BAB II TINJAUAN TENTANG CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
A. Corporate Social Responsibility CSR
CSR dalam sejarah modern dikenal sejak Howard R. Bowen menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibilities of The Businessman pada era 1950-1960 di
Amerika Serikat. Pengakuan publik terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang beliau kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai Bapak
CSR. Bahkan dalam dekade 1960-an, pemikiran Howard terus dikembangkan oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Davis yang memperkenalkan
konsep Iron Law of Social Responsibility.
87
Suhandari M. Putri mengenai CSR menyatakan adalah, ”Komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi
dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian
terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan”.
88
Pada dasarnya, CSR merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap para pemangku kepentingan stakeholders, dan juga tanggung jawab perusahaan terhadap
para pemegang saham shareholders. Sebenarnya hingga pada saat ini mengenai pengertian CSR masih beraneka ragam dan memiliki perbedaan defenisi antara satu
dengan yang lainnya. Secara global bahwa CSR adalah suatu komitmen perusahaan
87
Hendrik Budi Untung., Op. cit., hal. 37.
88
Suhandari M. Putri., Op. cit, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. CSR
berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”, dimana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan
keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk
saat ini maupun untuk jangka panjang.
89
Defenisi CSR menurut Edi Suharto, adalah “kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya profit bagi kepentingan pembangunan
manusia people dan lingkungan planet secara berkelanjutan berdasarkan prosedur procedure yang tepat dan profesional”.
90
Defenisi CSR menurut Ismail Solihin, adalah “salah satu dari bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pemangku
kepentingan stakeholders”.
91
CSR dalam buku Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama dalam bukunya yang berjudul “Resiko Hukum Bisnis Perusahaan Tanpa
CSR”, belum mendefenisikan CSR dengan pendapat sendiri, tetapi dalam buku tersebut mendefenisikan CSR merujuk kepada isi Pasal 1 Butir 3 UUPT, dimana
89
http:id.wikipedia.orgwikiTanggung_jawab_sosial_perusahaan, diakses terakhir tanggal 10 Juni 2010.
90
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri, Memperkuat CSR, Bandung: CV. Alfabeta, 2009, hal. 105.
91
Ismail Solihin., Op. cit., hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
bahwa TJSL merupakan suatu kewajiban.
92
Sehubungan dengan itu, Reza Rahman memberikan 3 tiga defenisi CSR sebagai berikut:
93
1. Melakukan tindakan sosial termasuk kepedulian terhadap lingkungan hidup,
lebih dari batas-batas yang dituntut dalam peraturan perundang-undangan; 2.
Komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan
kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat yang lebih luas; dan
3. Komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas setempat local dan masyarakat secara
keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup;
CSR menurut Merrick Dodd menyatakan, bahwa CSR adalah “suatu pengertian terhadap para buruh, konsumen dan masyarakat pada umumnya dihormati
sebagai sikap yang pantas untuk diadopsi oleh pelaku bisnis….”
94
. Saleem Sheikh menjelaskan bahwa “CSR merupakan tanggung jawab perusahaan, apakah bersifat
sukarela atau berdasarkan undang-undang, dalam pelaksanaan kewajiban sosial- ekonomi di masyarakat”. Salem Sheikh mengamati bahwa CSR meliputi 2 dua hal
yang utama dalam corporate philanthropy filantropi korporasi, yang Pertama, perusahaan melakukan peranan jasa sosial, Kedua, melaksanakan trusteeship
principle prinsip perwalian, dimana direksi bertindak sebagai wali bagi pemegang saham, kreditur, buruh, konsumen dan komunitas yang lebih luas.
92
Gunawan Widjaja., dan Yeremia Ardi Pratama., Loc. cit, hal. 7.
93
Reza Rahman., Op. cit., hal. 10.
94
Halyani Hj Hassan., Corporate Social Responsibility, Makalah disampaikan pada 5
th
Asian Law Institute Conference, tanggal 22-23 Mei 2008, di Singapura, hal. 1 Halyani Hj. Hassan juga
berpendapat bahwa CSR harus didukung dan dilihat sebagai suatu konsekuensi alamiah bagi perseroan terbatas dan kepribadian hukum yang terpisah.
Universitas Sumatera Utara
Ramon Mullerat menggambarkan CSR sebagai konsep bahwa perusahaan secara sukarela sebagai penghargaan kepada stakeholders yang lebih luas
memberikan kontribusi terhadap lingkungan hidup lebih bersih, kehidupan masyarakat lebih baik melalui interaksi aktif dengan semua pihak.
95
S. Zadek, M. Fostater dan P. Raynard membagi CSR ke dalam 3 tiga generasi yakni mulai dari yang sifatnya sekedar filantropis, menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari strategi bersaing jangka panjang perusahaan, serta yang terakhir yang lebih maju lagi, yakni yang berorientasi pada advokasi dan kebijakan
publik.
96
The World Business Council of for Sustainable Development WBSCSD menggambarkan CSR sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja sama dengan pegawai, keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas
hidup bersama.
97
Menurut defenisi The Jakarta Consulting Group, CSR diarahkan baik ke dalam internal maupun keluar eksternal perusahaan. Tanggung jawab internal
Internal Responsibilities diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas yang optimal dan pertumbuhan perusahaan, termasuk juga tanggung
jawab yang diarahkan kepada karyawan terhadap kontribusi mereka kepada
95
Ibid.
96
Ibid.
97
Philip Kotler dan Nancy Lee., Op. cit., hal. 3
Universitas Sumatera Utara
perusahaan berupa kompensasi yang adil dan peluang pengembangan karir. Sedangkan tanggung jawab eksternal External Responsibilities berkaitan dengan
peran serta perusahaan sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetisi masyarakat, serta memelihara lingkungan
bagi kepentingan generasi mendatang.
98
Magnan dan Ferrel juga memberikan defenisi CSR yaitu “A business acts in socially responsible manner when its decision and account for and balance diverse
stake holder interest.” Defenisi ini menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai pihak stakeholders yang
beragam dalam setiap keputusan yang diambil oleh pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.
99
Versi lain mengenai defenisi CSR diberikan oleh World Bank. Lembaga keuangan global ini memandang CSR sebagai ”the commitment of business to
contribute to sustainable economic development working with employees and their representative the local community and society at large to improve quality of life, in
ways that are both good for business and good for development.” yaitu komitmen bisnis dalam memberikan kontribusi untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan
bekerjasama dengan para pegawai dan melibatkan komunitas lokal serta masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup, yang mana cara-cara ini baik untuk bisnis
98
A. B. Susanto., Corporate Social Responsibility, Jakarta: The Jakarta Consulting Group, 2007, hal. 22.
99
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dan pembangunan. CSR Forum juga memberikan definisi, “CSR mean open and transparent business practices that are based on ethical values and respect for
employees, communities and environment..” CSR berarti praktek bisnis yang terbuka dan transparan berdasarkan nilai-nilai etis dan penghargaan bagi para pegawai,
komunitas dan lingkungan. Sementara sejumlah negara juga mempunyai defenisi tersendiri mengenai CSR. Uni Eropa EU Green Paper on CSR mengemukakan
bahwa, “CSR adalah suatu konsep dimana perusahaan mengintegrasikan keprihatinan terhadap lingkungan dan sosial terhadap kegiatan bisnis dan interaksi
mereka dengan stakeholders mereka berlandaskan dasar sukarela.
100
Defenisi CSR secara etimologis di Indonesia kerap diterjemahkan sebagai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan TJSL. Namun setelah tanggal 16 Agustus
2007, CSR di Indonesia telah diatur melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1995 tentang Perseroan Terbatas yang selanjutnya disingkat UUPT bahwa CSR yang dikenal dalam undang-undang ini sebagaimana yang termuat dalam Pasal 1 Ayat 3
yang berbunyi, “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan
kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.”
100
Yusuf Wibisono., Op. cit., hal. 7-8.
Universitas Sumatera Utara
Dari berbagai defenisi CSR yang beragam diungkapkan oleh para ilmuan tersebut di atas, maka peneliti menyatakan konsep yang perlu dipahami tentang CSR
ini, yakni CSR menawarkan sebuah kesamaan dalam bentuk keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan perhatian terhadap aspek sosial serta
lingkungan. Selain itu, ada beberapa isu yang terkait dengan CSR antara lain Good Corporate Governance GCG, Sustainable Development, Protokol Kyoto, Millenium
Development Goals MDGs dan Triple Bottom Line. Good Corporate Governance GCG atau tata kelola perusahaan yang baik
diperlukan agar perilaku bisnis mempunyai arahan yang baik. Intinya, GCG merupakan sebuah sistem dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi tercapainya tujuan
korporasi. Dalam arti luas mengatur hubungan seluruh kepentingan stakeholders dapat dipenuhi secara proporsional. Adapun hubungan antara GCG dengan CSR
terdapat pada prinsip responsibility yang merupakan prinsip yang paling dekat dengan CSR. Dalam prinsip ini, penekanan yang signifikan diberikan kepada
stakeholders perusahaan. Penerapan prinsip ini diharapkan perusahaan dapat menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali menghasilkan dampak
eksternal yang harus ditanggung oleh stakeholders. Oleh sebab itu, wajar bila perusahaan juga memperhatikan kepentingan dan nilai tambah bagi stakeholders di
sekitarnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep GCG. Sebagai entitas bisnis yang
Universitas Sumatera Utara
bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya, perusahaan memang mesti bertindak sebagai good citizen yang merupakan tuntutan dari good business
ethics.
101
CSR juga dapat ditelusuri melalui konsep pembangunan berkelanjutan sustainable development. Konsep ini secara sederhana didefenisikan sebagai
pembangunan atau perkembangan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.
Istilah pembangunan berkelanjutan mulai popular setelah terbitnya buku “Silent Spring” karangan Rachel Carson. Sejak saat itu, perhatian terhadap permasalahan
lingkungan semakin berkembang dengan dilakukannya berbagai konferensi antara lain Konferensi Lingkungan Hidup di Stockholm 1972, KTT Bumi di Rio de
Janeiro 1992, KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg 2002
102
dan konferensi lainnya yang masih terus dilakukan oleh berbagai Negara untuk
menangani permasalahan global secara bersama dimana isu yang membahas pembangunan berkelanjutan yang didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup,
pembangunan ekonomi dan sosial selalu menjadi agenda pertemuan. Hal ini juga merupakan konsep CSR yang selanjutnya berkembang di berbagai negara.
Dalam Protokol Kyoto yang dideklarasikan di Jepang, juga membahas isu global yang berkaitan dengan peningkatan suhu bumi akibat efek gas rumah kaca atau
101
Ibid., hal. 9-13. Sedikitnya ada 5 lima prinsip GCG yang dapat dijadikan pedoman bagi para pelaku bisnis yaitu, Transparency Keterbukaan Informasi, Accountability Akuntabilitas,
Responsibility Pertanggungjawaban, Independency Kemandirian, Fairness Kesetaraan dan Kewajaran.
102
Ibid., hal. 13-24.
Universitas Sumatera Utara
Green Houses Gases GPGs. Peranan seluruh Negara diharapkan dalam menjaga laju pemanasan global akibat peningkatan emisi gas rumah kaca tersebut.
103
Kontribusi emisi gas rumah kaca tersebut ternyata didominasi oleh perusahaan- perusahaan multinasional di berbagai negara terutama Amerika Serikat sebagai
kontributor emisi terbesar dunia. Hal ini semakin menyadarkan para pelaku bisnis untuk berkomitmen menerapkan CSR demi kepentingan bersama.
Pada Tahun 2000, dilaksanakan KTT Millennium Millennium Summit sebagai wujud dari kepedulian dunia terhadap kemiskinan dengan lahirnya United
Millennium Declaration yang berupa Millennium Development GoalsMDGs. Tujuan dari MDGs antara lain menghapuskan tingkat kemiskinan, pencapaian pendidikan
dasar secara universal, serta menjamin berlanjutnya pembangunan lingkungan. Maka, jelas hal ini juga dapat diwujudkan melalui CSR sebagai bagian untuk pencapaian
MDGs.
104
Triple Bottom Line dipopulerkan oleh John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya “Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century
Business”. Elkington mengembangkan konsep Triple Bottom Line disingkat TBL dalam istilah economic prosperty, environmental quality dan social justice. Elkington
memberi pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan harus memperhatikan 3P. Selain mengejar Profit, perusahaan juga harus memperhatikan
103
Ibid., hal. 27. Pertemuan yang diadakan di Kyoto, Jepang pada bulan Desember 1997 mencetuskan sebuah protokol yang kemudian dikenal dengan Protokol Kyoto dan terbuka untuk
ditanda-tangani dari tanggal 16 Maret 1998 sampai dengan 15 Maret 1999 di Markas Besar PBB, New York.
104
Ibid., hal. 30-32.
Universitas Sumatera Utara
dan terlibat pada pemenuhan kesejateraan masyarakat People dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan Planet. Dalam gagasan
tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi financial-
nya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Aliran pemikiran yang semakin diminati dan semakin punya daya tarik untuk masa yang
akan datang adalah aliran yang meyakini bahwa kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan sustainable.
105
Di Indonesia, CSR lebih dikenal dengan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan TJSL sebagaimana yang sudah termuat dalam UUPT. Dengan
keberadaan UUPT tersebut membuat kegiatan atau program TJSL menjadi wajib. Ketentuan itu terdapat dalam Pasal 74 Ayat 1. Konsep CSR juga telah banyak
berkembang di negara lain dan Indonesia mengadopsi CSR yang awalnya berkembang di negara kapitalis karena menilai hal ini perlu diatur mengingat semakin
besarnya jumlah perusahaan di Indonesia yang menjalankan CSR setengah hati disertai kerusakan lingkungan yang semakin parah. Jika melihat sasaran CSR yang
memperhatikan aspek lingkungan dan sosial maka kedua aspek tersebut yang memiliki kecenderungan sebagai latar belakang pengaturan CSR di Indonesia yang
lebih dikenal dengan TJSL.
106
105
Ibid., hal. 111-112.
106
http:irmadevita.com2008tanggung-jawab-sosial-dan-lingkungan, diakses terakhir tanggal 5 Juni 2010.
Universitas Sumatera Utara
B. Good Corporate Governance GCG