Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

dalam perusahaan terhadap stakeholders internal, kemudian barulah menganggarkan biaya untuk stakeholders eksternal; 3 Dilakukan dengan memperhatikan aspek “kepatutan dan kewajaran”; 4 Bagi pelanggarannya dikenai sanksi serta; dan 5 Pengaturan lebih jauh akan dituangkan dalam satu peraturan pemerintah. Hal-hal tersebut di atas perlu mendapatkan perhatian dalam ketentuan CSR pada UU Perseroan Terbatas. Berbagai hal mengenai CSR sebagaimana diuraikan di atas pada gilirannya kini sudah bertumpu pada kekuatan tanggung jawab moral dan praktik pengelolaan bisnis yang bersifat normatif. 154 Sehubungan dengan hal tersebut, manajemen perusahaan harus bisa mengoperasikannya di lapangan, sebagaimana telah ditentukan oleh Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007. Perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat menggunakan CSR tidak hanya terbatas implementasi kewajiban belaka, tetapi dapat memanfaatkannya sebagai metode untuk mencapai sasaran bisnis perusahaan. 155

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal UU Penanaman Modal yang mengatur terkait CSR, terdapat pada Pasal 15 berbunyi Setiap penanam modal berkewajiban: a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan; 154 Sonny Sukada dkk., Loc. cit, hal. 7. 155 Bismar Nasution II., Loc. cit., hal. 7. Universitas Sumatera Utara c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan penjelasan dalam UU Penanaman Modal disebutkan pengertian mengenai TJSL yaitu tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Dalam Pasal 16 UU Penanaman Modal dicantumkan pula kewajiban- kewajiban yang dipenuhi bagi penanam modal tersebut, berkewajiban itu adalah: a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan; c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Hanya a dan b dalam Pasal 16 ini yang berkaitan dengan penanam modal bertanggung jawab terhadap pelaksanaan CSR yaitu, menjaga kelestarian lingkungan hidup, dan menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja. Pengaturan mengenai hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal diatur secara khusus tujuannya untuk memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan atas tradisi budaya masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Universitas Sumatera Utara CSR yang dimaksud dalam UU Penanaman Modal tampak berpihak pada stakeholders perusahaan. Namun sesungguhnya masih membingungkan dan hanya mencakup dua saja dari berbagai komponen CSR yaitu, “...menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai...” mungkin adalah Pasal dari CSR. Namun, sebelum itu bisa menjadi bermakna jelas, perlu ditanyakan kepada siapa hubungan itu hendak diciptakan. Kalau misalnya dalam UU Penanaman Modal disebutkan “kepada seluruh pemangku kepentingan”, maka tujuan itu mengarah jelas kepada stakeholders engagement, yang memang adalah komponen CSR yang terpenting. Jika misalnya dalam UU Penanaman Modal disebutkan “kepada masyarakat setempat”, maka UU Penanaman Modal itu menjadi community relations. Kemudian, pasal yang menyebutkan bahwa, “sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat” lebih dekat ke pengertian business ethics, yang juga adalah pasal mengenai CSR. Sehubungan dengan pasal-pasal dalam UU Penanaman Modal tersebut, dapat dipahami bahwa UU Penanaman Modal mewajibkan tanggung jawa investor dalam menanamkan modal di Indonesia, yaitu: 1. Menerapkan prinsip tata kelola persahaan yang baik; 2. Tanggun jawab sosial; 3. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal kepada BKPM; 4. Menghormati tradisi budaya masyarakat; dan 5. Mematuh peraturan perundang-undangan. Universitas Sumatera Utara Namun, sebagaimana yang akan ditunjukkan kemudian, CSR sesungguhnya jauh lebih luas dari pada itu. Namun demikian, menghilangkan kata tersebut juga problematik karena tidak memberikan penekanan terhadap sebuah bentuk tanggung jawab baru yang sebelumnya tidakkurang begitu dikenal kalau tadinya hanya ada tanggung jawab pada ranah ekonomi terhadap pemilik modal maksimisasi keuntungan kini tanggung jawab itu disadari menjadi dalam tiga ranah: ekonomi, sosial dan lingkungan. Pada ranah ekonomi juga ditekankan bahwa yang harus menikmati bukan saja pemilik modal, melainkan juga pemangku kepentingan lainnya. Dilihat dari ketentuan di atas, tampak bahwa CSR yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 adalah Corporate Code of Conduct yang merupakan pedoman untuk berperilaku bagi perusahaan, maka menjadi suatu kebutuhan diperlukannya rambu-rambu etika bisnis, agar tercipta praktik bisnis yang beretika. Dalam hal ini etika bisnis merupakan seperangkat kesepakatan umum, yaitu mengatur antara relasi antar pelaku bisnis dan antara pelaku bisnis dengan masyarakat, agar hubungan tersebut terjalin dengan baik dan fair. Makna tersirat yang ada di peraturan ini bahwa perusahaan tidak diharapkan pada tanggung jawab yang hanya berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja. Tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom line, selain aspek financial tetapi juga sosial dan lingkungan. Universitas Sumatera Utara

3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usahan Milik

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Goveranance dan Motivasi Manajemen Laba Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Food And Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

0 53 92

Mekanisme Good Corporate Governance (GCG), Kinerja Keuangan, Corporate Social Responsibility (CSR), dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 30 100

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 46 93

Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Terkait dengan Sustainable Development

4 89 188

Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2008-2010)

1 28 108

Pengaruh good corporate governance, karakteristik perusahaan dan regulasi pemerintah terhadap pengungkapan corporate social responsibility

2 9 12

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

2 12 74

Peranan Good Corporate Governance dalam Mendorong Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.).

1 2 22

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN GO-PUBLIC DI INDONESIA.

0 0 5

Analisis Terhadap Pengaturan Penanaman Modal Sektor Pertambangan di Indonesia COVER

0 0 13