Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Akuntan publik merupakan auditor independen yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya. Tugas akuntan publik adalah memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI Sari, 2011. Laporan keuangan memiliki peran penting dalam dunia bisnis. Hal ini disebabkan laporan keuangan dapat mencerminkan bagus tidaknya posisi suatu perusahaan sehingga dapat menentukan keberlangsungan suatu perusahaan going concern. Laporan keuangan suatu perusahaan pasti membutuhkan jasa seorang akuntan publik auditor untuk memeriksa laporan keuangan tersebut. Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau menemukan kecurangan, walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan ditemukannya kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan atas laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia Agoes, 2007. Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk 2 meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan opini audit yang dapat diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Meningkatnya persaingan tersebut membuat para akuntan publik menjadi lebih sulit berperilaku secara professional, dan membuat banyak kantor akuntan publik lebih berkepentingan untuk mempertahankan klien dan laba yang besar Mayasari, 2011. Seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata-mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk pihak lain yang bekepentingan terhadap laporan keuangan auditan. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya, akuntan publik dituntut untuk memiliki sikap independensi dan kompetensi yang memadai Herawaty dan Susanto, 2009. Akuntan publik bertugas untuk membuktikan kewajaran suatu laporan keuangan klien dan tidak memihak kepada siapapun karena akuntan publik tidak hanya mendapatkan kepercayaan dari klien tetapi juga pihak ketiga. Seringkali kepentingan klien dan pihak ketiga bertentangan atau dengan kata lain terjadi situasi konflik audit. Ketika terjadi situasi konflik audit inilah auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan pihak ketiga dengan cara mempertahankan independensinya. Klien mungkin saja melakukan penghentian penugasan bila auditor menolak memenuhi keinginannya. Hal ini menunjukan bahwa, kesadaran moral auditor memainkan peran penting dalam mengambil keputusan akhir. Seorang auditor harus tetap profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinannya 3 Arens, et. al., 2008. Auditor yang dianggap telah melakukan kesalahan maka akan mengakibatkan mereduksinya kepercayaan klien. Hal ini dikarenakan klien merupakan pihak yang mempunyai pengaruh besar terhadap auditor. Kurangnya independensi auditor dan maraknya rekayasa laporan keuangan korporat, telah menurunkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan, sehingga para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditor mempertanyakan eksistensi akuntan publik sebagai pihak yang independen. Beberapa kasus dalam dunia bisnis terkait kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan terbukti dengan adanya beberapa skandal keuangan yang melibatkan akuntan publik seperti Enron, Xerox, World Com, Walt Disney, Merck, dan Tyco. Kasus yang belum lama terjadi yakni skandal keuangan yang terjadi pada Olympus Corp., sebuah perusahaan produsen kamera dan peralatan kesehatan asal Jepang, yang terungkap pada akhir tahun 2011. Olympus Corp., telah menyembunyikan kerugian dengan menganggapnya sebagai aset sejak tahun 1990-an. Kasus ini mencuat setelah dewan Olympus memecat CEO mereka, Michael C. Woodford, yang baru menjabat selama enam bulan, karena terus mendesak dilakukannya penyelidikan internal terkait transaksi mencurigakan biaya advisory penasihat keuangan sebesar 687 juta dollar AS atas transaksi akuisisi senilai 2,2 miliar dollar AS . Setelah dipecat, Woodford membeberkan dokumen yang mengungkap besarnya biaya penasihat keuangan yang dibayar Olympus untuk mengakuisisi perusahaan alat kesehatan asal Inggris, Gyrus, 4 pada 2008 lalu. Reuters mencatat biaya 687 juta dollar AS atau sekitar 6 triliun rupiah itu sebagai biaya penasihat keuangan terbesar yang pernah ada. Jumlah biaya penasihat keuangan yang dikeluarkan Olympus itu mencapai sepertiga dari total nilai akuisisinya, atau hampir 30 kali lipat dari biaya advisory yang biasanya berlaku di pasar modal, sekitar 1 hingga 5 persen. Diketahui kemudian bahwa kesepakatan itu dilakukan untuk menyembunyikan kerugian indonesiafinancetoday.com, 2011; koran-jakarta.com, 2011. Auditor Olympus pada 1990-an adalah Arthur Andersen afiliasi Jepang, yang dulu adalah salah satu dari perusahaan akuntan Big Five. Setelah Andersen runtuh pada 2002, KPMG mengakuisisi unit perusahaan ini di Jepang, kemudian berganti nama menjadi Asahi Co. Sejak saat itu, audit Olympus diambil alih oleh Asahi Co. KPMG masih menjadi auditor hingga 2009. Olympus kemudian beralih ke Ernst Young pada akhir tahun tersebut indonesiafinancetoday.com, 2011. Financial Times bulan Oktober 2011 melaporkan ada yang janggal dengan opini KPMG terkait pembukuan Olympus. Tidak ada perselisihan antara KPMG dan Olympus yang diungkap ke publik, namun kemudian terkuak dalam artikel 4 November 2011 di Daily Telegraph. Begitu pula dengan opini Ernst Young yang tidak mengungkap terjadi masalah. Laporan audit terbaru yang ditandatangani pada 28 Juni 2011 menyebutkan laporan keuangan yang sudah diaudit hanya untuk tahun fiskal 5 2010 dan 2011. Sementara laporan keuangan 2009 diaudit oleh auditor lain indonesiafinancetoday.com, 2011. Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat dilihat bahwa tidak hanya Arthur Andersen, melainkan KPMG dan Ernest Young juga tidak cukup kompeten dalam mengaudit Olympus Corp., karena kegagalan dalam mendekteksi maupun mengungkapkan kecurangan laporan keuangan mereka. Kegagalan tersebut bisa terjadi karena kurangnya independensi, keahlian, pengetahuan, ataupun skeptisme auditor dalam mengaudit laporan keuangan. Contoh kasus di Indonesia seperti yang dikemukakan beberapa tahun silam adalah kasus mark-up laporan keuangan PT. Kimia Farma 2001 yang overstated di mana terjadi penggelembungan laba bersih tahunan senilai Rp. 32,668 miliar, telah menyebabkan tuntutan pengadilan terhadap sebuah Kantor Akuntan Publik KAP yang menjadi auditor perusahaan tersebut. Selain itu di tahun 2001 kasus penggelapan pajak oleh KAP “KPMG Sidharta Harsono” yang menyarankan kepada kliennya PT. Easman Christensen untuk melakukan penyuapan kepada aparat perpajakan Indonesia untuk mendapatkan keringanan atas jumlah kewajiban pajak yang harus dibayarkan Ludigdo, 2006. BPKP juga menemukan bahwa 10 KAP yang mengaudit 37 bank bermasalah bank penerima BLBI, bank-bank beku usaha BBU dan bank beku operasi BBO melanggar Standar Profesional Akuntan Publik SPAP. Dengan indikasi KAP tidak melakukan pengujian yang memadai, dokumentasi audit kurang memadai dan tak memahami peraturan perbankan. 6 Berdasarkan kasus-kasus di atas dan kemudian dihubungkan dengan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, akuntan seolah menjadi profesi yang haruspaling bertanggung jawab. Hal ini disebabkan karena peran pentingnya akuntan dalam masyarakat bisnis. Akuntan publik bahkan dituduh sebagai pihak yang paling besar tanggungjawabnya atas kemerosotan perekonomian Indonesia Ludigdo, 2006. Secara umum auditing merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan- pernyataan tentang kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil audit inilah, kemudian auditor menarik sebuah kesimpulan dan menyampaikan kesimpulan tersebut kepada pemakai yang berkepentingan. Jasa yang diberikan oleh auditor dalam bidang auditing adalah melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan opini apakah laporan keuangan perusahaan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan SAK yang telah ditetapkan. Hasil akhir dari proses audit laporan keuangan perusahaan adalah berupa pemberian opini auditor, yang dalam penulisan selanjutnya ditulis opini audit. Pemberian opini audit yang tepat dan sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik SPAP sangat penting agar hasil audit tidak menyesatkan para pengguna yang berkepentingan 7 pimpinan perusahaan, pemegang saham, pemerintah, kreditur dan karyawan dalam pengambilan keputusan, oleh karena itu audit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Begitu pentingnya opini yang diberikan oleh auditor bagi sebuah perusahaan, maka seorang auditor disyaratkan memiliki independensi dan keahlian yang baik agar mampu mengumpulkan dan menganalisa bukti- bukti audit sehingga dapat memberikan opini yang tepat. Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary 1983 yang dikutip dalam Desyanti dan Ratnadi 2006 mendefinisikan keahlian merupakan keterampilan dari seorang ahli. Ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman. Hayes Roth dkk 1983 dalam Desyanti dan Ratnadi 2006 mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah-masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut, dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Keahlian auditor tentang audit akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman bekerja. Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja. Menurut pendapat Tubbs 1992 dalam Noviyani dan Bandi 2002 jika seorang auditor berpengalaman, maka 1 auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan, 2 auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan, 3 auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim, 8 dan 4 hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol. Komponen keahlian berdasarkan model yang dikembangkan oleh Abdol Mohammadi dkk 1992 dalam Desyanti dan Ratnadi 2006 dapat dibagi menjadi 1 komponen pengetahuan knowledge component yang meliputi komponen seperti pengetahuan terhadap fakta- fakta, prosedur, dan pengalaman; 2 ciri-ciri psikologis pshycological traits yang ditujukan dalam komunikasi, kepercayaan, kreativitas, dan kemampuan bekerja dengan orang lain; 3 kemampuan berpikir untuk mengakumulasikan dan mengolah informasi; 4 strategi penentuan keputusan, baik formal maupun informal; dan 5 analisis tugas yang dipengaruhi oleh pengalaman audit yang mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit, yaitu pengetahuan akuntansi dan auditing. Akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi Nataline, 2007. Pengetahuan sangat penting untuk dimiliki oleh semua auditor, terlebih pengetahuan di bidang akuntansi dan auditing. Kedua pengetahuan tersebut merupakan dasar yang penting yang menjadi modal selama mereka bekerja sebagai seorang akuntan terlebih pada saat melakukan pengauditan atas laporan keuangan klien. Para auditor di Jakarta umumnya saat melakukan pengauditan dihadapkan pada penguasaan 9 kedua pengetahuan tersebut dan menerapkannya dalam praktiknya. Kualitas audit yang baik akan mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit. Auditor harus senantiasa menggunakan skeptisme profesionalnya dalam mengumpulkan bukti audit. Sehingga tujuan auditor untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup dan memberikan basis yang memadai dalam merumuskan pendapat dapat tercapai dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh SEC Securities and Exchange Commissions menemukan bahwa urutan ketiga dari penyebab kegagalan audit adalah tingkat skeptisme professional yang kurang memadai. 40 kasus audit yang diteliti SEC, 24 kasus 60 diantaranya terjadi karena auditor tidak menerapkan tingkat skeptisme profesional yang memadai. Skeptisme berasal dari kata skeptis yang berarti kurang percaya atau ragu-ragu KBBI, 2005. Skeptisme profesional auditor adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara skeptis terhadap bukti audit Gusti dan Ali, 2008. Seorang auditor yang skeptis tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan. Skeptisme profesional auditor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain independensi, keahlian, pengalaman, situasi audit yang dihadapi dan etika. Audit atas laporan keuangan berdasarkan atas standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisisme profesional SPAP, 2012. Skeptisme profesional 10 akan terasah oleh auditor dalam pengalamannya melaksanakan tugas audit dan dalam mengumpulkan bukti yang cukup untuk mendukung atau membuktikan asersi manajemen. Sikap skeptis dari auditor ini diharapkan dapat mencerminkan keahlian profesional dari seorang auditor. Selanjutnya keahlian profesional auditor diharapkan akan mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh auditor, sehingga secara tidak langsung skeptisisme profesional auditor ini akan mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Selain itu, dengan sikap skeptisisme profesional auditor ini, auditor diharapkan dapat melaksanakan tugasnya sesuai standar yang telah ditetapkan, menjunjung tinggi kaidah dan norma agar kualitas audit dan citra profesi auditor tetap terjaga. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Sabrina dan Januarti 2012 tentang pengaruh pengalaman, keahlian, situasi audit, etika dan gender terhadap ketepatan pemberian opini audit melalui skeptisme profesional auditor studi kasus pada KAP Big Four di Jakarta. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut yaitu mengurangi variabel pengalaman, situasi audit, etika dan gender, lalu menggantinya dengan variabel independensi Yuskar dan Devisia, 2011 serta pengetahuan akuntansi dan auditing Mardisar dan Sari, 2007, lalu mengganti variabel moderating skeptisme profesional auditor menjadi variabel bebas atau independen. Beradasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan beberapa variabel yang berbeda dari penelitian 11 terdahulu. Penulis mengharapkan penelitian ini akan dapat menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit. Untuk itu penulis akan memberikan judul penelitian: Pengaruh Independensi, Keahlian, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing serta Skeptisme Profesional terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit oleh Akuntan Publik.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh Keahlian Audit Dan Audit Judgment Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Oleh Akuntan Publik Dengan Pengalaman Sebagai Variabel Moderating

0 11 187

PENGARPENGAL Pengaruh Skeptisisme, Independensi, Situasi Audit Dan Pengalaman Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan Publik (Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Semarang).

0 1 17

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH AKUNTAN PUBLIK.

0 2 8

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, ETIKA, PENGALAMAN DAN KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor, Etika, Pengalaman Dan Keahlian Audit Dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan Publik Di Kota Surakarta.

0 1 12

PENDAHULUAN Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor, Etika, Pengalaman Dan Keahlian Audit Dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan Publik Di Kota Surakarta.

0 0 10

Pengaruh Skeptisisme Profesional, Audit, Etika, Keahlian dan Pengalaman terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Auditor (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Ernst & Young).

2 11 21

PENGARUH PENGALAMAN, KEAHLIAN, SITUASI AUDIT, ETIKA, GENDER DAN INDEPENDENSI TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR MELALUI SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR

1 1 16

Pengaruh pengalaman auditor dan keahlian Auditor terhadap ketepatan Pemberian opini audit - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

PENGARUH SKEPTISME PROFESIONAL, SITUASI/ RESIKO AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN, KEAHLIAN, DAN INDEPENDENSI TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDIT OLEH AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SEMARANG - Unika Repository

0 0 14

Skripsi PENGARUH SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, KEAHLIAN, PENGALAMAN, DAN SITUASI AUDIT TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI

0 0 14