B. Good Corporate Governance GCG
Menurut Komite Cadburry, GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta
kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholders khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini
dimaksudkan pengaturan kewenangan direktur, manajer, pemegang saham, dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu.
107
Dalam keputusan Menteri NegaraKepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara No. Kep-23MPM.PBUMN2000, tanggal 31
Mei 2000, tentang pengembangan praktik GCG dalam perusahaan persero, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan GCG adalah prinsip perusahaan yang sehat
dan diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan
perusahaan. Holly J. Gregory dan Marsha E. Simms saat membicarakan pengelolaan
perusahaan corporate governance, menyinggung ”Apa dan mengapa pengelolaan perusahaan penting.” Gregory dan Simms membuat pernyataan dengan mengutip
107
Yusuf Wibisono., Op. cit., hal. 10. Bahwa sampai dengan sekarang belum ada kata sepakat tentang definisi dari Good Corporate Governance atau tata kelola perusahaan yang baik GCG. Akan
tetapi, pada umumnya GCG dipahami sebagai suatu sistem, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit hubungan antara
pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan, sedangkan dalam arti luas, GCG digunakan untuk mengatur hubungan seluruh kepentingan
stakeholders secara proporsional dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi perusahaan sekaligus memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki
dengan segera.
Universitas Sumatera Utara
pendapat James D. Wolfensohn yang mengatakan, bahwa dalam dunia ekonomi saat ini, pengelolaan perusahaan telah dianggap penting sebagaimana pemerintah
negara”.
108
Hal ini dapat dipahami dari batasan pengelolaan perusahaan tersebut, sebagaimana dikatakan Ira M. Millstein, yang memberikan penekanan pada cakupan
dari segala hubungan perusahaan. Seperti hubungan antara pemodal, produk jasa dan penyedia sumber daya manusia, pelanggan dan bahkan masyarakat luas.
109
GCG dapat juga mencakup segala aturan hukum yang ditujukan untuk memungkinkan suatu perusahaan dapat dipertanggungjawabkan di hadapan
pemegang saham dan publik. Istilah good corporate governance juga dapat mengacu pada praktik audit dan prinsip-prinsip pembukuan, dan juga dapat mengacu pada
keaktifan pemegang saham. Secara lebih sempit, istilah GCG dapat digunakan untuk menggambarkan peran dan praktik dewan direksi. Termasuk pengelolaan perusahaan
berkaitan dengan hubungan hubungan antara dewan direksi pengelola perusahaan dan pemegang saham, yang didasarkan pada pandangan bahwa dewan direksi
merupakan perantara para pemegang saham untuk memastikan suatu perusahaan dikelola demi kepentingan pemegang saham. Hal ini sejalan dengan paradigma
bahwa para direksi bertanggungjawab kepada dewan komisaris dan dewan komisaris bertanggungjawab kepada pemegang saham.
110
108
Holly J. Gregory., dan Marsha E. Simms., Loc. cit., hal. 1.
109
Ibid., hal. 3.
110
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian pengelolaan bank penting diformulasikan dengan prinsip- prinsip GCG, agar kualitas pengelolaan bank dapat mendorong jalannya fungsi utama
bank tersebut, sekaligus untuk menjaga kepercayaan masyarakat. Dalam konteks pelaksanaan perkreditan, diperlukan pendekatan peraturan yang mengatur pemecahan
permasalahan perkreditan yang muncul dalam industri perbankan. Pemberian kredit harus didasarkan pada keadilan, keterbukaan, pertanggungjawaban dan tanggung
jawab, agar sumber kredit stabil dan dapat dipercaya, sekaligus mencegah risiko yang berlebihan.
Secara lebih sempit, istilah pengelolaan perusahaan dapat digunakan untuk menggambarkan peran dan praktik dari Direksi. Adapun sebutan yang tepat untuk
definisi ini adalah pengelolaan perusahaan berkaitan dengan hubungan antara manajer perusahaan dan pemegang saham, didasarkan pada suatu pandangan bahwa dewan
direksi merupakan agen para pemegang saham untuk memastikan suatu perusahaan untuk dikelola guna kepentingan perusahaan tersebut.
111
Grup Penasehat Bisnis Sektor Organization for Economic Coorperation and Development OECD mengenai pengelolaan perusahaan membuat satu laporan
mengenai prinsip-prinsip umum GCG dari pandangan sektor swasta dengan
111
Ibid. Secara singkat, istilah pengelolaan perusahaan tersebut oleh Gregory dan Simms diuraikan dengan pandangan definisi luas dan terbatas. Secara terbatas, istilah tersebut berkenaan
dengan hubungan antara manajer, direktur dan pemegang saham perusahaan. Istilah tadi juga dapat mencakup hubungan antara perusahaan itu sendiri dengan pembeli saham dan masyarakat. Sedangkan,
secara luas istilah pengelolaan perusahaan dapat meliputi kombinasi hukum, peraturan, aturan pendaftaran dan praktik pribadi yang memungkinkan perusahaan menarik modal masuk, berkinerja
secara efesien, menghasilkan keuntungan dan memenuhi harapan masyarakat secara umum dan sekaligus kewajiban hukum.
Universitas Sumatera Utara
menitikberatkan pada “apa yang diperlukan oleh suatu pengelolaan untuk menarik modal.”
112
Dimana bahwa intervensi pemerintah dalam masalah pengelolaan perusahaan adalah cara yang paling efektif dalam rangka menarik modal, jika
intervensi tersebut terfokuskan pada empat bidang. Salah satu bidang diantara tiga bidang lainnya adalah bidang transparansi. Tiga bagian lainnya ialah, Pertama,
pemastian adanya perlindungan atas hak-hak pemilik saham minoritas dan asing, dan pemastian diberlakukannya kontrak yang adil dengan penyedia sumber dayabahan.
Kedua, pengklarifikasi peran dan tangung jawab pengelolaan serta usaha-usaha yang dapat membantu memastikan kepentingan pengelolaan dan kepentingan pemilik
saham untuk diawasi oleh dewan direksi. Ketiga, pemastian bahwa perusahaan memenuhi kewajiban hukum dan peraturan lainnya yang menggambarkan penilaian
masyarakat dalah bidang “transparansi,”
113
yang sekaligus menjadi salah satu prinsip OECD dalam pengelolaan perusahaan.
114
Prinsip transparansi tersebut menyatakan, bahwa “Kerangka pengelolaan perusahaan harus dapat memastikan bahwa
pengungkapan informasi yang akuran atau tepat dilaksanakan berkaitan dengan materi yang menyangkut perusahaan, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan
dan kepemimpinan dari suatu perusahaan.”
115
Organization for Economic Cooperation and Development OECD mendefinisikan GCG sebagai cara-cara manajemen perusahaan bertanggung jawab
112
Bismar Nasution III., Op. cit., hal. 4.
113
Holly J.Gregory dan Marshal E. Simms, Op. cit., hal. 12-13.
114
Ibid, hal. 14-16
115
Ibid, hal. 15.
Universitas Sumatera Utara
pada shareholder. Para pengambil keputusan di perusahaan haruslah dapat dipertanggungjawabkan, dan keputusan tersebut mampu memberikan nilai tambah
bagi shareholders lainnya. Oleh karena itu, fokus utama di sini terkait dengan proses pengambilan keputusan dari perusahaan yang mengandung nilai-nilai transparency,
responsibility, accountability, dan tentu saja fairness.
116
Indonesia sendiri mengenai istilah GCG biasa diartikan sebagai tata kelola perusahaan yang baik. Dalam hal ini, GCG kemudian didefinisikan sebagai suatu
pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam
jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dengan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku.
Secara umum terdapat 5 lima prinsip-prinsip yang terkandung dalam GCG antara lain:
117
1 Transparency keterbukaan informasi. Secara sederhana bisa diartikan
sebagai keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu kepada
segenap stakeholders;
2 Accountability akuntabilitas. Akuntabilitas berarti adanya kejelasan fungsi,
struktur, sistem dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak,
116
Bapepam., Loc. cit., hal. 17. Berkaitan dengan prinsip-prinsip umum pengelolaan perusahaan yang baik oleh OECD tersebut, Cetak Biru Pasar Modal Indonesia dibuat Bapepam, juga
menetapkan strategi pengembangan pasar modal. Salah satu strategi yang ditekankan, bahwa agar GCG dapat dimengerti dan diterapkan dengan baik, maka perlu dicermati kajian yang dilakukan oleh
OECD terhadap prinsip-prinsip utama GCG, termasuk prinsip keterbukaan. Upaya mencapai good corporate governance tersebut, juga sesuai dengan pernyataan Bapepam, bahwa salah satu penyebab
rentannya perusahaan-perusahaan di Indonesia terhadap gejolak perekonomian adalah lemahnya penerapan GCG dalam pengelolaan perusahaan.
117
Ibid., hal. 11-12.
Universitas Sumatera Utara
kewajiban, dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi;
3 Responsibility pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban perusahaan adalah
kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya termasuk masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja,
perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip ini
diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggungjawab
selain kepada shareholder juga kepada stakeholders lainnya;
4 Independency kemandirian. Prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan
dikelola secara profesional tanpa ada benturan kepentingan dan tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku; dan
5 Fairness kesetaraan dan kewajaran. Prinsip ini menuntut adanya perlakuan
yang adil dalam memenuhi hak stakeholders sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa GCG merupakan, suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran
dewan komisaris, direksi, pemegang saham dan para stakeholder lainnya, suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan yang
dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan, dan suatu proses yang transparan atas penentuan
tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.
C. Etika Bisnis Perusahaan