Adapun manfaat lain yang dapat diperoleh oleh suatu perusahaan yang mengimplementasikan CSR sebagaimana yang disampaikan Bismar Nasution, antara
lain:
198
a. Peningkatan penjualan dan pangsa pasar Increased sales and market share;
b. Memperkuat posisi nama atau merek dagang strengthened brand
positioning; c.
Meningkatkan citra perusahaan Enhanced corporate image and clout; d.
Meningkatkan kemampuan untuk menarik, memotivasi dan mempertahankan pegawai Increased ability to attract, motivate, and retain employees;
e. Menurunkan biaya operasi Decreasing operating cost; dan
f. Meningkatkan daya tarik bagi investor dan analis keuangan Increased appeal
to investors and financial analysts.
Dengan demikian akan tercipta satu ekosistem yang menguntungkan semua pihak true win win situation konsumen mendapatkan produk unggul yang ramah
lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung.
2. Manfaat Pelaksanaan Corporate Social Responsibility Terhadap Masyarakat
Secara umum manfaat CSR adalah peningkatan kualitas hidup mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat
menanggapi keadaan sosial, dapat menikmati, dan memanfaatkan serta memelihara
198
Bismar Nasution I, Op. cit, hal. 3. Untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan program CSR, diperlukan komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari semua pihak yang
peduli terhadap program-program CSR. Program CSR menjadi begitu penting karena kewajiban manusia untuk bertanggung jawab atas keutuhan kondisi-kondisi kehidupan umat manusia di masa
datang. Perusahaaan perlu bertanggung jawab bahwa di masa mendatang tetap ada manusia di muka bumi ini, sehingga dunia tetap harus menjadi manusiawi, untuk menjamin keberlangsungan kehidupan
kini dan di hari esok. CSR akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk menjaga dan meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk loyalitas atau citra
perusahaan. Hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk
berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus-menerus dan berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
lingkungan hidup, dapat juga dikatakan sebagai proses penting pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders secara internal maupun
eksternal.
199
Salah satu yang mempengaruhi lahirnya CSR adalah DEAF Dehumanisasi, Emansiapsi, Aquariumisasi, dan Feminisasi, yang memberikan manfaat sebagai
berikut:
200
a. Dehumanisasi industri. Efisiensi dan mekanisme yang semakin menguat di
dunia industri telah menciptakan persoalan-persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh di perusahaan, maupun bagi masyarakat di sekitar perushaan.
“Merger mania” dan perampingan perusahaan telah menimbulkan gelombang PHK dan pengangguran. Ekspansi dan eksploitasi industri telah melahirkan
ketimpangan sosial, polusi dan kerusakan lingkungan yang hebat.
b. Emansipasi hak-hak publik. Masyarakat kini semakin sadar akan haknya
untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan atas berbagai masalah sosial yang sering kali ditimbulkan oleh beroperasinya perusahaan. Kesadaran ini
semakin menuntut kepedulian perusahaan bukan saja dalam proses produksi, melainkan pula terhadap berbagai dampak sosial yang ditimbulkannya.
c. Aquariumisasi dunia industri. Dunia kerja kini semakin transparan dan
terbuka laksana sebuah akuarium. Perusahaan yang hanya memburu rente ekonomi cenderung mengabaikan hukum, prinsip etis dan filatropis tidak akan
mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak kasus, masyarakat menuntut agar perusahaan seperti ini ditutup;
d. Feminisasi dunia kerja. Semakin banyaknya wanita yang bekerja, semakin
menuntut penyesuaian perusahaan bukan saja terhadap lingkungan internal organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan, keselamatan dan
kesehatan kerja, melainkan pula terhadap timbulnya biaya-biaya sosial, seperti penelantaran anak, kenakalan remaja, akibat berkurangnya atau hilangnya
kehadiran ibu-ibu di rumah dan tentunya di lingkungan masyarakat. Pendirian fasilitas pendidikan, kesehatan dan perawatan anak child care atau pusat-
pusat kegiatan olah raga dan rekreasi bagi remaja adalah berberapa bentuk respon terhadap isu ini.
199
Erni. R. Ernawan, Loc. cit., hal. 110
200
Edi Suharto., Op. cit., hal. 105-106.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar perusahaan di Indonesia menjalankan CSR melalui kerja sama dengan mitra lain, seperti LSM, perguruan tinggi atau lembaga konsultan. Beberapa
perusahaan ada pula yang bergabung dalam sebuah konsorsium untuk secara bersama-sama menjalankan CSR. Beberapa perusahaan bahkan ada yang
menjalankan kegiatan serupa CSR, meskipun tim dan programnya tidak secara jelas berbendera CSR.
201
Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum adalah pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan masyarakat miskin di
negara-negara berkembang. Pendekatan CSR yang berdasarkan motivasi karitatif dan kemanusiaan ini pada umumnya dilakukan secara adhoc, partial, dan tidak
melembaga. CSR pada tataran ini hanya sekadar do good dan to look good, berbuat baik agar terlihat baik. Perusahaan yang melakukannya termasuk dalam kategori
”perusahaan impresif”, yang lebih mementingkan ”tebar pesona” promosi ketimbang ”tebar karya” pemberdayaan.
202
201
Ibid., hal. 45.
202
http:en.wikipedia.orgwikiCorporatesocialresponsibility, diakses terakhir tanggal 2 Januari 2010. Semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai pendekatan semacam itu, karena
tidak mampu meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal. Pendekatan Community Development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep empowerment dan
sustainable development. Prinsip-prinsip GCG, seperti fairness, transparency, accountability, dan responsibility kemudian menjadi pijakan untuk mengukur keberhasilan program CSR. Sebagai contoh,
Shell Foundation di Flower Valley, Afrika Selatan, membangun Early Learning Centre untuk membantu mendidik anak-anak dan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru bagi orang
dewasa di komunitas itu. Di Indonesia, perusahaan-perusahaan seperti Freeport, Rio Tinto, Inco, Riau Pulp, Kaltim Prima Coal, Pertamina serta perusahaan BUMN lainnya telah cukup lama terlibat dalam
menjalankan CSR. Kegiatan CSR yang dilakukan saat ini juga sudah mulai beragam, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat berdasarkan needs assessment. Mulai dari pembangunan
fasilitas pendidikan dan kesehatan, pemberian pinjaman modal bagi UKM, social forestry, penakaran kupu-kupu, pemberian beasiswa, penyuluhan HIVAIDS, penguatan kearifan lokal, pengembangan
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat terutama komunitas lokal sangat menentukan dalam upaya perusahaan memperoleh rasa aman dan kelancaran dalam berusaha, Peran serta
mereka merupakan salah satu kunci sukses dalam penerapan program CSR. Bentuk peran serta masyarakat yang diharapkan adalah memberikan informasi, saran dan
masukan atau pendapat untuk menentukan program yang akan dilakukan, Bentuk peran serta ini, bisa langsung oleh masyarakat atau melalui perwakilan dari seluruh
komunitas lokal yang ada, seperti LSM, perguruan tinggi, kelompok pemuda dan mahasiswa, tokoh agama dan masyarakat, kelompok-kelompok keperempuan, serta
yang tidak kalah penting yaitu masyarakat adat. Jika pilihan perwakilan menjadi konsensus bersama, maka masyarakat harus pula turut serta mengontrol penerapan
CSR. Komunitas lokal harus dipandang sebagai satu kesatuan dengan perusahaan yang dapat memberikan manfaat timbal balik.
Sebaliknya perusahaan memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada warga lokal untuk menjadi pekerja dan menawarkan kepada kontraktorrekanan lokal untuk
menjadi mitra kerja. Kendatipun memang sering ditemui bahwa penduduk lokal umumnya mempunyai budaya kerja, ketrampilan dan pendidikan yang rendah serta
masih sulit dibentuk, namun setidaknya untuk porsi tenaga kerja non skill mungkin masih bias dipertimbangkan.
203
Pemerintah dan masyarakat, tidak hanya
skema perlindungan sosial berbasis masyarakat dan seterusnya. CSR pada tataran ini tidak sekadar do good dan to look good, melainkan pula to make good, menciptakan kebaikan atau meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
203
Yusuf Wibisono, Op. cit., hal. 112. Perusahaan dapat memperoleh dukungan minimal license to operate dari warga. Hubungan timbal balik inilah yang menjadi perhatian dalam program
CSR.
Universitas Sumatera Utara
memposisikan perusahaan secara terus-menerus sebagai sinterklas yang selalu akan datang memberikan uang dan atau barang. Karena hal ini dikhawatirkan dapat
melahirkan kebergantungan. Tetapi, bagaimana mengupayakan perusahaan sebagai mitra untuk membangun komunitas dalam mencapai kemajuan dan kemaslahatan
bersama. Rogovsky, menyatakan keterlibatan komunitas-perusahaan sebagai berikut
dapat memberikan sejumlah manfaat yang diharapkan oleh komunitas yang sebaiknya dipahami oleh perusahaan yang beroperasi di wilayah sekitarnya antara
lain:
204
1 Income pendapatan. Komunitas mengharapkan adanya perputaran uang
melalui gaji atau upah sebagai karyawan, atau melalui pembelian kebutuhan perusahaan atau kebutuhan karyawan pada komunitas di sekitarnya;
2 Kontribusi perusahaan. Kontribusi yang dapat diberikan oleh perusahaan
dapat berupa bantuan seperti pembangunan fasilitas umum fasum atau sarana atau prasarana umum seperti sarana ibadah, sekolah, taman bermain,
sarana olah raga dan lainnya, memberikan bea siswa, sumbangan atau bantuan atau hadiah pada berbagai kegiatan, dan bentuk pemberdayaan kepada
komunitas; dan
3 Kebanggaan. Banyak tempat yang diasosiasikan dengan keberadaan suatu
perusahaan, misalnya ketika menyebut kota Kediri orang akan mudah mengingat sebuah perusahaan rokok, menyebut kota Gresik imajinasi akan
mengantarkan kita pada perusahaan semen, dan perusahaan pupuk.
Dalam menerapkan konsep CSR, dapat dilakukan secara bersama-sama yang artinya, perusahaan mengajak pemerintah dan perwakilan masyarakat dalam
mengkonsep serangkaian proses, sejak desain atau perencanaan program, implementasi program, monitoring program evaluasi program hingga membuat
204
Ibid., hal. 115.
Universitas Sumatera Utara
pelaporan reporting. Atau dengan kata lain, melakukan siklus PDCA Plan, Do, Check, Action. Hal ini diharapkan, agar program CSR yang digagas secara bersama-
sama dapat berjalan secara nyata, bermanfaat, efektif, dan berjangka panjang.
205
C. Pelaksanaan CSR di Indonesia Sebagai Pemenuhan GCG Untuk