41
memiliki sikap dan perilaku positif terhadap kebiasaan yang baik untuk menyikat gigi sebesar 9. Sedangkan pada SKRT
1995, menyatakan bahwa proporsi penduduk yang tidak menyikat gigi sebesar 31,7 dan yang menderita karies gigi
sebesar 63.
9 Kesadaran sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi
Fase perkembangan anak umur di bawah 5 tahun masih sangat tergantung pada pemeliharaan, bantuan dan pengaruh
dari ibu. Peranan ibu sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam bidang kesehatan, peranan
seorang ibu sangat menentukan. Jadi kesadaran, sikap, dan perilaku serta pendidikan ibu sangat mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut anak Suwelo, 1992.
2.2.3 Proses Terjadinya Karies Gigi
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa gula dari sisa makanan dan bakteri
berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis 5,5 yang akan
menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi Schuurs, 1993.
42
Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi
pembentukan lubang. Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang
dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat. Pada karies
dentin yang baru mulai yang terlihat hanya lapisan keempat lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan
membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya dan lapisan kelima lapisan opak tidak tembus penglihatan, di dalam
tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas. Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan
menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga lapisan demineralisasi, suatu daerah
sempit, dimana dentin partibular diserang, lapisan empat dan lapisan lima Schuurs, 1993.
2.2.4 Pengaruh Karies Gigi Terhadap Status Gizi Anak
Gigi dan mulut memegang peranan penting pada masa anak- anak yang sedang mengalami proses tumbuh kembang, karena
merupakan ujung sefalik dari saluran pencernaan yang menjadi pintu masuk makanan yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan energi
maupun untuk perbaikan jaringan dan pertumbuhan anak Hayati,
43
1994. Selanjutnya menurut Setiawan 2003, salah satu alat cerna yang dimiliki manusia adalah mulut beserta organ pelengkap, yaitu
gigi, lidah dan saliva. Gigi berperan untuk mencerna makanan seperti memotong, menggigit dan mengunyah sehingga bentuk makanan
menjadi lebih kecil dan halus. Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor
internal berupa struktur fisik dan tingkat pertumbuhan sel otak semasa dalam kandungan. Sedangkan, faktor eksternal antara lain kualitas gizi
yang diterima anak dan status kesehatan yaitu ada tidaknya penyakit yang diderita seperti karies gigi, sistem budaya yang digunakan dalam
proses merawat serta tingkat ekonomi dan sosial Nurdadi, 2000 dalam Junaidi, 2004.
Karies gigi menjadi masalah kesehatan yang penting karena kelainan pada gigi ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang
usia dan jika dibiarkan berlanjut akan merupakan sumber fokal infeksi dalam mulut sehingga menyebabkan keluhan rasa sakit. Kondisi ini
tentu saja akan mengurangi frekuensi kehadiran anak ke sekolah, mengganggu konsentrasi belajar, mempengaruhi asupan gizi sehingga
dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan
yang akan
mempengaruhi status gizi anak dan dapat berimplikasi pada kualitas sumber daya Siagian, 2008.
Pada anak-anak, terutama pada usia sekolah dasar, struktur giginya termasuk jenis gigi bercampur antara gigi susu dan gigi
44
permanen, sehingga rentan mengalami karies gigi. Anak kelas dua sekolah dasar yang mempunyai usia rata-rata 8 tahun merupakan salah
satu kelompok usia yang kritis untuk terkena karies gigi karena mengalami transisi pergantian gigi susu ke gigi permanen
Romadhona, 2009. Gigi susu berguna untuk memotong makanan, berbicara dan pertumbuhan rahang yang baik. Morfologi gigi susu
lebih memungkinkan retensi sisa makanan yang dapat menyebabkan kondisi kebersihan mulut anak menjadi tidak baik dibandingkan
dengan orang dewasa. Gigi susu yang mengalami karies akan menyebabkan gangguan dalam pertumbuhan rahang maupun posisi
gigi tetap Haryani, et al, 2002. Kesulitan makan pada anak disebabkan oleh berbagai faktor
yaitu nutrisi, penyakit dan psikologis. Faktor penyakit antara lain adanya kelainan pada gigi geligi dan rongga mulut seperti karies gigi,
stomatitis dan gingivitis. Penyakit karies gigi dapat menyebabkan kehilangan gigi sehingga terjadi gangguan dalam proses pengunyahan
makanan, estetika dan pergerakan gigi yang dapat menimbulkan penumpukan sisa makanan Junaidi, 2004. Hal tersebut dikemukakan
pula oleh Hidayanti 2005, karies gigi yang terjadi pada anak akan mengakibatkan munculnya rasa sakit sehingga anak menjadi malas
makan dan juga dapat menyebabkan tulang di sekitar gigi menjadi terinfeksi. Apabila terjadi kerusakan pada tahap yang berat atau sudah
45
terjadi abses, maka gigi dapat tanggal. Anak yang kehilangan beberapa giginya tidak dapat makan dengan baik kecuali makanan yang lunak.
Selain itu, menurut Depkes 2002, karies gigi merupakan penyakit yang dapat menimbulkan gangguan fungsi kunyah sehingga
dapat menyebabkan terganggunya penyerapan dan pencernaan makanan. Oleh karena itu, karies gigi pada akhirnya dapat menggangu
kondisi gizi anak sehingga terjadi keadaan kurang gizi. Selanjutnya menurut Setiawan 2003, karies gigi dapat menimbulkan gangguan
fisiologis pada gigi seperti penghancuran makanan yang tidak sempurna, menurunkan produksi saliva sehingga makanan tidak larut
dengan baik serta otot-otot pengunyahan yang terganggu fungsinya. Seseorang dengan alat pengunyahan yang tidak baik akan memilih
makanan sesuai dengan kekuatan kunyahnya sehingga pada akhirnya dapat mengakibatkan malnutrisi.
Karies sangat sering terjadi pada gigi geraham, terutama pada permukaan kunyah karena pada permukaan tersebut terdapat parit-
parit kecil yang cukup dalam sehingga permukaan sikat gigi tidak dapat menjangkaunya. Jika karies sudah meluas ke lapisan dentin
maka akan timbul rasa nyeri terutama jika terkena rangsangan dingin dan makan makanan manis. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
pemilihan jenis dan bentuk makanan yang akan dikonsumsi agar tidak menimbulkan rasa nyeri ketika makan Junaidi, 2004. Menurut
Budiharto 1990, anak yang menderita sakit gigi akan menghindari
46
makanan sehingga asupan makanan akan berkurang dan menyebabkan anak lebih peka terhadap malnutrisi.
Nutrisi dan mastikasi pengunyahan mempunyai hubungan timbal balik. Nutrisi yang baik diperlukan untuk pertumbuhan yang
normal termasuk pertumbuhan aparatus mastikasi. Sebaliknya, mastikasi yang baik merupakan hal penting dalam penggunaan
makanan dan pencernaan Hayati, 1994. Kehilangan gigi akan menurunkan efisiensi pengunyahan yang
berakibat pada terganggunya sistem pencernaan makanan sehingga dapat menganggu kesehatan tubuh karena zat-zat gizi makanan tidak
dapat diserap dengan sempurna oleh usus halus Junaidi, 2004. Alvarez 1995 menyatakan bahwa status gizi anak akan
mempengaruhi pertumbuhan gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen. Anak yang berstatus gizi kurang akan mengalami tingkat
keparahan karies yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang berstatus gizi normal. Status gizi pada awal kehidupan berpengaruh
terhadap pembentukan dan pertumbuhan gigi. Jika terdapat gangguan gizi maka akan mempengaruhi pembentukan gigi dan mengakibatkan
kerentanan terhadap karies menjadi meningkat.
2.2.5 Pengukuran Karies Gigi Susu