Good Corporate Governance Dalam Etika Bisnis Perusahaan

yang mendukung perlunya tanggung jawab sosial dilaksanakan oleh perusahaan yaitu: 143 1. Kebutuhan dan harapan masyarakat yang semakin berubah; 2. Kewajiban moral perusahaan; 3. Terbatasnya sumber-sumber daya; 4. Lingkungan sosial yang lebih baik; 5. Perimbangan tanggung jawab dan kekuasaan; 6. Bisnis mempunyai sumber-sumber daya yang berguna; dan 7. Keuntungan jangka panjang. Oleh karena itu, demi kelangsungan hidup suatu bisnis yang baik untuk jangka panjang, perusahaan mengemban tanggung jawab sosial yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Meksipun dalam kenyataanya, tanggung jawab sosial dapat Bertabrakan dengan prinsip mencari keuntungan, namun justru inilah yang membedakan antara nilai sebuah bisnis yang baik dan tahan lama dari bisnis yang asal-asalan. Bisnis yang baik akan tetap mengindahkan prinsip tanggung jawab, jika perlu dengan mengorbankan keuntungan jangka pendek. Bisnis yang baik selalu mempertimbangkan keuntungan jangka pendek ini dalam rangka keuntungan jangka panjang.

2. Good Corporate Governance Dalam Etika Bisnis Perusahaan

CSR merupakan bagian dari GCG bahwa intinya GCG merupakan suatu sistem, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak 143 A. Sonny Keraf I., Op.cit., 92-96 Universitas Sumatera Utara yang berkepentingan dan menggambarkan 5 lima prinsip GCG yaitu transparency keterbukaan informasi, accuntability akuntabilitas, responsibility pertanggungjawaban, indepandency kemandirian, fairness kesetaraan dan kewajaran. GCG menekankan etika dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan. 144 GCG mencakup segala aturan hukum yang ditujukan untuk memungkinkan suatu perusahaan dapat dipertanggungjawabkan di hadapan pemegang saham dan publik. Istilah GCG juga dapat mengacu pada praktik audit dan prinsip-prinsip pembukuan, dan juga dapat mengacu pada keaktifan pemegang saham. Secara lebih sempit, istilah GCG itu dapat digunakan untuk menggambarkan peran dan praktik dewan direksi. Termasuk pengelolaan perusahaan berkaitan dengan hubungan antara dewan direksi pengelola perusahaan dan pemegang saham, yang didasarkan pada pandangan bahwa dewan direksi merupakan perantara para pemegang saham untuk memastikan suatu perusahaan dikelola demi kepentingan pemegang saham. Hal ini sejalan dengan paradigma bahwa para direksi bertanggung jawab kepada dewan komisaris dan dewan komisaris bertanggung jawab kepada pemegang saham. 145 Seiring dengan perkembangan jaman, juga mendorong masyarakat untuk menjadi semakin kritis dan menyadari hak-hak asasinya, serta berani mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia bisnis Indonesia. Hal ini 144 Yusuf Wibisono., Op.cit., hal. 11-12. 145 Bismar Nasution I., Op. cit., hal. 5. Tata kelola perusahaan yang baik GCG diperlukan agar perilaku bisnis mempunyai arahan yang baik dan beretika. Prinsip responsibility sebagai salah satu dari prinsip GCG merupakan prinsip yang mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan CSR. Penerapan CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep GCG sebagai entitas bisnis yang bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya. Universitas Sumatera Utara menuntut para pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya dengan semakin bertanggung jawab. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya, melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, perubahan-perubahan di lingkungan masyarakat sekitar, pada tingkat kesadaran tertentu memunculkan kesadaran baru tentang pentingnya melaksanakan CSR. Pemahaman itu memberikan pedoman bahwa korporasi atau perusahaan bukan lagi sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja, melainkan suatu entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya. Pengelolaan perusahaan mencakup segala hubungan perusahaan, yaitu hubungan antara modal, produk, jasa dan penyedia sumber daya manusia, pelanggan dan bahkan masyarakat luas. 146 Secara lebih sempit, mencakup hubungan antara perusahaan itu sendiri dengan pembeli saham dan masyarakat. Sedangkan, secara luas istilah pengelolaan perusahaan dapat meliputi kombinasi hukum, peraturan, aturan pendaftaran dan praktik pribadi yang memungkinkan perusahaan menarik modal masuk, berkinerja secara efesien, menghasilkan keuntungan dan memenuhi harapan masyarakat secara umum dan sekaligus kewajiban hukum. 147 Pengelolaan perusahaan dari pandangan sektor swasta dengan menitikberatkan pada apa yang diperlukan oleh suatu pengelolaan untuk menarik 146 Holly J. Gregory., dan Marshal E. Simms., Op. cit., hal. 3-4. 147 Ibid. Laporan tersebut diketuai oleh, Ira M. Millstein. Universitas Sumatera Utara modal. 148 Dalam Laporan Millstein itu disebutkan, intervensi pemerintah dalam masalah pengelolaan perusahaan adalah cara yang paling efektif dalam rangka menarik modal, jika intervensi tersebut difokuskan pada empat bidang. Salah satu bidang di antara tiga bidang lainnya adalah bidang transparansi. Tiga bagian lainnya ialah: 149 1. Pemastian adanya perlindungan atas hak-hak pemilik saham minoritas dan asing, dan pemastian diberlakukannya kontrak yang adil dengan penyedia sumber dayabahan; 2. Pengklarifikasi peran dan tanggung jawab pengelolaan serta usaha-usaha yang dapat membantu memastikan kepentingan pengelolaan dan kepentingan pemilik saham untuk diawasi oleh dewan direksi; 3. Pemastian bahwa perusahaan memenuhi kewajiban hukum dan peraturan lainnya yang menggambarkan penilaian masyarakat adalah bidang transparansi. Prinsip transparansi tersebut menyatakan, bahwa ”kerangka pengelolaan perusahaan harus dapat memastikan bahwa pengungkapan informasi yang akurat atau tepat dilaksanakan berkaitan dengan materi yang menyangkut perusahaan, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan dan kepemimpinan dari suatu perusahaan”. 150 148 Bismar Nasution II., Op. cit., hal. 3. 149 Ibid., hal. 12-13. 150 Ibid, hal. 15. Cetak Biru Pasar Modal Indonesia dibuat Bapepam, juga menetapkan strategi pengembangan pasar modal. Salah satu strategi yang ditekankan, adalah perlu kajian yang mendalam oleh OECD terhadap prinsip-prinsip utama GCG, termasuk prinsip keterbukaan. Upaya mencapai GCG tersebut, juga sesuai dengan pernyataan Bapepam, bahwa salah satu penyebab rentannya perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah lemahnya penerapan GCG. Universitas Sumatera Utara

BAB III PERBANDINGAN PENGATURAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Goveranance dan Motivasi Manajemen Laba Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Food And Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

0 53 92

Mekanisme Good Corporate Governance (GCG), Kinerja Keuangan, Corporate Social Responsibility (CSR), dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 30 100

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 46 93

Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Terkait dengan Sustainable Development

4 89 188

Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2008-2010)

1 28 108

Pengaruh good corporate governance, karakteristik perusahaan dan regulasi pemerintah terhadap pengungkapan corporate social responsibility

2 9 12

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

2 12 74

Peranan Good Corporate Governance dalam Mendorong Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.).

1 2 22

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN GO-PUBLIC DI INDONESIA.

0 0 5

Analisis Terhadap Pengaturan Penanaman Modal Sektor Pertambangan di Indonesia COVER

0 0 13