Tingkat Keparahan Karies Gigi dan Hubungannya dengan Status Gizi

87

6.3 Tingkat Keparahan Karies Gigi dan Hubungannya dengan Status Gizi

Siswa kelas dua sekolah dasar yang mempunyai usia rata-rata 8 tahun merupakan salah satu kelompok usia yang kritis untuk terkena karies gigi karena mengalami transisi pergantian gigi susu ke gigi permanen Romadhona, 2009. Menurut Hutabarat 2009, tingginya prevalensi dan derajat keparahan karies disebabkan oleh berbagai faktor antara lain pengetahuan, sikap dan perilaku dalam memelihara kesehatan gigi yang masih rendah. Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden menderita karies gigi dengan tingkat keparahan kategori tinggi. Hal ini serupa dengan penelitian Ririn 2009 yang menunjukkan bahwa karies gigi dengan tingkat keparahan kategori tinggi pada anak kelas dua lebih banyak terjadi, dibandingkan dengan karies gigi dengan tingkat keparahan kategori rendah. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah UKGS dengan sasaran siswa sekolah adalah pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan gigi dari tingkat pelayanan promotif, preventif seperti kunjungan rutin ke dokter gigi, perilaku merawat gigi, mengkonsumsi makanan yang baik dan bergizi, serta kuratif yang berdasarkan atas permintaan dan kebutuhan. Pelaksanaan upaya ini secara langsung menggabungkan potensi orang tua murid, guru dan tenaga kesehatan gigi puskesmas maupun dari dinas kesehatan setempat Direktorat Kesehatan Gigi Depkes RI, 2000. 88 Berdasarkan wawancara recall 24 jam, diketahui bahwa tingginya siswa yang menderita karies gigi dengan tingkat keparahan yang tinggi dalam penelitian ini dikarenakan kurangnya pemeliharaan terhadap kesehatan gigi antara lain mengkonsumsi makanan yang dapat menjaga kesehatan gigi. Sebesar 74 siswa kelas dua yang memiliki tingkat keparahan karies gigi kategori tinggi, diketahui bahwa mereka tidak mengkonsumsi buah dan sayur secara rutin. Sedangkan, 26 responden lainnya yang memiliki tingkat keparahan karies gigi kategori rendah, diketahui bahwa mereka banyak mengkonsumsi sayur dan buah secara rutin. Menurut Ahira 2010 sayur dan buah merupakan jenis makanan yang mengandung gula buah fruktosa yang sangat baik untuk kesehatan, baik kesehatan tubuh maupun kesehatan gigi. Hal ini dikarenakan buah dan sayur mempunyai peran dalam membersihkan sisa makanan yang menempel pada gigi. Selanjutnya, menurut Suwelo 1992, seringnya mengkonsumsi gula sederhana yaitu sukrosa, dapat menentukan waktu terjadinya karies. Dengan demikian, diperlukan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi anak sekolah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden yang berstatus gizi kategori kurus adalah responden yang memiliki tingkat keparahan karies gigi kategori tinggi. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi siswa kelas dua. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Junaidi 2004, yang menyatakan bahwa anak yang berstatus gizi 89 kategori kurus lebih banyak menderita tingkat keparahan karies dengan kategori tinggi dibandingkan dengan anak yang memiliki tingkat keparahan karies dengan kategori rendah. Rendahnya status gizi pada anak yang mengalami karies gigi pada penelitian ini disebabkan oleh ketidakmampuan anak dalam mengkonsumsi aneka ragam makanan karena adanya gangguan fungsi gigi sebagai alat pencernaan. Hal ini serupa dengan pendapat Junaidi 2004, bahwa karies gigi dapat menyebabkan terjadinya kehilangan gigi yang akan menurunkan efisiensi pengunyahan yang berakibat pada terganggunya sistem pencernaan makanan sehingga dapat menganggu kesehatan tubuh karena zat-zat gizi makanan tidak dapat diserap dengan sempurna oleh usus halus. Sebagian besar responden menjelaskan bahwa ketika mengalami rasa sakit pada gigi maka mereka akan memilih makanan dalam bentuk lunak bahkan beberapa anak ada yang mengalami penurunan nafsu makan. Menurut Junaidi 2004, jika karies sudah meluas ke lapisan dentin maka akan timbul rasa nyeri terutama jika terkena rangsangan dingin dan makan makanan manis. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pemilihan jenis dan bentuk makanan yang akan dikonsumsi agar tidak menimbulkan rasa nyeri ketika makan. Hal ini diperkuat pula oleh Budiharto 1990, yang menjelaskan bahwa anak yang menderita sakit gigi akan menghindari makanan sehingga asupan makanan akan berkurang dan menyebabkan anak lebih peka terhadap malnutrisi. Menurut Hayati 1994, nutrisi dan mastikasi pengunyahan 90 mempunyai hubungan timbal balik. Nutrisi yang baik diperlukan untuk pertumbuhan yang normal termasuk pertumbuhan aparatus mastikasi. Sebaliknya, mastikasi yang baik merupakan hal penting dalam penggunaan makanan dan pencernaan. Mengingat rentannya siswa kelas dua sekolah dasar terhadap status gizi yang tidak optimal dan salah satunya dapat disebabkan oleh kesehatan gigi, maka perlu lebih mengaktifkan program usaha kesehatan gigi anak sekolah. kegiatan ini tidak hanya melakukan pemeriksaan gigi tetapi juga memberikan penyuluhan kepada anak-anak tentang makanan yang sehat dan bergizi, karena makanan tersebut baik untuk gigi maupun untuk gizi mereka.

6.4 Tingkat Konsumsi Karbohidrat dan Hubungannya dengan Status Gizi