Faktor Resiko Kecelakaan Kerja Akibat Sikap Kerja yang Tidak Ergonomis Penanganan Resiko Kerja agar Lebih Ergonomis

a. Individu, merupakan ukuran metode operasional, seperti kecepatan, ketepatan, carapostur saat bekerja. b. Organisasi, berkaitan dengan organisasi kerja seperti luas bangunan pabrik, keberadaan tenaga medis, maupun utilitas kerjasama tim. c. Administrasi, seperti sistem insentif untuk keselamatan kerja, kompensasi, rotasi kerja maupun pengendalian dan pelatihan keselamatan. Aktivitas produksi banyak menggunakan fasilitas kerja berupa alat bantu manual semi otomatis karena memiliki fleksibilitas yang tinggi, dapat menambah kenyamanan bekerja, mudah diaplikasikan dan dapat meningkatkan produktivitas, namun penggunaan alat bantu juga diikuti dengan resiko cidera kecelakaan, penyakit akibat kerja bahkan resiko kematian apabila diterapkan pada kondisi lingkungan kerja yang kurang memadai, alat yang kurang mendukung, dan sikap kerja yang salah.

3.2.1. Faktor Resiko Kecelakaan Kerja Akibat Sikap Kerja yang Tidak Ergonomis

Faktor resiko diasosiasikan dengan jumlah tugas yang dapat menyebabkan cedera musculoskeletal. Faktor resiko digunakan untuk menganalisa tugas manual manual task. Sikap kerja dilantai produksi memiliki interaksi yang kompleks antara pekerja, jenis kegiatan, lingkungan kerja dan fasilitas yang digunakan.. Faktor resiko kemudian dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Tekanan langsung kepada tubuh. Hal ini meliputi faktor seperti tingkat tekanan pada muscular, postursikap kerja, pengulangan pekerjaan, getaran peralatan dan lama waktu kerja. b. Kontribusi faktor resiko yang secara langsung mempengaruhi tuntutan kerja Hal ini meliputi layout area kerja, penggunaan alat, penangan beban. Jika komponen ini di desain ulang, maka pengaruh dari tekanan dapat dikurangi. c. Memodifikasi faktor resiko dapat memberi masukan pada perubahan sikap kerja sehingga akibat dari faktor resiko dapat dikurangi.

3.2.2. Penanganan Resiko Kerja agar Lebih Ergonomis

Kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh sikap kerja yang tidak ergonomis tentunya harus dicegah dan ditangani dengan baik. Penanganan dan pencegahan akan lebih mudah dilakukan setelah mengetahui faktor resiko dari sebuah kegiatan namun hal ini akan menimbulkan masalah baru yakni operator sudah terkena cidera sehingga akan menggangu produktivitas. Terdapat enam prosedur umum dalam menangani resiko kecelakaancidera akibat, yaitu : a. Identifikasi pekerjaan dengan kejadian yang menyebabkan cidera musculoskeletal tinggi dan rata-rata kepelikan tinggi dengan analisa statistik dari data medis. b. Observasi pekerjaan yang dicurigai dan untuk tiap beban yang akan diangkat diangkut harus diketahui berat serta metode kerja yang benar. Universitas Sumatera Utara c. Evaluasi tingkat resiko pengangkatan pengangkutan dengan ketentuan- ketentuan ambang batas maksimal angkat dan ambang batas maksimal angkut. d. Mengembangkan pengendalian keteknikan dengan peralatan manual handling, mengemas ulang beban dalam berat yang lebih ringan, mengatur ulang area kerja. e. Mengajukan pengendalian administratif. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan menambah pekerja untuk mengurangi frekuensi pengangkatan. f. Melakukan penjadwalan kerja, mengembangkan pelatihan untuk mensosialisasikan teknik pengangkatan yang tepat, serta meningkatkan prosedur seleksi dan penempatan pekerja dengan lebih baik. g. Mengimplementasikan solusi paling mungkin dan mengevaluasi efektifitas dengan pengecekan kesehatan operator secara berkala. Masalah utama yang sering terjadi di industri adalah aktivitas perpindahan material dari satu proses menuju ke proses berikutnya Faktor-faktor yang umumnya dijumpai dilantai produksi yang mempengaruhi sikap kerja yaitu: a. Karakteristik pekerja: usia, jenis kelamin, pengalaman kerja, dan lain-lain b. Karakteristik material: dari karakter fisik : material berupa benda berat, ringan, besar atau kecil; dari karakter kimia: material dalam wujud padat, cair atau gas. c. Karakteristik tugas: tugas yang harus dilakukan dalam posisi berdiri, duduk atau menggantung. Universitas Sumatera Utara

3.3. Postur Kerja