Tingkat Konsumsi Karbohidrat dan Hubungannya dengan Status Gizi

90 mempunyai hubungan timbal balik. Nutrisi yang baik diperlukan untuk pertumbuhan yang normal termasuk pertumbuhan aparatus mastikasi. Sebaliknya, mastikasi yang baik merupakan hal penting dalam penggunaan makanan dan pencernaan. Mengingat rentannya siswa kelas dua sekolah dasar terhadap status gizi yang tidak optimal dan salah satunya dapat disebabkan oleh kesehatan gigi, maka perlu lebih mengaktifkan program usaha kesehatan gigi anak sekolah. kegiatan ini tidak hanya melakukan pemeriksaan gigi tetapi juga memberikan penyuluhan kepada anak-anak tentang makanan yang sehat dan bergizi, karena makanan tersebut baik untuk gigi maupun untuk gizi mereka.

6.4 Tingkat Konsumsi Karbohidrat dan Hubungannya dengan Status Gizi

Siswa kelas dua sekolah dasar termasuk dalam anak usia sekolah yang memiliki karakteristik yaitu meningkatnya kebutuhan energi seiring dengan meningkatnya aktivitas. Siswa kelas dua sekolah dasar biasanya memiliki aktivitas bermain yang memerlukan banyak tenaga. Ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar akan mengakibatkan tubuh anak menjadi kurus Moehji, 2003. Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro yang diperlukan oleh tubuh karena dapat menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi karbohidrat dalam 91 jumlah yang kurang dari 80 Angka Kecukupan Gizi AKG yang dianjurkan. Menurut Almatsier 2002, jika jumlah energi yang dihasilkan oleh karbohidrat tidak mencukupi dalam proses metabolisme tubuh maka tubuh akan mengambil energi dari protein. Asam amino dan gliserol yang berasal dari lemak dapat menjadi glukosa untuk keperluan energi otak dan saraf pusat, sehingga akan menganggu keadaan status gizi anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi karbohidrat terhadap status gizi siswa kelas dua sekolah dasar. Status gizi kategori kurus lebih banyak dimiliki oleh siswa dengan tingkat konsumsi karbohidrat kurang dibandingkan dengan anak dengan tingkat konsumsi karbohidrat baik. Hal ini diperkuat dengan penelitian Junaidi 2004, yang menunjukkan bahwa anak berstatus gizi kategori kurus cenderung memiliki tingkat konsumsi karbohidrat kurang atau lebih rendah dari Angka Kecukupan Gizi AKG yang dianjurkan. Oleh karena itu, diperlukan tindakan dalam mengatur aktivitas anak seperti waktu bermain. Tindakan tersebut dapat membantu anak untuk memperoleh waktu istirahat yang cukup. Kebiasaan sarapan pagi merupakan faktor yang dapat berpengaruh terhadap status gizi. Mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat di pagi hari akan dapat mencegah anak sekolah dasar untuk mengkonsumsi makanan jajanan. Hal ini diperkuat oleh Wahyuti 1991 yang menyatakan 92 bahwa kebiasaan makan anak sekolah dasar yang sering dijumpai pada umumnya yaitu mengkonsumsi makanan jajanan di sekolah sehingga anak menjadi tidak sarapan pagi. Hal ini akan mempengaruhi nafsu makan anak di rumah dan dapat menyebabkan anak kekurangan asupan zat gizi. Karbohidrat selain dapat mempengaruhi status gizi, juga dapat mempengaruhi tingkat keparahan karies gigi. Dari hasil recall 2 x 24 jam, dapat diketahui makanan pokok yang sering dikonsumsi oleh responden adalah nasi dengan frekuensi tiga kali sehari. Selain itu, responden juga mengkonsumsi roti dan mie yang juga merupakan sumber karbohidrat. Gunanti 2000 dalam Adipurna, et al 2002, menjelaskan bahwa makanan pokok yang sering dikonsumsi anak-anak sekolah dasar adalah beras nasi dengan frekuensi 2-3 kali sehari. Jenis makanan tersebut dapat dikatakan memilki konsistensi atau tekstur yang lunak jika mengalami proses pengolahan seperti direbus dan dikukus, sehingga dalam proses pencernaannya tidak memerlukan kemampuan alat pengunyahan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Bastian 1975 dalam Junaidi 2004 yang menyatakan bahwa makanan yang keras membutuhkan pengunyahan lebih lama dan tekanan yang kuat, sebaliknya makanan yang lunak sangat mudah untuk dikunyah. Dengan demikian, kebutuhan akan zat gizi karbohidrat dapat terpenuhi jika diimbangi dengan jumlah yang cukup dan pengaturan aktivitas anak. 93 Selain mengkonsumsi makanan tersebut, responden juga sering mengkonsumsi permen, coklat, es krim serta makanan manis lainnya. Menurut Mustafa 1993, jenis karbohidrat yang menyebabkan karies gigi adalah sukrosa. Hal ini diperkuat dengan penjelasan Ahira 2010 bahwa makanan yang mengandung sukrosa atau gula tebu adalah berbagai makanan ringan dan cemilan seperti biskuit, coklat, permen, dan kue. Hasil pengamatan epidemiologi membuktikan adanya hubungan antara angka konsumsi gula yang tinggi dan insiden karies yang meningkat pada banyak negara. Selain itu, bentuk fisik makanan juga perlu diperhatikan. Makanan yang lengket akan melekat pada permukaan gigi dan terselip di dalam celah-celah gigi sehingga merupakan makanan yang paling merugikan kesehatan gigi. Kerugian ini terjadi akibat proses metabolisme oleh bakteri yang berlangsung lama sehingga menurunkan pH mulut untuk waktu lama. Hal ini didukung oleh penelitian Korneliani 2004, yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi karbohidrat dengan terjadinya karies gigi. Berdasarkan hasil multivariat, diketahui bahwa tingkat konsumsi karbohidrat merupakan faktor confounding antara hubungan tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi siswa kelas dua sekolah dasar. Menurut Ahira 2010, karbohidrat jenis sukrosa mengandung banyak gula dan sedikit energi, sehingga anak yang banyak mengkonsumsi makanan jajanan yang mengandung sukrosa seperti permen, kue dan es krim akan meningkatkan insiden karies gigi dan konsumsi energi dari karbohidrat dalam 94 jumlah yang kurang. Hal tersebut akan dapat berpengaruh terhadap keadaan stabilitas status gizi anak.

6.5 Tingkat Konsumsi Protein dan Hubungannya dengan Status Gizi