, dan dalam beberapa kasus juga penyebab di balik perilaku kita sendiri.
Teori lain yang juga mendukung penelitian ini adalah teori peran role theory. Teori peran membahas bagaimana orang memposisikan
dirinya dan bagaimana tindakan yang dipilih saat melakukan interaksi dengan orang lain dalam suatu organisasi Praptapa, 2009. Teori peran
15 merupakan interaksi antara peran sosial social role, norma norms, dan
identitas identity atas orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi. Peran sosial adalah kaitan dari hak, tugas dan tanggungjawab, dan
perilaku yang tepat dari orang-orang yang memiliki posisi tertentu dalam konteks sosial. Norma adalah perilaku yang dianggap tepat dan
diharapkan dalam suatu peran tertentu. Sedangkan identitas adalah berkaitan dengan bagaimana seseorang menetapkan siapa dirinya dan
bagaimana ia akan bertindak pada suatu situasi tertentu Praptapa, 2009.
2. Teori Audit
a. Definisi Audit
Definisi auditing yang berasal dari The Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting
Association yang dikutip oleh Boynton dan Johnson 2006, sebagai berikut:
“Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi
tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai
yang berkepentingan“ Menurut Arens, et. al. 2008 auditing adalah pengumpulan dan
evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah
ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
16 Sedangkan Agoes 2007 mendefinisikan auditing yaitu sebagai
berikut: “Pemeriksaan Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta
catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut”. Beberapa karakteristik audit dari definisi di atas dapat
disimpulkan sebagai berikut: 1 Audit merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian
bukti atau informasi. 2 Adanya bukti audit evidence yang merupakan informasi atas
keterangan yang digunakan oleh seorang auditor untuk menilai tingkat kesesuaian informasi.
3 Adanya tingkat kesesuaian dengan kriteria tertentu. 4 Kriteria yang telah ditentukan adalah standar-standar yang
digunakan sebagai dasar untuk menilai asersi atau pernyataan. 5 Audit harus dilakukan oleh seorang auditor yang memiliki
kualifikasi yang diperlukan untuk melakukan audit. Seorang auditor harus kompeten dan independen terhadap fungsi atau
satuan usaha yang diperiksanya. 6 Adanya pelaporan dan pengkomunikasian hasil audit kepada
pihak yang berkepentingan melalui laporan tertulis yang menunjukan derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang
telah ditetapkan.
17 7 Pihak-pihak yang berkepentingan adalah mereka yang
menggunakan temuan-temuan auditor. Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat penulis
simpulkan bahwa auditing merupakan suatu proses untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang
peristiwa ekonomi dengan menentukan derajat kesesuaian antara asersi yang dibuat dengan kriteria yang telah ditetapkan, kemudian
hasilnya dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
b. Jenis-Jenis Audit
Menurut Arens, et. al. 2008 akuntan publik atau auditor eksternal melakukan tiga jenis utama audit, antara lain:
1 Audit Operasional Operational Audit Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektifitas setiap
bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-
saran untuk memperbaiki operasi. Dalam audit operasional, review atau penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada
akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan
semua bidang lain dimana auditor menguasainya.
18 2 Audit Ketaatan Compliance Audit
Audit ketaatan dilaksanakan untuuk menetukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu
yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen, bukan kepada
pemakai luar, karena manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap proseur dan
peraturan yang digariskan. Oleh karena itu, sebagian besar pekerjaan jenis ini seringkali dilakukan oleh auditor yang
bekerja pada unit organisasi itu. 3 Audit Laporan Keuangan Financial Statement Audit
Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan informasi yang diverifikasi telah dinyatakan
sesuai dengan kriteria tertentu.Biasanya, kriteria yang berlaku adalah Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
Generally Accepted Accounting Principle —GAAP. Dalam
menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan GAAP, auditor mengumpulkan bukti untuk
menetapkan apakah laporan keuangan itu mengandung kesalahan yang material atau salah saji lainnya.
c. Jenis-Jenis Auditor
Menurut Boynton 2006 para profesional yang ditugaskan untuk melakukan audit atas kegiatan dan peristiwa ekonomi bagi
19 perorangan dan entitas resmi, pada umunya diklasifikasikan dalam
tiga kelompok, antara lain: 1 Auditor Independen Independent Auditor
Auditor Independen atau yang di Amerika biasa disebut Certified Public Accountant CPA adalah para praktisi
individual atau anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing professional kepada klien. Klien dapat berupa
perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, badan pemerintah maupun usaha individu perorangan. Lisensi
untuk dapat melakukan suatu audit diberikan pada mereka yang telah lulus ujian CPA serta memilik pengalaman praktik dalam
bidang auditing. Auditor ini bertanggung jawab atas pemeriksaan atau mengaudit laporan keuangan dengan
memberikan opini atas informasi yang diauditnya. 2 Auditor Internal Internal Auditor
Auditor internal merupakan karyawan suatu perusahaan, perusahaan milik negara maupun perusahaan swasta, tempat
mereka melakukan audit. Tugas pokok auditor internal adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menetukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menetukan
efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta
20 menetukan kendala informasi yang dihasilkan oleh berbagai
bagian organisasi. Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen dalam
melaksanakan tanggungjawabnya secara efektif. Ruang lingkup audit internal meliputi semua tahap kegiatan organisasi,
terutama berhubungan dengan audit kepatuhan dan operasional. Meskipun
demikian, pekerjaan
auditor internal
dapat mendukung audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
auditor independen. Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka auditor internal harus berada diluar fungsi lini suatu
organisasi, kedudukannya independen dari auditee. Auditor internal wajib memberikan informasi bagi manajemen
pengambil keputusan yang berkaitan dengan operasional perusahaan. Sehingga dukungan dari manajemen informasi dari
auditor internal tidak banyak dimanfaatkan oleh pihak eksternal karena independensinya terbatas tidak
independen bagi pihak eksternal, hal inilah yang membedakan auditor internal dan akuntan publik
Rahayu dan Suhayati, 2010. 3 Auditor Pemerintah Government Auditor
Auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di instansi pemerintahan yang tugas utamanya adalah melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan dari berbagai unit organisasi
21 dalam pemerintahan. Audit ini mencakup audit laporan
keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Laporan audit ini diserahkan kepada kongres, dalam hal ini adalah Dewan
Perwakilan Rakyat. Rahayu dan Suhayati 2010 menyatakan aktivitas yang dilakukan oleh auditor pemerintah adalah:
a Audit keuangan financial audit yang terdiri atas audit laporan keuangan dan audit atas hal-hal yang berkaitan
dengan keuangan. b Audit kinerja performance audit yang terdiri atas audit
ekonomi dan efisiensi operasi organisasi dan duti atas program pemerintah dan BUMN efektifitas.
4 Auditor Pajak Auditor pajak bekerja pada Direktorat Jenderal Pajak yang
berada dibawah
Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.Auditor pajak mempunyai tanggung jawab terhadap
pelaksanaan pada pembayaran pajak oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan perpajakan. Lingkup pekerjaannya adalah
melakukan audit terhadap wajib pajak tertentu untuk menilai apakah telah sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan.
d. Tujuan Audit
Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material posisi keuangandan hasil
22 usaha serta arus kas apakah telah sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Untuk mencapain tujuan ini auditor perlu menghimpun
bukti kompeten
yang cukup,
auditor perlu
mengidentifikasi dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan.
Tujuan spesifik audit ditentukan berdasarkan asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan meliputi asersi manajemen yang bersifat eskplisit maupun implisit. Auditing Standards Board ASB
AU 326.03 SAS 31 dalam Nasution 2010 telah mengakui lima kategori asersi laporan keuangan sebagai berikut:
1 Keberadaan dan keterjadian existence and ocurance 2 Kelengkapan completeness
3 Hak dan kewajiban right and obligation 4 Penilaian dan pengalokasian valuation and allocation
5 Penyajian dan pengungkapan presentation and disclosure
e. Standar Audit
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSA No.1 SA Seksi 150 adalah sebagai
berikut:
23 1 Standar Umum
a Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor. b Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan seksama. 2 Standar Pekerjaan Lapangan
a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan,
dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
24 3 Standar Pelaporan
a Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia. b Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika
ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan
periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor. d Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
3. Pemberian Opini Audit
Opini auditor merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor tentang kewajaran penyajian lapoaran keuangan perusahaan tempat
auditor melakukan audit. Ikatan Akuntan Indonesia 2012 menyatakan bahwa: “Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
25 pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal jika nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan,
laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab auditor bersangkutan”.
Terdapat lima opini atau pendapat yang mungkin diberikan oleh akuntan publik atas laporan keuangan yang diauditnya. Pendapat-
pendapat tersebut adalah: Unqualified Opinion pendapat wajar tanpa pengecualian, Unqualified with Explanatory Paragraph or Modified
Wording pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku, Qualified Opinion
pendapat wajar dengan pengecualian, Adverse Opinion pendapat tidak wajar, dan Disclaimer of Opinion pernyataan tidak memberikan
pendapat.
4. Independensi