Uji Koefisien Determinasi R Uji Signifikansi Parameter Individual Uji Statistik t

89 Tabel 4.16 menunjukkan bahwa nilai signifikansi t sebesar 0,808; 0,504; 0,293; 0,085. Tingkat probabilitas di atas 5 tersebut berarti tidak ada indikasi heteroskedastisitas dalam model regresi.

4. Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda multiple regression analysis, yaitu:

a. Uji Koefisien Determinasi R

2 Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan model variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen. Tabel 4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi R 2 Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.17 menunjukkan nilai adjusted R 2 sebesar 0,357. Hal ini menandakan bahwa variabel Independensi, Keahlian, Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .629 a .396 .357 2.866 a. Predictors: Constant, Skeptisme Profesional, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing, Keahlian, Independensi b. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini Audit 90 Pengetahuan Akuntansi dan Auditing, serta Skeptisme Profesional bisa menjelaskan 35,7 variasi variabel Ketepatan Pemberian Opini Audit. Sedangkan 64,3 sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini.

b. Uji Signifikansi Parameter Individual Uji Statistik t

Uji t dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara individu memiliki dampak yang signifikan terhadap variabel dependen, serta untuk membuktikan variabel mana yang paling dominan. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.18, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka H a diterima dan menolak H . Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H diterima dan menolak H a . Tabel 4.18 dibawah ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan akuntansi dan auditing serta variabel skeptisme profesional berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap variabel ketepatan pemberian opini audit, namun variabel independensi dan keahlian tidak berpengaruh terhadap variabel k e t e p a t a n p e m b e r i a n o p i n i a u d i t . Variabel independensi, keahlian, pengetahuan akuntansi dan auditing, serta skeptisme profesional mempunyai tingkat 91 signifikansi sebesar 0,110; 0,296; 0,040; 0,015. Hasil Uji Statistik t dapat dilihat dalam tabel 4.18 berikut ini: Tabel 4.18 Hasil Uji Statistik t Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh independensi terhadap ketepatan pemberian opini audit Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel independensi mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,110. Hal ini berarti menolak H 1 , maka dapat disimpulkan bahwa variabel independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit karena tingkat Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 11.989 4.742 2.528 .014 Independensi .158 .097 .192 1.620 .110 Keahlian .158 .150 .123 1.055 .296 Pengetahuan Akuntansi dan Auditing .231 .111 .243 2.093 .040 Skeptisme Profesional .410 .164 .285 2.497 .015 a. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini Audit 92 signifikansi yang dimiliki variabel independensi lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriah, et. al. 2009 yang menyatakan bahwa kualitas hasil pemeriksaan, atau dengan kata lain opini audit, tidak dipengaruhi oleh independensi auditor. Hasil penelitian tidak signifikan disebabkan karena pada saat penyusunan program pemeriksaan masih ada intervensi pimpinan untuk menentukan, mengeliminasi, atau memodifikasi bagian-bagian tertentu yang akan diperiksa, serta intervensi atas prosedur- prosedur yang dipilih oleh auditor Sukriah, et. al., 2009. Tudingan pelanggaran independen dalam penampilan sering terjadi. Setidaknya terdapat dua hal penyebab pelanggaran ini yaitu: pertama, kantor akuntan publik melakukan multi service pada klien yang sama dan kedua, tidak ada batasan lamanya kantor akuntan publik yang sama melakukan audit pada klien yang sama Christiawan, 2002. Beberapa bukti penelitian menyatakan bahwa pemakai laporan percaya jumlah consulting service yang besar akan menurunkan independensi auditor AAA Financial Accounting Standard Committee, 2000 dalam Christiawan, 2002. Sebab lainnya bahwa sebagian akuntan 93 publik tidak melakukan rotasi terhadap audit partnernya dan di sisi lain perusahaan tidak memiliki kebijakan untuk merotasi akuntan publiknya Christiawan, 2002. Berbeda dengan hasil penelitian Mayangsari 2002 serta Yuskar dan Devisia 2011 yang menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh terhadap pemberian opini audit oleh akuntan publik. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan karakteristik responden, baik dari segi jumlah ataupun wilayah. Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh keahlian terhadap ketepatan pemberian opini audit Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel keahlian mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,296. Hal ini berarti menolak H 2 , maka dapat disimpulkan bahwa variabel keahlian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel keahlian lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Gusti dan Ali 2008 serta Sabrina dan Januarti 2012 bahwa keahlian tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit. Namun 94 bertolak belakang dengan hasil penelitian Mayangsari 2003 dan Suraida 2005. Simamora 2002 dalam Sabrina dan Januarti 2012 menyatakan keahlian ditentukan oleh pendidikan kesarjanaan formal, pelatihan dan partisipasi dalam program edukasi yang berkelanjutan selama karir profesi, semakin tinggi tingkat pendidikan kesarjanaan formalnya maka semakin tepat dalam melaksanakan prosedur audit sehingga opini yang diberikan tepat. Alasan tidak signifikannya variabel keahlian menurut dugaan Sabrina dan Januarti 2012, adalah karena sebagian besar responden berpendidikan S1 sehingga tidak semahir auditor berpendidikan S2 dalam memberikan opininya. Kondisi ini sama seperti yang terjadi pada penelitian ini, dimana jumlah responden sebesar 91 adalah S1, sedangkan jumlah responden dengan pendidikan S2 hanya sebesar 4,5. Hasil penelitian ini didukung oleh Gusti dan Ali 2008. Menurut Gusti dan Ali 2008, hasil penelitian mereka dengan menggunakan keahlian sebagai variabel independen menyatakan bahwa keahlian audit mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik, sehingga belum tentu auditor yang 95 memiliki keahlian audit yang baik dapat menemukan temuan audit yang akan diungkapkan dalam bentuk opini auditor secara baik. Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh pengetahuan akuntansi dan auditing terhadap ketepatan pemberian opini audit Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel pengetahuan akuntansi dan auditing mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,040. Hal ini berarti menerima H 3 , maka dapat disimpulkan bahwa variabel pengetahuan akuntansi dan auditing berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pengetahuan akuntansi dan auditing lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tindakan dan keputusan yang diambil auditor dalam melakukan audit adalah berdasarkan pengetahuan akuntansi dan auditing yang dimiliki. Hal itu dikarenakan pekerjaan tersebut tidak lepas dari akuntansi dan auditing maka pengetahuan yang baik tentang akuntansi dan auditing merupakan syarat yang utama, sebab auditor tidak akan dapat menjalankan pekerjaan tersebut tanpa dilandasi dengan pengetahuan yang baik. 96 Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nataline 2007, serta Mardisar dan Sari 2007 bahwa pengetahuan akuntansi dan auditing berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor atau dengan kata lain berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seorang auditor maka semakin tinggi pula ketepatan pemberian opini audit yang dihasilkan dan dapat bermanfaat bagi para pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan. Hasil Uji Hipotesis 4: Pengaruh skeptisme profesional terhadap ketepatan pemberian opini audit Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel skeptisme profesional mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,015. Hal ini berarti menerima H 4 , maka dapat disimpulkan bahwa variabel sketisme profesional berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel skeptisme profesional lebih kecil dari 0,05. Skeptisme profesional auditor adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara skeptis terhadap bukti audit 97 Gusti dan Ali, 2008. Skeptisme profesional dapat dilatih oleh auditor dalam melaksanakan tugas audit, pemberian opini audit akuntan harus didukung oleh bukti audit kompeten yang cukup, dimana dalam mengumpulkan bukti audit auditor harus senantiasa menggunakan skeptisme profesionalnya yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit SPAP, 2001 agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai dasar dalam pemberian opini akuntan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suraida 2005, serta Gusti dan Ali 2008 bahwa skeptisme profesional berpengaruh signifikan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit.

c. Uji Signifikansi Simultan Uji Statistik F

Dokumen yang terkait

Pengaruh Keahlian Audit Dan Audit Judgment Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Oleh Akuntan Publik Dengan Pengalaman Sebagai Variabel Moderating

0 11 187

PENGARPENGAL Pengaruh Skeptisisme, Independensi, Situasi Audit Dan Pengalaman Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan Publik (Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Semarang).

0 1 17

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH AKUNTAN PUBLIK.

0 2 8

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, ETIKA, PENGALAMAN DAN KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor, Etika, Pengalaman Dan Keahlian Audit Dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan Publik Di Kota Surakarta.

0 1 12

PENDAHULUAN Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor, Etika, Pengalaman Dan Keahlian Audit Dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan Publik Di Kota Surakarta.

0 0 10

Pengaruh Skeptisisme Profesional, Audit, Etika, Keahlian dan Pengalaman terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Auditor (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Ernst & Young).

2 11 21

PENGARUH PENGALAMAN, KEAHLIAN, SITUASI AUDIT, ETIKA, GENDER DAN INDEPENDENSI TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR MELALUI SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR

1 1 16

Pengaruh pengalaman auditor dan keahlian Auditor terhadap ketepatan Pemberian opini audit - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

PENGARUH SKEPTISME PROFESIONAL, SITUASI/ RESIKO AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN, KEAHLIAN, DAN INDEPENDENSI TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDIT OLEH AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SEMARANG - Unika Repository

0 0 14

Skripsi PENGARUH SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, KEAHLIAN, PENGALAMAN, DAN SITUASI AUDIT TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI

0 0 14